Jakarta, LIPUTAN9.ID – Pengurus Lembaga Dakwah PBNU melanjutkan tahlil virtual malam ke3 untuk al-Maghfurlah Prof. Dr. KH. Ali Yafie pada Selasa malam Rabu, 28 Februari 2023, Pukul 19.30 WIB
Pelaksanaan tahlil diawali dengan pembukaan oleh Gus Fani Ruusul Masail. Pembacaan Yasin dan Tahlil dipimpin KH. Goes Siroj Ronggo Lawe (LD PBNU) dan ditutup dengan doa oleh KH. Abdul Muiz Ali, Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI yang juga pengurus LD PBNU.
Dalam malam ke-3 tahlil virtual untuk Kiai Ali Yafie, hadir sekaligus memberikan mauidzhoh hasanah dan testimoni Dr. KH. Syamsul Maarif, MA, Ketua Tanfidziyah PWNU DKI Jakarta.
Dalam awal testimoninya, Kiai Syamsul mengatakan, saya termasuk orang yang angat mengagumi sosok Kiai Ali Yafie. Sosok Kiai orang yang sangat alim, sederhana dalam keseharian dan banyak memberikan manfaat dengan ilmu dan karya melalui tulisan-tulisanya.
Saya merasa sangat kehilangan atas wafatnya Prof. Kiai Ali Yafie. Dan tentu saja bagi kita semuanya, khususnya kalangan Nahdliyin.
Kita sulit menemukan sosok pengganti seperti al-Maghfurlah Kiai Ali Yafie. Rasulullah SAW bersabda,
موت العالم مصيبة لا تجبر وثلمة لا تسد وهو نجم طمس. وموت قبيلة أيسر لي من موت عالم.
”Kematian orang alim merupakan sebuah musibah yang tak bisa tergantikan dan kebocoran yang tak bisa ditambal. Ibarat bintang yang redup sinarnya. Hilangnya sebuah kabilah lebih ringan bagiku daripada meninggalnya seorang alim. (HR. Thabarani)
Kiai Syamsul Ma’arif juga menyampaikan apa yang pernah ditulis oleh Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya’nya;
إذا مات العالم بكاه الحوت في الماء والطير في الهواء ويفقد وجهه ولا ينسى ذكره
Apabila satu ulama wafat, ikan di lautan serta burung di udara pun akan turut berduka cita (akan kepergiannya). Jasadnya akan sirna, namun ia akan selalu dikenang.” (Imam Al-Ghazali, Kitab Ihya’, juz 1, halaman 1)
Lebih lanjut Kiai Syamsul bercerita, saya ke Jakarata tahun 1991 pada saat Kiai Ali Yafie menjadi Ketua Umum MUI dan kemudian menjadi Rais Aam PBNU.
Bagi saya, tidak banyak ulama seperti sosok Kiai Ali Yafie. Dalam kehidupanya, almarhum nampak tidak banyak bicara tapi banyak memberikan contoh.
Setahu saya, Kiai Ali Yafie jarang atau tidak pernah memberikan komentar-komentar yang tidak penting.
Misalnya, meski almarhum tidak lagi masuk dalam struktur pengurus di NU atau MUI, almarhum Kiai Ali Yafie tidak memberikan komentar yang tidak penting, apalagi dapat merugikan cita-cita luhur organisasi itu sendiri. Ini penting bagi kita, khususnya saya pribadi untuk bersama-sama kita teladani. (AMA)