Surabaya, Jawa Timur, LIPUTAN 9
Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim, Prof. Akhmad Muzakki, menegaskan edukasi memiliki orientasi positif. Jika orientasinya negatif bukan edukasi melainkan toxic.
Hal ini disampaikan Prof Zaki saat wawancara dengan Tv One pada Ahad (02/03/24) terkait viralnya video ajaran tukar pasangan oleh Samsudin.
“Maka kalau mendengar, melihat informasi terkait penyebaran keyakinan penting dilihat siapa orang yang menyebarkan keyakinan ini,” ujarnya.
Bisa saja konten yang dibuat untuk meningkatkan rating, namun penting disadari bersama ada dampak buruk dari video yang disebarkan oleh Samsudin. Mewakili MUI Jatim, Prof Zaki mengajak untuk memberi kepercayaan kepada aparat keagaman untuk melakukan penyelidikan dalam kasus ini.
“Kita berikan kepercayaan kepada kepolisian untuk melakukan tugasnya hingga sampai pada keputusan. Sebenarnya apa yang terjadi dengan saudara Samsudin,” ucapnya.
Ulama yang juga Rektor UINSA Surabaya itu mengatakan dirinya tidak menyebut Samsudin sebagai Gus karena dari sisi keilmuan, tidak memiliki sanad keilmuan yang kuat. Sehingga tidak layak mengklaim sebagai orang yang layak memberikan informasi keilmuan Islam. Karena Samsudin di daerahnya adalah tukang batu yang berasal dari Lampung.
“Tidak benar disebut sebagai pesantren karena awalnya berdiri sebagai padepokan pengobatan. Setelah pengobatan di akhir 2023 menimbulkan kasus besar karena ada pasien yang meninggal di kamar mandi hingga menyebabkan kebeboan,” terangnya.
Selain itu, Samsudin cerdik memasukkan orang yang punya keilmuan dari pesantren untuk mengajar. Berubahlah padepokan ini menjadi sebuah pesantren. Namun sebenarnya syarat-syarat pesantren tidak terpenuhi.
“Apa yang disampaikan tentang edukasi sama sekali tidak benar. Karena tidak ada kelompok manapun yang membenarkan tukar pasangan lintas suami istri,” jelasnya.
Ditegaskan apa yang dilakukan Samsudin adalah penyimpangan dari apa yang diyakini oleh umat Islam. Melihat kriteria sepuluh aliran sesat yang sudah disepakati MUI apa yyangg disebarkan oleh Samsudin masuk dalam aliran sesat.
Maka, kemudian MUI memberikan perhatian besar untuk menjaga keyakinan umat Islam. Karena seumpama Samsudin menyabarkan di lingkungan internal keterpengaruhannya relatif kecil. Namun ketika mengunakan digital media dan mencoba memasukkan keyakinan keagamaan dengan piranti media digital, kegaduhan menyebar ke skala yang luas. (HZ)