Jakarta, LIPUTAN9.ID – Ziarah ke masjid al Aqsha baru, masjid al Aqsha qadiim, dan Qubah Shakhrah, serta melihat tembok ratapan.
Posisi Qubah Shakhrah (yg berwarna kuning), berhadapan dgn masjid al-Aqsha (kubah warna hitam) dengan jarak sekitar 88 meter.
“Kubah ini kelihatan lebih indah, pada saat kena lampu dan cahaya rembulan di waktu fajar,” Prof. Fuad Thohari mengisahkan.
Banyak informasi, kawasan ini tidak aman. Padahal, kita bisa berjamaah sholat 5 waktu, termasuk bisa datang 30 menit sebelum adzan Subuh,. Setiap lorong pintu masuk memang ada penjaga (tentara) Israel, tetapi mereka tidak pernah minta menunjukkan pasport bagi para wisatawan yang mau sholat.
Sholat subuh, imam membaca basmalah dan qunut. Begitu juga bacaan aaamiin dibaca keras. Mazhab Syafii begitu terasa sekalipun makmumnya banyak yang bermazhab Hanafi,” paparnya.
Di bawah batu tempat Nabi Saw take off ke Sidrat al Muntaha, ada jalan ke bawah batu, yang juga digunakan tempat shalat.
“Tempat ini pernah digunakan khalifah Umar bin Khatab untuk shalat, kenudian beliau pesan, “Boleh dijadikan sebagai mushalla, tapi jagan ada kumandang adzan, menghormati umat Nashrani”. ucapnya.
Masjid Aqsha yang lama posisinya di bawah masjid Aqsha baru, yang ditopang 3 tiang batu besar. Di sinilah Nabi Zakaria as. berdoa di mihrab.
“Saya menduga. di masjid ini. Nabi Muhammad saw sebelum mi’raj, menjadi imam shalat bagi ruhnya Para Nabi dan Rasul,” ujar Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah tersebut.
Sebelah kanan masjid al Aqsha, tempat Buraq parkir, dan bila berjalan lurus, ketemu gerbang tembok Barat yg menghubungkan Tembok Ratapan komunitas Yahudi (al haith li al mubki).
“Posisi halaman tempat neratap ini, turun ke bawah, kira-kira tempat berdoanya. Sejajar dengan lantai masjid al Aqsha qadiim (lama),” jelas Kiai Fuad.
Tembok ratapan yg tersisa, panjangnys kurang lebih 33 meteran, dengan ketinggian tembok mencapai kurang lebih 13 meteran,” pungkasnya. (red)