BANTEN | LIPUTAN9NEWS
Untuk yang kesekian kalinya, kegiatan berkala tahunan Festival Teater Remaja Banten (FTRB) yang diasuh Giri Mustika Rukmana dkk diselenggarakan pada 2 Agustus 2025 di Aula FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Peristiwa kebudayaan yang diikuti perwakilan sejumlah sekolah menengah atas dari Kabupaten Serang, Kota Serang, dan Kabupaten Pandeglang yang meski bersahaja, sesungguhnya memiliki makna yang sangat penting untuk menggairahkan kerja kreatif seni di tingkatan pelajar di Banten. Termasuk untuk para guru seni mereka.
Festival yang berlangsung selama satu hari, dari pagi hingga senja itu, menghadirkan dua dewan juri: Yopi Hendrawan (praktisi teater) dan Ahdi Zukhruf Amri (praktisi teater), serta dua dewan pengamat: Dede Majid (Direktur Guriang Tujuh) dan Sulaiman Djaya mewakili penulis.
Bila dilihat dan dicermati dari penampilan seluruh peserta, ada peningkatan kualitas dan kuantitas dibanding pelaksanaan sebelumnya, di tahun 2024 lalu, meski soal tempat masih belum representatif atau belum ideal untuk penyelenggaraan sebuah festival teater. Mungkin soal ini bisa menjadi masukan untuk pengadaan atau pembangunan infrastruktur penunjang oleh pihak kampus, sebab di Banten hanya di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang ada SENDRATASIK.
Selama berlangsungnya penampilan setiap peserta, para dewan juri dan dewan pengamat tampak sangat antusias. Terlihat pula kegembiraan para dewan juri dan dewan pengamat saat berlangsung sesi tanya jawab antara panitia dengan para dewan juri dan dewan pengamat, sebelum sesi pengumuman para pemenang di setiap kategori yang telah ditetapkan pihak panitia atau penyelenggara. Mungkin, karena mereka melihat kesungguhan dan keseriusan para peserta, semisal menyiapkan properti dan dekorasi pentas mereka, yang sudah tentu membutuhkan pendanaan serius.
Secara umum, para peserta memang berusaha tampil sebaik dan semaksimal mungkin, sesuai kapasitas mereka. Meski masih ada sejumlah detil yang perlu disempurnakan, semisal ketika suara vokal atau intonasi aktor dan aktris tenggelam oleh musik. Atau ketika masih terjadi kesalahan-kesalahan kecil tapi akan sangat berpengaruh pada keseluruhan pengadeganan atau pemeranan, seperti ketika dialog atau vokal aktor-aktris terjeda karena lupa kata atau lupa redaksi naskah.
Seperti tahun sebelumnya, isu dan tema yang diangkat masih tetap sama, cerita rakyat dan kearifan lokal Banten: Festival Hana Nguni Hana Mangke 2. Kita perlu membaca narasi TOR atau Term of Reference-nya bila ingin mengetahui maksud dan tujuan penyelenggaraan festival teater remaja ini: “Sudah saatnya teater kita (Indonesia) untuk maju karena sebenarnya kita sudah berada di masa depan. Teater kita tak semestinya terus menerus berada pada seputar “romantisme” (klangenan, kepuasan batin) semata dan cobalah untuk keluar dari zona nyaman.
Tantangan baru harus segera dijajaki, tantangan zaman harus segera diimbangi tanpa meninggalkan Tradisi dengan “T” besar, artinya pemahaman Tradisi tidak soal ke-masa lampau-an akan tetapi sebuah “Pembiasa-an” atau keberlanjutan atau berkala sehingga terciptalah “Kebiasa-an” yang turun temurun. Salah satunya adalah melalui kegiatan FESTIVAL. Mencipta masa depan yang maju, mencipta Sejarah yang baru melalui kontekstualisasi di era kontemporer ini.
Teater adalah sebuah seni pertunjukan yang unik dan estetik. Seni Pertunjukan yang kolaboratif karena semua tentang seni terdapat didalamnya. Seni pertunjukan teater dapat didekati dengan berbagai gagasan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan artistiknya. Pendekatan itu yakni Pendidikan, Industri kreatif, Pariwisata, aset kebudayaan, dll. Teater Pendidikan adalah sebuah pendekatan pengembangan seni pertunjukan teater melalui perangkat-perangkat Pendidikan yaitu sarana belajar, medianya adalah para pelajar, metode pembelajaran dan Pembangunan karakter sumber daya manusia unggul yang merdeka, kreatif dan inovatif dan berdaya saing menjadi Jawara di bumi sendiri, terintegrasi, smart dan sehat jiwa raga. Membangun ekosistem teater melalui Pendidikan adalah salah satu cara yang baik menuju pemajuan kesenian dan kebudayaan dalam konteks generasi muda sebagai tulang punggung masa depan.”
Pihak penyelenggara menyediakan sejumlah naskah yang harus dimainkan (dipilih) oleh setiap peserta, yang kebetulan ditulis oleh Giri Mustika Rukmana dan dramawan Indonesia tempo dulu, semisal Utuy T. Sontani, yang memang naskah-naskah drama yang disadur dari cerita-cerita rakyat, seperti Lutung Kasarung, Tanjung Lesung, Sangkuriang, Rabeg Kesultanan Banten, dan Dewi Kadita (Nyi Roro Kidul atau Ratu Laut Selatan). Dan meski mengangkat tema dan isu kearifan lokal, naskah-naskah drama itu ber-Bahasa Indonesia, dan sebenarnya akan menjadi menarik jika menggunakan Bahasa Sunda Banten atau Jawa Banten.
Seperti yang dapat kita baca di dasar pemikiran term of reference festivalnya, diantara maksud dan tujuan penyelenggaraan festival ini adalah mengedukasi generasi muda agar tidak tercerabut dari akar kearifan dan budaya leluhur mereka, sebagai inti jati diri kita agar tidak mengalami disorientasi dalam hidup berhadapan dengan ‘invasi’ budaya-budaya pop yang dangkal dan kurang mendidik hingga kosong dari nilai-nilai kearifan dan muatan spiritual yang luhur dan adiluhung. Selain tentu saja, sebagai wahana pendidikan karakter dan pengembangan bakat para pelajar dalam talenta seni.
Adapun sebagai wahana pedagogik, fungsi edukasi atau pendidikan, festival teater remaja berbasis kearifan lokal tak lain untuk menyampaikan nilai-nilai, norma, dan pengetahuan tradisional kepada masyarakat melalui pertunjukan seni atau medium estetik. Begitu pun festival teater remaja berbasis kearifan lokal berfungsi sebagai media pembelajaran yang efektif karena menggabungkan unsur hiburan dengan pesan moral dan budaya yang sekaligus menginspirasi dan menyenangkan para pemain dan penontonnya. Sudah tentu hal ini dapat membantu melestarikan dan mewariskan kekayaan budaya serta memperkuat identitas lokal bangsa kita, termasuk Banten.
Kita pun bisa merinci manfaat lainnya dari penyelenggaraan festival teater remaja berbasis kearifan lokal, semisal:
- Pewarisan Nilai-nilai Budaya: festival teater remaja berbasis kearifan lokal dapat menjadi sarana untuk menyampaikan nilai-nilai luhur, norma sosial, dan adat istiadat yang terkandung dalam kepercayaan atau kearifan kosmologis dan budaya suatu daerah, seperti Banten.
- Sebagai Wahana Pendidikan Moral: Melalui cerita dan karakter yang ditampilkan yang terinspirasi cerita-cerita rakyat yang sarat perumpamaan dan kearifan hidup, festival teater remaja berbasis kearifan lokal dapat memberikan pelajaran moral dan ajaran kebijaksanaan kepada penonton.
- Sebagai Wahana Pelestarian Bahasa dan Tradisi: festival teater remaja berbasis kearifan lokal bila menggunakan bahasa daerah dan menampilkan tradisi lokal, dapat membantu melestarikan warisan budaya dan bahasa daerah tersebut.
- Sebagai Wahana Pengembangan Karakter: dengan terlibat dalam pertunjukan festival teater remaja, para pelajar dapat mengembangkan rasa percaya diri, kreativitas, dan kemampuan kerjasama.
- Sebagai Medium Komunikasi Sosial: festival teater remaja dapat pula menjadi wahana dan medium untuk menyampaikan pesan-pesan sosial, kritik, atau isu-isu yang relevan dengan masyarakat setempat, dengan meminjam hikayat-hikayat dan cerita-cerita rakyat yang mengandung pesan-pesan yang senantiasa relevan bagi setiap zaman.
Dan akhirnya, yang keenam, festival teater remaja berbasis kearifan lokal dapat memperkuat rasa bangga dan kesadaran akan identitas budaya suatu daerah, sehingga daerah tersebut sanggup membangun dan mengembangkan potensi budaya dan wisata seni-budayanya. Terimakasih!
Sulaiman Djaya, Penyair























try this website
toastwallet