BANTEN | LIPUTAN9NEWS – Keberhasilan Zohran Mamdani memenangkan pertarungan menjadi Walikota New York, tentu tak lepas dari strategi dan rekayasa politik Partai Demokrat dan sejumlah elit partai itu yang kontra Donald Trump, semisal Bernie Sanders yang kerapkali sangat vokal menentang sejumlah kebijakan Donald Trump dan seringkali hadir dalam demonstrasi-demonstrasi anti-Donald Trump, yang melibatkan dan menggerakkan anak-anak muda Amerika.
Kemenangan Zohran Mamdani adalah buah dari strategi dan rekayasa politik yang sangat cerdas Partai Demokrat Amerika untuk meredam gelombang kemarahan yang kian hari kian meningkat dan membesar di kalangan komunitas muslim dan mereka yang menuntut keadilan di Amerika, sekaligus dalam rangka menggunakannya untuk ‘melawan’ pengaruh Donald Trump, dan sudah tentu juga demi meningkatkan elektabilitas dan wibawa Partai Demokrat di mata para konstituen Amerika, terutama di kota-kota besar seperti New York.
Dengan meminjam figur yang kental identitas Islam-nya, serta jargon-jargon dan slogan-slogan yang menentang rasisme, serta aktif dalam demonstrasi-demonstrasi pro-Palestina hingga berkali-kali menyatakan akan menangkap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu jika terpilih sebagai Walikota New York, Zohran Mamdani menjadi figur kunci yang dipilih Partai Demokrat Amerika, untuk mengkatalisasi atau menyalurkan energi (amarah dan ketidakpuasan) protes masyarakat kelas bawah dan imigran, tanpa harus menghancurkan sistem kekuasaan Amerika itu sendiri.
Meski Zohran Mamdani acapkali lantang membela hak-hak rakyat Palestina dan menentang agresi serta genosida Israel atas warga Gaza (Palestina), ia tetap sadar dan taktis untuk tidak berkonfrontasi dengan pluralitas dan multikulturalitas Amerika, dan karenanya ia kerapkali turut serta pula dalam aksi-aksi kaum minoritas Amerika dan gerakan kelompok-kelompok, yang sesungguhnya secara doktrin dan ideologis tidak sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai yang dipercayai dan dianutnya sebagai muslim.
Kemenangan Zohran Mamdani, dalam hal demikian, dapat kita baca sebagai strategi yang kerapkali disimpan sistem politik dan kekuasaan Amerika untuk menanggulangi masa-masa krisis dan ancaman dari warga atau penduduk Amerika itu sendiri, yang tak mau haruslah diakui dipenuhi kaum imigran, selain fakta bahwa Amerika itu sendiri didirikan oleh imigran. Apa yang dilakukan para elit Partai Demokrat ketika kemarahan imigran, komunitas muslim, orang-orang kulit hitam (negro), serta masyarakat kelas bawah (kaum tertindas) semakin meningkat dan membesar terhadap kekejian Zionisme, merebaknya korupsi, hingga dekadensi moral, adalah sangat berhasil dengan menampilkan figur radikal, sebelum akhirnya ‘figur radikal’ itu akan ‘dijinakkan’.
Dipilihnya Zohran Mamdani oleh elit Partai Demokrat bukan acak sembarangan, namun karena fakta alasan kuat, diantaranya karena Zohran Mamdani memang sosok yang dekat dengan kaum imigran dan masyarakat kelas bawah Amerika, hingga mereka pun kemudian secara sukarela menjadi relawan pemenangan, sampai-sampai berkampanye dari pintu ke pintu (rumah para pemilih) untuk memenangkan Zohran Mamdani.
Bahwa ada sejumlah korporat dan milliarder pro Zionisme dan pendukung Donald Trump yang berusaha menjegal Zohran Mamdani agar tidak terpilih sebagai walikota New York memang bukan isu belaka, selain seruan Donald Trump itu sendiri kepada warga New York untuk tidak memilih Zohran Mamdani, namun kemenangan Zohran Mamdani pun mustahil tanpa keterlibatan elit di belakangnya, utamanya para elit di Partai Demokrat, semisal Bernie Sanders yang dinilai sebagai politisi dan senat progresif oleh kalangan generasi muda Amerika.





















