Pati, LIPUTAN 9 NEWS
Ada teman mengusulkan saya menulis seputar Sadah Ba’alawi yang belajar dan menimba ilmu dari ulama Nusantara. Maka saya katakan, banyak sekali ulama Nusantara yang ilmunya diambil manfaat Sadah Ba’alawi. Jika kita melihat pesantren-pesantren besar di Indonesia hampir dipastikan ada santri dari kalangan Sadah Ba’alawi. Seperti Pesantren Sidogiri, Langitan, Lirboyo, Ploso dan Sarang. Tidak hanya saat-saat ini saja, melainkan sudah dari dulu.
Fakta ini cukup membuktikan bahwa antara Sadah Habaib dan Ulama Nusantara sudah sangat membaur. Ulama Nusantara ada yang belajar kepada Sadah Ba’alawi. Ulama dari Sadah Ba’alawi juga banyak yang belajar kepada ulama Nusantara. Orang yang mengingkari fakta ini seakan mengingkari matahari di siang bolong.
Di Kudus lembaga pendidikan agama yang memiliki santri-santri dari kalangan Sadah Habaib antaranya adalah almamater saya, Madrasah Qudsiyyah. Yaitu madrasah yang didirikan pada tahun 1919 M oleh pendiri NU, KHR. Asnawi. Sepeninggal beliau hingga kini madrasah Qudsiyyah kepemimpinannya dilanjutkan oleh para kiai sepuh di Kudus. Seperti KH. Yahya Arif, KH. Sya’roni Ahmadi, dan KH. Ma’ruf Asnawi.
Yang menarik, KH. Ma’ruf Asnawi yang biasa dikenal santri Qudsiyyah dengan sebutan Mbah Ji pernah berpesan kepada putra beliau yang bernama KH. Noor Halim Ma’ruf, “Lim jika kamu melihat ada dzurriyah nabi belajar kepadamu, persilahkan dia mengambil ilmumu. Tapi kamu jangan sampai merasa menjadi gurunya”. Ini merupakan bentuk adab Kiai Ma’ruf Asnawi terhadap keturunan Rasulullah صلى الله عليه وسلم.
Adab beliau tidak hanya diucapkan di mulut melainkan juga beliau praktekkan dalam perbuatan. Beberapa alumni Madrasah Qudsiyyah mengisahkan bahwa KH. Ma’ruf Asnawi jika bersalaman dengan yek (habib kecil/muda) seringkali mencium tangannya. Padahal usia beliau sudah sangat sepuh sedangkan habib tersebut masih muda/anak-anak. Inilah akhlak yang dicontohkan ulama kita terhadap Sadah Ba’alawi.
Membahas ulama Nusantara yang menjadi mahaguru para Sadah Ba’alawi, mengingatkan pada sebuah risalah kecil karya Syaikh Yasin al-Fadani tentang biografi Syaikhona Kholil Bangkalan. Risalah ini masih manuskrip, tapi sudah sering dibuat rujukan dzurriyah Syaikhona Kholil saat menulis biografi kakeknya. Saya mendapatkan filenya dari Lora Utsman al-Akhyari, ketua Lajnah Turots Syaikhona Kholil Jazahullah Khairan.
Syaikh Yasin al-Fadani mencatat dalam risalah tersebut:
وبنى زاويته بها وقصده الناس للطلب، وتخرج على يديه أكثر من نصف مليون نفس من أنحاء إندونيسيا
“Syaikhona Kholil mendirikan pesantren. Masyarakat pun berbondong-bondong datang kepada beliau untuk nyantri. Yang lulus nyantri kepada beliau ada lebih dari setengah juta orang dari seluruh penjuru Indonesia.”
من بين هؤلاء ثلاثة آلاف أئمة أعلام يشار إليهم بالبنان في جزيرتي جاوا وسومطرا وجزيرة مادورا، ويطلق على كل واحد منهم اسم الكياهي بمعنى العلامة الكبير.
“Di antara mereka ada 3000 ulama yang tenar di pulau Jawa, Sumatra dan tentunya Madura. Setiap mereka disebut “Kiai” yang memiliki arti al-allamah al-kabir (ulama besar yang sangat alim).”
ومنهم أكثر من مائتي عربي يطلق على كل واحد منهم اسم العلامة أو العارف بالله أوالفقيه.
“Di antara santri-santri Syaikhona Kholil ada lebih dari 200 orang Arab. Setiap mereka disemati julukan al-‘Allamah (orang sangat alim) atau al-‘Arif Billah (orang yang makrifat kepada Allah) dan al-Faqih (pakar fiqh).”
Kemudian Syaikh Yasin al-Fadani menyebutkan 62 nama ulama yang 11 di antaranya dari kalangan Sadah Ba’alawi. Para Sadah Ba’alawi santri Syaikhona Kholil tersebut adalah (saya terjemahkan langsung dari tulisan Syaikh Yasin al-Fadani):
- Sayyid Ahmad bin al-Hasan bin Jindan al-‘Alawi al-Husaini.
- al-Muhaddits an-Nassabah as-Sayyid Salim bin Ahmad bin Jindan, Syaikhu Darul Hadits dan Maktabah al-Fakhriyyah Jakarta.
- Sayyid Ja’far bin Muhammad bin Ja’far al-Haddad. Beliau pernah mulazamah ngaji kepada Syaikhona Kholil.
- al-Faqih Sayyid Umar bin Sholeh bin Syaikh bin Zein Assegaf Surabaya.
- Sayyid Abul Asrar Quthbuddin Abdullah bin Ali bin al-Hasan bin al-Husain al-Haddad Bangil Pasuruan.
- al-Allamah al-Kabir Sayyid Abdurrahman bin Muhammad bin Abdurrahman yang terkenal dengan sebutan Binhasan, Surabaya. Beliau mendengar dari Syaikhona Kholil Bangkalan hadits musalsal bi Yaum ‘Asyura’.
- Sayyid Hasan bin Abdurrahman bin Smith al-Alawi. Beliau mendengarkan hadits musalsal bi Yaum Asyura’ dari Syaikhona Kholil Bangkalan.
- Sayyid Idrus bin Hasan bin Umar al-Munawwar.
- Sayyid Muhammad bin Ahmad al-Habsyi.
- Sayyid Umar Shalih Assegaf. Beliau mendengarkan dari Syaikhona Kholil hadits musalsal bi Yaumi ‘Asyura.
- Sayyid Alawi bin Muhammad Bilfaqih (Bafaqih?). Beliau mendengarkan dari Syaikhona Kholil hadits musalsal bi Yaumi Asyura’.
Ini baru sedikit contoh Sadah Ba’alawi yang belajar kepada ulama Nusantara. Jika ingin dibahas panjang lebar, data sejarah sangat banyak.
Semoga Allah memberi madad kita dengan madad ulama Nusantara dan Sadah Ba’alawi. Amin.
Nanal Ainal Fauz, Ketua Yayasan Turats Ulama Nusantara