BANTEN | LIPUTAN9NEWS
Kawasan Royal Kota Serang adalah ikon urban masyarakat Banten, tidak terlalu besar, namun sudah menjadi brand pusat perbelanjaan di Banten, terutama busana (clothing), meski sejumlah komoditas dan kebutuhan hidup lainnya juga ada dan diperjual-belikan. Di hari Senin, 3 November 2025 saat mendekati senja itu, saya singgah kembali di toko yang sudah dikenal sebagai penjual merk-merk original terkenal celana jeans. Seperti biasa, sekedar ngopi dan diskusi ringan sembari menikmati cemilan yang disediakan tuan rumah, lelaki sepuh keturunan Tionghoa yang hijrah ke kota Serang dari tanah kelahirannya di Sulawesi puluhan tahun silam.
Ada yang berbeda dari sebelum-sebelumnya, area di samping kanan kiri depan toko-toko itu sedang diubah menjadi pedestrian, sehingga tak ada lagi kendaraan yang biasa parkir di depan toko. “Yah bisa membuat orang yang terbiasa membeli di sini jadi ogah kembali datang, kang… karena tidak ada lagi tempat parkir yang dekat toko untuk kendaraan mereka”, ujar salah seorang kasir perempuan di toko yang saya singgahi.
“Yah kalau mau pembenahan dan penataannya jangan nanggung, kang”, ujar pemilik toko, “Dibikin cantik sekalian seperti Malioboro Jogjakarta dan Jalan Braga (Dago) Bandung. Biar banyak orang rela jalan kaki dengan senang hati di sekitaran Royal di saat mereka tak lagi bisa memarkirkan kendaraan mereka di depan toko kita. Lagian para pedagang kaki lima itu ikut menghidupkan kita juga kang…yah saling menghidupkan”.
Dulu kala, di era 60 hingga 90-an, mereka yang berminat pada sejarah, terutama sejarah perkotaan, menyebut kawasan Royal Kota Serang sebagai Pecinan-nya Banten. Dan memang mayoritas yang berniaga dan berbisnis di kawasan itu sejak dulu kala hingga sekarang adalah keturunan Tionghoa (Cina). Eksistensinya bahkan sejak masa kolonial Belanda.
Kawasan Royal Kota Serang merupakan pusat belanja dan niaga yang dihidupkan oleh keturunan Tionghoa (Cina), selain Pasar Lama yang bersebelahan dengannya. Meski namanya bermula dari Royal Park (yang pada tahun 1953 berubah nama menjadi Bioskop Merdeka), kawasan itu dapatlah kita katakan sebagai ‘jantung’ niaga dan ekonomi Kota Serang, Banten –sebuah kota kecil yang sesungguhnya memang menjadi unik dan bernilai karena ia memang kota kecil, sehingga tidak terlalu macet atau crowded.
Secara kebudayaan dan kesejarahan, kawasan Royal Kota Serang dan Pasar Lama di masa sebelum era 2000-an merupakan kawasan terjadinya aktivitas dan kegiatan budaya massa (budaya pop), terutama film (sinema) dengan hadirnya sejumlah bioskop yang senantiasa mendapatkan penonton. Di masa-masa tahun 60-an hinggga 80-an, contohnya, tua-muda rela membeli tiket untuk menonton, seperti di Bioskop Pelita (Pasar Lama) dan di Bioskop Merdeka (di kawasan Royal), sebelum semua bioskop itu akhirnya tutup, seperti Bioskop Merdeka yang resmi ditutup pada tahun 1997.
Kawasan Royal Kota Serang memang bisa dikembangkan sebagai kota wisata dan kota belanja –memadukan trend wisata kota, nongkrong di café-café, menikmati kuliner, menikmati senja dan malam sembari singgah di toko-toko yang menawarkan banyak barang, dari mulai parfum, busana hingga produk komunikasi. Bahkan bisa juga di situ dibangun gedung untuk aneka pertunjukkan dan acara seni budaya, seperti untuk pertunjukkan musik hingga teater, yang akan semakin menciptakan daya tariknya karena berhasil menyunguhkan ragam minat, trend dan hiburan.
Nantinya, sebagai kawasan belanja, wisata, hingga tempat penyelenggaraan acara-acara seni-budaya, kawasan Royal Kota Serang jauh lebih strategis ketimbang di KP3B yang memang hanya cocok sebagai kawasan pemerintahan saja –bukan untuk tempat penyelenggaraan aktivitas atau acara seni-budaya.
Sudah tentu, mencipta kota wisata, belanja, dan budaya sekaligus memerlukan strategi terpadu yang mencakup pengembangan potensi lokal, pemberian pengalaman otentik, peningkatan kualitas layanan, dan promosi yang efektif. Fokusnya adalah pada pengembangan destinasi yang unik berbasis budaya, mengintegrasikan kegiatan belanja dengan budaya lokal dan seni modern yang akan menarik banyak pengunjung.
Modal utama kota yang demikian adalah kreativitas dan produktivitas, baik dari segi budaya atau pun geliat ekonomi kreatif dan lainnya. Menjadi kota yang bersih, artistik, dan rapih akan membuat nyaman para pengunjung dan betah untuk nongkrong serta jalan-jalan dan berbelanja. Pengelolaan sampah yang cepat, efisien dan berkelanjutan menjadi kuncinya. Untukmenghidupkan kota yang demikian, para seniman dan insan-insan kreatif harus diberikan ruang ekspresi dan fasilitas untuk kerja seni dan aktivitas mereka.
Ikon-ikon historis atau peninggalan sejarah yang akan menjadi penanda atau simbol keunikan (kekhasan) lantas tidak kemudian digusur dan dihilangkan. Bila perlu malah dipercantik pula tanpa harus mengubah bentuk dan warisan aslinya, semisal difungsikan sebagai tempat dan ajang kreatif dan acara seni-budaya yang akan menarik mereka yang hadir dan berkunjung.
Lumayan lama juga saya ngopi dan diskusi di lantai 4 Toko Krakatau Royal Kota Serang bersama pemilik toko yang biasa dipanggil Koh Iping, dan tiga karyawatinya, sekira dua jam lebih, yang diakhiri dengan makan malam bersama. Si pemilik toko banyak bercerita tentang nilai historis kawasan Royal Kota Serang sebagai sentra niaga dan belanja sejak era 50-an di Banten, sebuah kawasan di kota kecil yang dihidupkan oleh para pebisnis keturunan Tionghoa.
Dan akhirnya, jika kawasan Royal Kota Serang ingin disulap menjadi kota wisata kreatif dan kawasan yang hidup geliat seni dan budayanya, maka memang diperlukan sinergi antara pemerintah, komunitas, dan pelaku ekonomi kreatif untuk mengembangkan potensi daerahnya, yang dalam hal ini sudah tentu potensi kreatif dan warisan budaya Banten. Misalnya dengan pengembangan produk kreatif, penciptaan ekosistem yang mendukung (berkelanjutan), seperti ruang publik dan kelembagaan yang kuat, serta pemasaran yang tepat sasaran. Karena kota yang demikian pastilah target dan tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan ekonomi, daya tarik wisata, dan kualitas hidup masyarakat secara berkelanjutan.
Sulaiman Djaya, Peminat Kajian Kebudayaan






















