Jakarta, LIPUTAN 9 NEWS
Prof. Nadirsyah Hosen memberikan tanggapan terhadap kunjungan 5 Aktifis Nahdliyin yang berkunjung memenuhi undangan bertemu dengan Presiden Isrel Isaac Herzog. Pernyataan terbuka tersebut disampaikan Gus Nadir pada akun medsosnya, Senin (15/07/24).
Gus Nadir meyampaikan bahwa banyak wartawan yang bertanya tanggapan saya terhadap masalah ini. Kata Gus Nadir, daripada saya jawab satu persatu, dan dikutip tidak utuh, saya tulis saja tanggapan saya di sini. Silakan media jika ingin mengutipnya. Disclaimer: saya bukan lagi pengurus NU. Saya cuma warga NU biasa.
Kemudian, Gus Nadir mengatakan bahwa mengenal beberapa nama yang berangkat menemui Presiden Israel itu. Bahkan, Gus Nadir sudah tabayun dengan salah satunya via WA. Pengakuannya, undangan diatur lewat jaringan alumni Harvard, dan berkenaan dengan akademik dan start up. Dan ini diklaim sebagai kunjungan pribadi, bukan atas nama NU.
“Kalau mereka cuma “aktivis dan cendekiawan” saja saya yakin mereka gak akan masuk radar untuk diundang ketemu Presiden. Justru karena ada embel2 NU-nya makanya mereka diundang. Jadi gak bisa ngeles dengan mengatakan ini atas nama pribadi. Mohon maaf atas keterusterangan saya ini: tanpa NU mereka bukan siapa2 dan gak bakal masuk radar Israel,” ujarnya tegas.
Lebih lanjut, Gus Nadir menjelaskan bahwa NU itu bertindak bukan hanya atas pilar tasamuh (toleransi) dan tawasuth (moderasi), tapi juga tawazun dan i’tidal.
“Tawazun artinya seimbang. Itu sebabnya mereka saat mendapat undangan harus menimbang banyak hal terlebih dahulu, termasuk geo politik dan konflik yg terjadi saat ini. I’tidal artinya tegak lurus pada aturan main, keadilan dan kebenaran. Kita tahu bagaimana Mahkamah Internasional sudah bersikap. Begitu juga kebijakan pemerintah RI soal ini. Jadi yang dilakukan kelima orang itu jauh dari prinsip NU: tawazun dan i’tidal,” jelasnya.
Menurutnya, Presiden Israel itu hanya simbol seremonial belaka. Tidak menjalankan roda pemerintahan sehari-hari. Jadi alasan mau berdiskusi soal konflik dengan dia itu menunjukkan ketidakpahaman soal struktur pemerintahan Israel.
“Lagipula seruan damai Sekjen PBB dan Paus Fransiskus saja dicuekin, mereka ini siapa kok merasa bisa mempengaruhi kebijakan Netanyahu. Banyakin ngaca mas-mbak,” Gus Nadir mengigatkan.
Kata Gus Nadir program kunjungan seperti ini sudah lama berjalan bertahun-tahun dan selalu memicu kontroversi.
“Saran saya mereka yang merasa tokoh/aktivis/ulama sebaiknya menolak undangan semacam ini selama konflik belum usai. Yang untung cuma Israel dengan kunjungan dari NU. Mudaratnya lebih banyak,” pungkasnya. (ASR)