LIPUTAN9.ID – Dalam kehidupan sehari-hari, ada sebagian orang di antara kita yang rajin beribadah, rajin berzikir, rajin berpuasa, dan sebagainya. Hal itu mereka lakukan agar memperoleh kesenangan dan kemewahan dalam kehidupan di dunia. Aktivitas itu mereka lakukan dengan sungguh-sungguh dan amat bersemangat dengan tujuan tersebut. Aktivitas seperti ini merupakan hal yang sangat tercela dan merupakan tujuan yang sangat rendah dalam kehidupan manusia muslim. Sesungguhnya tujuan dari kehidupan manusia muslim adalah mencapai keridhaan Allah s.w.t..
Karena itu, berbeda sekali dengan perilaku dari sebagian saudara kita yang melakukan kegiatan ibadah dan muamalah dengan sungguh-sungguh yang tujuannya semata-mata mencari keridhaan Allah. Inilah sikap manusia muslim yang cerdas, karena tujuan dari kehidupannya, bukan meraih kemewahan duniawi, tetapi untuk mencapai tujuan akhir, yaitu ampunan dan keridhaan-Nya. Dengan tujuan tersebut, maka kelompok ini akan terus beribadah dan beramal shaleh dengan sungguh-sungguh dan semakin meningkat kualitasnya, meskipun telah memperoleh kesuksesan duniawi dan kemewahannya.
Berbeda dengan kelompok kedua, kelompok pertama, mereka rajin beribadah dan beramal shaleh sampai tujuan duniawinya tercapai, kekayaannya sudah berlimpah, wanita idamannya telah diperoleh, kedudukan tinggi, banyak pendukung, dan sebagainya, ia tidak rajin beribadah lagi. Karena memang tujuannya adalah kemewahan duniawi tersebut. Dikatakan oleh seorang penyair:
مَنْ صَلىَّ وَصَامَ لِأَمْرٍ كَانَ يَطْلُبُهُ حَتَّى إِذَا مَا انْقَضَى الْأَمْرُ لَا صَلَّى وَلاَ صَامَ
Ia melaksanakan shalat dan puasa karena ingin memperoleh sesuatu yang dibutuhkannya. Setelah kebutuhan (duniawi) itu telah tercapai, maka ia pun tidak shalat dan tidak puasa lagi.
Agar bisa memahami lebih jauh uraian di atas, marilah kita perhatikan sabda Nabi s.a.w..:
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا، أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Sesungguhnya amal seorang itu tergantung kepada niatnya. Sesungguhnya setiap orang itu akan memperoleh hasil sesuai dengan yang ia niatkan. Barang siapa yang hijrahnya dilakukan karena Allah dan rasul-Nya, maka ia berhijrah menuju keridhaan Allah dan rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya karena ingin mencari kehidupan dunia atau perempuan yang diinginkannya, maka hijrah orang tersebut menuju pada kehidupan dunia dan kepada perempuan yang ingin dinikahinya. (HR. Muslim, 1907).
Dari hadits ini kita bisa memahami betapa rendahnya tujuan dari seseorang yang ingin memperoleh kehidupan dunia, seperti kekayaan, tahta, dan wanita. Sebaliknya, mereka yang melakukan berbagai aktivitas untuk mencapai keridhaan Allah dan ampunan-Nya, merupakan suatu aktivitas yang sangat luhur dan terpuji. Karena dengan keridhaan Allah itu, orang tersebut akan memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat, serta sampai pada tujuan yang akhir, yaitu hanya menuju kepada Allah s.w.t..
أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٞ وِزۡرَ أُخۡرَىٰ وَأَن لَّيۡسَ لِلۡإِنسَٰنِ إِلَّا مَا سَعَىٰ وَأَنَّ سَعۡيَهُۥ سَوۡفَ يُرَىٰ ثُمَّ يُجۡزَىٰهُ ٱلۡجَزَآءَ ٱلۡأَوۡفَىٰ وَأَنَّ إِلَىٰ رَبِّكَ ٱلۡمُنتَهَىٰ
Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan bahwasanya kepada Tuhanmulah akhir dari (segala sesuatu). (QS. Al-Najm, 53:38-42).
Dr. KH. Zakky Mubarok Syakrakh, MA., Dewan Pakar Lajnah Dakwah Islam Nusantara (LADISNU) dan Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)