BANGKALAN | LIPUTAN9NEWS
Takdir Apa Dosa Kontruksi?
Ahlussunnah telah selesai dalam pergulatan pemikiran tentang hubungan takdir dan perbuatan manusia. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW.
كل شيء بقضاء وقدر ، حتى العجز والكسل
“Setiap sesuatu (terjadi) berdasarkan qadla’ dan qadar, sampai-sampai sifat lemah dan malas”. (HR. Bukhari Muslim)
Maka ketika kiai berkata: “ini takdir” Bukan berarti kiai tidak berikhtiar.
Hukum tidak percaya takdir?
Yang meyakini bukan takdir, dengan meyakini murni karena perbuatan manusia, atau oleh sebab akibat (hukum kausalitas) maka mereka termasuk golongan Qodariyah. Bagaiamana Hukum Keyakinan seperti ini?
Kafir secara Ijma’:
Apabila meyakini selain Allah memilki pengaruh’.
فمن اعتقد أن الأسباب العادية كالنار والسكين والأكل والشرب تؤثر فى مسبباتها الحرق والقطع والشبع والرى بطبعها وذاتها فهو كافر بالإجماع.
Barangsiapa berkeyakinan segala sesuatu terkait dan tergantung pada sebab dan akibat seperti api menyebabkan membakar, pisau menyebabkan memotong, makanan menyebabkan kenyang, minuman menyebabkan segar dan lain sebagainya dengan sendirinya (tanpa ikut campur tangan Allah) hukumnya kafir dengan kesepakatan para ulama,
Pendapat paling shohih tidak kafir tapi berdosa
Apabila meyakini bahwa yang memiliki pengaruh adalah kekuatan Allah yang yang ditaruh pada sebab-sebab tertentu, atau terjadi kelaziman antara sebab dan akibat
أو بقوة خلقها الله فيها ففى كفره قولان والأصح أنه ليس بكافر بل فاسق مبتدع ومثل القائلين بذلك المعتزلة القائلون بأن العبد يخلق أفعال نفسه الإختيارية بقدرة خلقها الله فيه فالأصح عدم كفرهم
ومن اعتقد المؤثر هو الله لكن جعل بين الأسباب ومسبباتها تلازما عقليا بحيث لا يصح تخلفها فهو جاهل وربما جره ذلك إلى الكفر فإنه قد ينكر معجزات الأنبياء لكونها على خلاف العادة
atau berkeyakinan terjadi sebab kekuatan (kelebihan) yang diberikan Allah didalamnya menurut pendapat yang paling shahih tidak sampai kufur tapi fasiq dan ahli bidah seperti pendapat kaum mu’tazilah yang berkeyakinan bahwa seorang hamba adalah pelaku perbuatannya sendiri dengan sifat kemampuan yang diberikan Allah pada dirirnya, atau berkeyakinan yang menjadikan hanya Allah hanya saja segala sesuatu terkait sebab akibatnya secara rasio maka dihukumi orang bodoh.
Akidah yang selamat
Meyakini yang memberi pengaruh hanya Allah bukan karena sebab akibat.
ومن اعتقد أن المؤثر هو الله وجعل بين الأسباب والمسببات تلازما عادي بحيث يصح تخلفها فهو المؤمن الناجى إن شاء الله إهـ
“Barang siapa meyakini bahwa yang memberikan pengaruh adalah Allah sementara sebab dan akibat hanya terjadi secara kebiasaan maka dihukumi orang mukmin yang selamat, Insya Allah”. (Tuhfah al-Muriid 58)
Kehendak Allah apa kehendak manusia?
Semua yang terjadi di alam semesta ini atas kehendak Allah. Sebab jika ada sesuatu diluar kehendak Allah maka menunjukkan Tuhan itu lemah, dan tentu ini mustahil.
Sekalipun semua yang terjadi ini atas kehendak Allah namun manusia oleh Allah diberikan Akal untuk menentukan pilihannya. Diberikan hati untuk menentukan tujuannya. Kebebasan untuk memilih inilah yang kemudian manusia itu disebut ikhtiar.
Jadi, ikhtiar itu hanyalah sebatas kemampuan bisa memilih, berniat atau bermaksud (Qhasdu). Dan manusia memiliki kemerdekaan untuk menggunakan nikmat ikhtiyar yang diberikan oleh Allah. Kendati demikian Ikhtiar manusia tidak bisa mengeksekusi sendiri setiap keinginannya. Sebab sekali lagi ikhtiar hanya bisa digunakan untuk bermaksud bukan untuk berbuat. Manusia tidak memiliki kemampuan untuk menciptakan perbuatannya sendiri. Kekuatan hanya milik Allah.
Kekuatan manusia milik Allah, dia yang menciptakan. Tetapi Allah memberikan kesempatan manusia (tamattu’) untuk menggunakan sesuai keinginan mahluk.
Dalam kondisi bisa berikhtiar inilah manusia diberikan beban taklif, atau aturan dalam agama. Dia akan mendapatkan pahala jika ikhtiarnya dia gunakan untuk perkara yang diridhai oleh Allah. Sebagaimana dia akan mendapatkan sanksi dan dosa apabila ikhtiarnya digunakan untuk perkara yang mendatangkan murka Allah.
Dalam kondisi sebaliknya, Allah tidak akan menghukum makhluk yang sudah tidak bisa berikhtiar. Allah tidak akan membebani sesuatu yang diluar kemampuan manusia.
Oleh karenanya, dihapuslah catatan buruk dari orang yang sedang tidur, kondisi terpaksa, orang gila karena itu semua diluar ikhtiyarnya.
Bencana Alam Apa kelalaian?*
Jadi, yang jelas Tragedi Al Khozini Adalah musibah yang harus kita petik pelajaran, bukan untuk saling menyalahkan. Pesan Tragedi Al Khozini bukan hanya menyadarkan kaum pesantren tetapi juga kepada Pemerintah untuk memperhatikan nasib Pesantren yang telah jelas, ikhlas dan Istiqomah dalam membentuk generasi yang bermoral dan menjadi pusat pendidikan Agama
Apakah Terjadi Kelalain?
Tentu jawabannya harus investigasi secara menyeluruh dengan tetap mempertimbangkan kearifan dan kebijaksanaan. Karena sejatinya segala peraturan itu hadir untuk mencegah , menolak mafsadah dan menarik maslahah.
Saya sangat yakin pembangunan bukan asal-asalan, tapi hasil ikhtiyar yang panjang dan maksimal. Bukan hanya doa tapi perhitungan yang cermat.
Dimanakah kelalaian?
Apa standar kelalaiannya?
Apakah ketika santri ikut membantu itu lalai?
Apakah tidak ada izin IMB itu lalai?
Betapa banyak pesantren-pesantren di Indonesia itu yang belum mendapatkan Izin IMB.
Siapa yang lemah kontrol?
Apakah kalau tukang bangunan tidak memeiliki sertifikat itu dianggap lalai?
Bukankah banyak selama ini Bangunan-bangunan pesantren yang dikerjakan oleh tukang lokal justru bangunannya masih kokoh.
Apakah batasan ahli harus sesuai versi pemerintah?
Kalau kita kembali kepada perspektif Fiqh asalkan secara uruf atau kebanyakan orang itu dianggap ahli maka itu cukup sebagai bukti tidak adanya kelalaian.
Sekali lagi, ini kita harus melihat dengan arif dimulai jauh sebelum kejadian, saat kejadian dan setelah kejadian.
Kemenagan Takdir Al Khozini
Tragedi Al Khozini bukan hanya bangunan yang roboh tapi keimanan yang kokoh. Betapa banyak masyarakat yang terkesima dengan keimanan santri Al Khozini. Bahkan ada yang ingin menggantikan anaknya dengan santri yang sudah meninggal.
Jika penentu kemenangan itu terletak pada saat menjelang kematian maka santri Al Khozini telah mencapai kemenagan sejati.
Telah cukup bukti korban Ambruknya Al Khozini mendapatkan gelar Syuhada’. Shahid karena ambruknya bangunan, syahid karena menuntut ilmu, syahid karena waktu solat dan sujud.
“Seandainya saya tidak takut dikatakan orang gila maka akan saya sambut jenazah anakku dengan tabuhan rebana” Itu salah satu ucapan kegembiraan wali santri.
Para wali santri ikhlas bahkan akan menitipkan lagi anak-anaknya yang lain menggantikan yang sudah meninggal. Al Khozini bukan semakin ditakuti, tapi semakin diminati.
Al Khozini telah mengingatkan pemerintah untuk peduli terhadap pendidikan pesantren.
Al Khozini telah mengetuk jiwa kaum santri untuk tetap kokoh menjaga keimanan sampai mati.
Ahmad Zaini Aly, Guru Ngaji Pondok Pesantren Darur Rohman Morombuh Bangkalan
























