JAKARTA | LIPUTAN9NEWS
Wanita Mulia yang makamnya harum semerbak sahabat kisah ini sudah hampir dilupakan oleh kalangan umat islam, anak-anak generasi muda saat ini saya yakin mereka tidak pernah dengar kisah yang sangat memberikan inspirasi besar dalam kehidupan. Bagaimana keteguhan dan keyakinannya menjadikan ia wanita yang mulia disisi Allah SWT. Siapa wanita mulia tersebut dialah Siti Masyitoh yang hidup pada zaman Firaun dan sekaligus menjadi pembantu mengurus anak-anaknya Firaun.
Apa, di dalam kerajaanku sendiri ada pengikut Musa?” Teriak Firaun dengan amarah yang membara setelah mendengar cerita putrinya perihal keimanan Siti Masyitoh. Hal ini bermula ketika suatu hari Siti Masyitoh sedang menyisir rambut putri Firaun, tiba-tiba sisir itu terjatuh, seketika Siti Masyitoh mengucap Astagfirullah. Sehingga terbongkarlah keimanan Siti Masyitoh yang selama ini disembunyikannya.
Baru saja aku menerima laporan dari Hamman, mentriku, bahwa pengikut Musa terus bertambah setiap hari. Kini pelayanku sendiri ada yang berani memeluk agama yang dibawa Musa.
Wanita mulia ini hidup di zaman Firaun. Namanya Siti Masyitoh, ia menjadi pelayan yang mengurusi anak-anak sang raja Fir’aun tersebut. Siapa sebenarnya ia? Bagaimana pula perempuan pelayan raja ini bisa tercatat sebagai perempuan mulia yang dikenang oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam?
Kisah Siti Masyitoh ini diriwayatkan dalam hadis Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu. Ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam ber-Isra Mi’raj, Beliau mencium aroma sangat harum. Penasaran, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam bertanya kepada Malaikat Jibril, “Harum apakah itu wahai Jibril?’’ Malaikat Jibril menjawab, itu adalah wangi dari kuburan seorang perempuan saleha bernama Siti Masyitoh (Mashitah) dan anak-anaknya.
Siti Masyitoh ini, seperti dikutip dari buku ‘Membina Akidah dan Akhlak’ yang ditulis Ajie Nazmuddin, digambarkan sebagai sosok yang memegang teguh kebenaran dan keimanan kepada Allah Ta’ala . Kala itu, ia menjadi pelayan dari Siti Asiyah, yaitu istri dari Firaun. Siti Masyitoh bertugas mengurus anak Fir’aun. Seorang lagi yang dekat dengan Siti Masyitoh bernama Hazaqil. Ia adalah pembuat peti, tempat Musa balita ditaruh utuk kemudian dihanyutkan di sungai dan menjadi suaminya.
Siti Masyitoh dan suaminya ini sudah beriman pada Nabi Musa namun mereka menyembunyikannya dari Fir’aun. Namun suatu ketika, Masyitoh menemukan suaminya telah meninggal dengan cara mengenaskan, yang ternyata dibunuh Fir’aun karena ketahuan sebagai pengikut Musa alaihissalam.
Masyitoh sangat sedih melihat kondisi suaminya. Namun ia bersabar dan berserah diri kepada Allah. Ia berkeluh kesah ke istri Fir’aun, Siti Asiyah. Sang istri raja ini pun memberikan nasihat agar Masyitoh dan anak-anaknya sabar. Namun, ia bisa membaca isyarat dari Siti Masyitoh yang beriman kepada Allah. Di akhir nasihatnya, Asiyah mengatakan bahwa selama ini dia juga beriman kepada Allah, tapi menyembunyikan di hadapan suaminya.
Sepeninggal suaminya, seperti biasa Masyitoh menjalankan tugasnya sebagai perias putri Firaun. Ada kisah sepele, tapi berdampak besar. Gara-gara sisir yang terjatuh, akhirnya terungkap jati diri Masyitoh. Saat itu Masyitoh sedang menyisir rambut anak Firaun. Tiba-tiba sisir dalam genggamannya terjatuh. Ketika mengambil lagi sisir tersebut, bibirnya reflek mengucap, Bismillah.
Ucapan itu membuat anak Fir’aun terkejut. “Apakah ucapan yang kamu maksud adalah bapakku,” tanya anak Firaun. Siti Masyitoh dengan jujur mengatakan bahwa maksud kata itu ialah Tuhan sesungguhnya, bukan ditujukan untuk Fir’aun.
“Yaitu Rabbku, juga Rabb ayahmu, yaitu Allah. Karena tiada Tuhan selain Allah,” katanya.
Jawaban itu membuat anak Firaun tersinggung, berarti ada Tuhan lain kecuali bapaknya. Anak Firaun itu mengancam melaporkan keyakinan Siti Masyitoh tersebut kepada bapaknya. Namun Masyitoh tak gentar, karena ia yakin Allah adalah Tuhan yang sebenarnya, bukan Firaun.
Laporan anaknya membuat Firaun murka. Ia tidak menyangka, pengasuh anaknya adalah pengikut Nabi Musa. Masyitoh dipanggil lalu ditanya oleh Firaun.
“Apakah benar apa yang disampaikan anakku? Siapakah Tuhan yang engkau sembah selama ini?’
Masyitoh tidak mengelak tuduhan itu. Dengan tegas dia mengatakan;
‘’Betul, Bahwa tiada tuhan selain Allah yang sesungguhnya menguasai alam dan isinya.’’ ucap tegas Masyitoh.
Jawaban itu membuat Firaun semakin marah. Dia memerintahkan para pengawal menyiapkan minyak mendidih di dalam tembaga besar. Wadah panas itu untuk menggodok Masyitoh beserta anak-anaknya.
Pemandangan itu disaksikan masyarakat luas. Sebelum dimasukkan ke minyak panas, Masyitoh diberi kesempatan sekali lagi untuk memilih, dia dan dua anaknya selamat jika mengakui Firaun sebagai tuhan.
Sebaliknya, nyawanya terancam jika tidak mau mengakui ketuhanan Firaun. Sebagai wanita beriman dan meyakini Allah Ta’ala, Siti Masyitoh tidak gentar terhadap ancaman Firaun. Ia tetap yakin Tuhan yang sesungguhnya hanyalah Allah, bukan Firaun.
Pendirian Masyitoh semakin mempermalukan Firaun. Lalu, Raja kejam itu memerintahkan pengawalnya melemparkan anak Masyitoh satu persatu di hadapan ibunya hingga yang terakhir bayi yang sedang menyusu dalam pelukan Masyitoh. Ibu mana yang tega menyaksikan satu persatu anaknya tergerus minyak panas. Ketika giliran bayi terakhir akan dimasukkan tembaga panas, Masyitoh sempat ragu. Kekuasaan Allah menciptakan bayi itu tiba-tiba bisa bicara,
“Jangan takut dan sangsi, wahai ibuku. Karena kematian kita akan mendapat ganjaran dari Allah Ta’ala, dan pintu surga akan terbuka menanti kedatangan kita.
”Riwayat lain, bayi Masyitoh meyakinkan ibunya, “Sabarlah wahai ibuku, sesungguhnya kita dalam pihak yang benar. Wahai ibu masukanlah, karena sesungguhnya siksa dunia lebih ringan daripada siksa akhirat.’’ (HR Ahmad).
Kekuatan anaknya membuat keraguan Masyitoh hilang. Dengan yakin dan iklas kepada Allah, Masyitoh membaca, “Bismillahi tawak kal tu ‘alallah wallahu akbar.
Siti Masyitoh dan bayinya terjun ke minyak mendidih. Ajaib, begitu minyak panas menggerus raga orang-orang istiqamah itu tercium wangi yang sangat harum dari dalam kuali. Allah telah membuktikan kepada hamba-hamba-Nya yang istiqamah. Ketika Masyitoh dan anak- anak nya dilemparkan satu persatu ke periuk, Allah terlebih dahulu mencabut nyawa mereka sehingga mereka tidak merasakan panasnya minyak mendidih.
Tulang belulang Masyitoh bersama anak-anaknya dikubur di suatu tempat hingga mengeluarkan wangi yang sangat harum. Aroma itu tercium oleh Rasulullah ketika perjalanan Isra Mi’raj.
“Itulah kuburan Masyitoh bersama anak-anaknya,’’ kata Malaikat Jibril.
Demikianlah, kisah seorang perempuan saleha bernama Siti Masyitoh, yang tetap teguh memegang keimanannya walaupun dihadapkan pada bahaya yang akan merenggut nyawanya dan keluarganya. Dan Allah Ta’ala pun memuliakannya.





















