Banten | LIPUTAN9NEWS
Setiap tahun kita disuguhkan publikasi “The Muslim 500: The World’s 500 Most Influential Muslims” (500 tokoh muslim paling berpengaruh di dunia). Dari sekitar 2,1 miliar umat Islam di dunia saat ini ada 500 muslim yang dinilai paling berpengaruh. 50 di antara mereka diurut berdasar peringkat dari urutan peringkat ke-1 sampai urutan peringkat ke-50. Sedangkan 450 tokoh lainnya dipublis tanpa urutan peringkat.
Untuk publikasi tahun 2025, dari 50 nama tokoh paling berpengaruh di dunia, ada 4 orang tokoh klan Ba’alwi yang masuk kategori tersebut. Yang lebih fantastis, bahkan salah seorang klan Ba’alwi, Umar bin Hafidz Ba’alwi, ditempatkan menjadi tokoh peringkat ke-2 paling berpengaruh di dunia saat ini. selain Umar bin Hafidz Ba’alwi, ada Ali Zainal Abidin Al-Jufri Ba’alwi, Lutfi bin Yahya Ba’alwi dan Muhammad Naquib Alatas yang masuk kategori 50 tokoh paling berpengaruh di dunia.
Pertanyaannya kemudian: lembaga apa yang melakukan penilaian itu? siapa saja individu-individu yang terlibat dalam lembaga itu? apa neraca yang digunakan lembaga itu untuk mengukur ketokohan 500 tokoh itu?
Setelah penulis telusuri, publikasi dan penilaian itu dilakukan oleh sebuah lembaga penelitian independen non pemerintah (Lembaga Swadaya Masyarakat-LSM) bernama “Royal Islamic Strategic Studies Centre”. Lembaga ini berafiliasi kepada lembaga “Royal Aal al-Bayt Institute for Islamic Thought” (Institut Pemikiran Islam Royal Aal al-Bayt) yang berkantor pusat di Amman, ibu kota Kerajaan Yordania.
Tokoh-tokoh lembaga ini adalah: Pangeran El-Hassan Bin Talal (Pendiri-Yordania), Prof. Zhu Wei Lei (Cina), Dr. Joseph EB Lumbard (AS), Dr. Sajjad H. Rizvi (Inggris), Dr. Tayba Hassan Sharif (Sudan), Dr. Ahmad Shawqi Benben (Maroko), Prof. Ayman Fuad Sayyed (Mesir), Dr. Caner Dagli (Turki), Dr. Mohammad Sammak (Libanon), Syekh Moez Wajeh Zaki Masoud (Mesir), Prof. Minwer Al Muheid (Yordan), Seyyed Jawad M. Al-Khoei (Irak), Syekh Dr. Mufti Abdur-Rahman Mangera (Inggris), Dr. Omar Abboud (Argentina), Dr. Saeed Foda (Yordania), Dr. Ismail Fajrie Alatas (Indonesia).
Selain Fajri Alatas yang masuk dalam 15 aktifis rekanan lembaga “Royal Aal al-Bayt Institute for Islamic Thought” tersebut, terdapat 85 orang yang disebut sebagai aktifis rekanan senior lembaga tersebut, yang banyak diisi oleh klan Ba’alwi diantaranya: lutfi bin Yahya Ba’alwi (Indonesia), Ali Zainal Abidin Al-Jufri Ba’alwi (Yaman). Muhammad Alatas Ba’alwi (Malaysia), Hasan al-Saqqaf (Yordania), Abdullah Fad’aq Ba’alwi (KSA), dan Umar bin Hafidz (Yaman).
Apakah ada korelasi antara masuknya empat orang klan Ba’alwi sebagai 50 tokoh muslim yang paling berpengaruh di dunia tersebut dengan banyaknya aktifis rekanan lembaga tersebut yang diisi oleh klan Ba’alwi? Mungkin jawaban pertanyaan itu bisa dijawab masing-masing pembaca.
Berdasarkan pengakuan lembaga “Royal Islamic Strategic Studies Centre” : “Publikasi ini bertujuan untuk memastikan pengaruh yang dimiliki beberapa Muslim terhadap komunitas…Pengaruh adalah: setiap orang yang memiliki kekuatan (baik secara budaya, ideologis, finansial, politik, atau lainnya) untuk membuat perubahan yang akan berdampak signifikan pada dunia Muslim atau Muslim.”
Menurut lembaga ini: “Cara mengukur pengaruh ini tentu saja merupakan aspek yang paling menantang dari publikasi ini, dan aspek yang paling banyak menimbulkan perbedaan pendapat. Pengaruh terkadang dapat diukur secara kuantitatif, jumlah pengikut, jumlah buku yang ditulis, jumlah penjualan, dll., tetapi lebih sering hal itu bukanlah sesuatu yang dapat diukur secara kuantitatif dan lebih terkait dengan efek kualitatif dan berkelanjutan dari pengaruh tersebut. Kombinasi metrik sosial, opini publik (kami mengadakan pendaftaran terbuka selama sebulan untuk nominasi setiap tahun, dan semua saran dipertimbangkan) dan opini ahli merupakan dasar dari upaya ini untuk mengukur pengaruh. Pencapaian seumur hidup diberi bobot lebih besar daripada pencapaian dalam tahun berjalan.”
Dari yang dipaparkan lembaga tersebut, kita dapat mengkritisi, apakah lembaga ini mempublish seluruh saran yang masuk dan siapa saja orang yang mengirimnya lalu tokoh siapa saja yang disarankan? Kemudian jika neraca yang digunakan adalah pengaruh yang dapat diukur secara kuantitatif dari jumlah pengikut, jumlah buku yang ditulis maka kita dapat membandingkan antara Umar bin Hafidz Ba’alwi pimpinan Daarul Mushtafa Yaman yang ditempatkan dalam nomor urut ke-2 sebagai tokoh paling berpengaruh di dunia dengan Ahmad Muhammad Al-Thayyib pemimpin Universitas Al-azhar yang merupakan perguruan tinggi Islam tersohor di dunia yang hanya ditempatkan sebagai tokoh urutan ke-13.
Dari tokoh politik yang berpengaruh juga kita bisa mengkritisi apa indikator Raja Abdullah Yordan ditempatkan sebagai tokoh pertama muslim paling berpengaruh di dunia? Apakah dari jumlah penduduk atau dari peran internasionalnya dalam kancah geopolitik dunia? Bagaimana rasio perbandingan misalnya jika ia dibandingkan dengan Tayyib Erdogan dari Turki. Yordan hanya berpenduduk 11 juta jiwa dan Turki yang berjumlah penduduk 87 juta jiwa. kita juga mengetahui bagaimana peran Raja Yordan dan Erdogan dalam kancah geopolitik dunia.Tentu akan banyak sekali masalah menarik yang bisa dijadikan bahan kritik dari publikasi 500 muslim yang berpengaruh di dunia dari lembaga ini.
Khusus tentang sosok Lutfi bin Yahya yang ditempatkan sebagai tokoh paling berpegaruh di dunia urutan ke-31, apakah lembaga ini sudah mengetahui bahwa ia telah habis jabatannya sebagai pemimpin Jatman? Atau, apakah lembaga ini mengetahui bahwa Lutfi bin Yahya menjadi tertuduh atas penulisan sejarah palsu pendiri NU dan marakanya makam palsu di Indonesia? Penulis yakin lembaga ini mengetahui karena dari sekian aktifis dari afiliasi lembaga ini ada Fajri Alatas di sana, bahkan Lutfi bin Yahya sendiri masuk ke dalam rekan senior dari afiliasi lembaga ini. Apakah publikasi lembaga ini memang sengaja untuk mengatakan kepada kita, bahwa walau di Indonesia di hujat, Lufi bin Yahya tetap dianggap sosok paling berpengaruh di dunia Internasional?
Tentu kita boleh berfikir skeptic tentang kredibilitas dan objektifitas lembaga ini, dan yang terpenting bahwa masyarakat mengetahui bahwa siapapun bisa membuat Lembaga Swadaya masyarakat (LSM) semacam “Royal Islamic Strategic Studies Centre” ini, lalu menempatkan tokoh-tokoh sesuka hati sesuai dengan seleranya masing-masing.
KH. Imaduddin Utsman Al Bantani, Pengasuh dan Pendiri Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Kampung Cempaka, Desa Kresek, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
блэк спрут как зайти – новая ссылка blacksprut, блэк спрут как зайти