CIREBON | LIPUTAN9NEWS
Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon, KH. Imam Jazuli yang juga Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2010–2015 menyampaikan, setelah melewati masa-masa sulit beberapa tahun terakhir, warga Nahdliyin terus mempertahankan asa dan menunggu dengan sabar pelaksanaan Muktamar NU ke-35 tahun depan.
Para kiai dan santri, kata dia, telah mulai menyeleksi serta melakukan istikharah terhadap kader-kader yang layak menjadi kandidat Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Nama-nama seperti Kiai Nasaruddin Umar, Kiai Zulfa Mustofa, dan Gus Nusron Wahid mulai dipertimbangkan. Menurut Kiai Imam, warga NU masa depan membutuhkan pemimpin yang tidak sekadar intelektual, tetapi juga memiliki pengalaman panjang di dunia politik.
“Nasaruddin Umar adalah Menteri Agama RI yang mulai menjabat sejak tahun 2024. Sebelumnya ia pernah menjadi Wakil Menteri Agama periode 2011–2014. Kekuatannya terletak pada modal sosial, berupa jaringan yang kuat hingga ke daerah,” ujarnya, Rabu (12/11/2025).
Menurut Kiai Imjaz, jejaring kekuasaan Menteri Agama saat ini menjangkau hingga ke Kantor Wilayah (Kanwil) di berbagai daerah. Setidaknya terdapat sekitar 160 struktural PW dan PCNU se-Indonesia yang saat ini dipimpin oleh pejabat Kemenag.
Hal ini membuka kemungkinan komunikasi yang lebih intens dengan Pengurus Wilayah (PWNU) dan Pengurus Cabang (PCNU) melalui jaringan Kanwil dan Kantor Kementerian Agama (Kakandepag) di kemudian hari. Kiai Imam juga menyebut, berita mengenai dukungan Presiden Prabowo kepada Nasaruddin Umar telah beredar di kalangan elite.
Potensi besar jaringan struktural yang dimiliki Kiai Nasaruddin Umar ini, menurut Kiai Imam, tidak mudah ditemukan pada kandidat lainnya. Namun demikian, Nasaruddin bukanlah politisi murni, melainkan seorang intelektual yang mendapat dukungan politisi.
“Apabila warga Nahdliyin membutuhkan sosok pemimpin yang politisi murni, di sana ada Gus Nusron Wahid. Ia memiliki jejaring yang kuat di PCNU dan PWNU, disertai dukungan dari kader-kader GP Ansor,”
terangnya. Jika Nasaruddin Umar memiliki jaringan struktural di pemerintahan, lanjut Kiai Imam, maka Nusron Wahid justru ditopang oleh jaringan kultural warga Nahdliyin. Kekuatan kultural semacam ini menjadi keunggulan Nusron, sehingga tidak mengherankan jika ia dikenal piawai dalam melakukan konsolidasi pada setiap pagelaran Muktamar NU.
Prestasi gemilang dalam memimpin Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) menjadi bukti lain kepiawaiannya dalam menata organisasi. Lebih-lebih, kata Kiai Imam, Nusron merupakan kader NU yang cukup menonjol di Partai Golkar.
“Satu kata untuk Nusron: muda dan berprestasi,” tegasnya.
Selain itu, Nusron juga memiliki jejaring yang kuat melalui Kanwil Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan tingkat daerah untuk konsolidasi dengan PWNU dan PCNU. Hal ini dapat dilihat dalam berbagai kegiatan di lingkungan PWNU dan PCNU yang melibatkan BPN.
“Namun demikian, baik Nasaruddin Umar maupun Nusron Wahid memiliki corak yang sama, yakni sama-sama bermain di ranah pemerintahan. Jika warga Nahdliyin menginginkan sosok pemimpin yang kultural sepenuhnya, maka ada satu sosok yang sangat ideal: Kiai Zulfa Mustofa. Secara intelektual, ia sebanding dengan Nasaruddin Umar,” ungkap Kiai Imam.
Kiai Zulfa Mustofa, menurutnya, memiliki kekhasan khusus dalam khazanah turost (warisan keilmuan Islam klasik). Jika warga Nahdliyin menghendaki pemimpin yang kuat dalam menjaga dan melestarikan nilai-nilai turost, baik di bidang sosial, kebudayaan, ekonomi, maupun politik, maka Kiai Zulfa Mustofa adalah pilihan ideal.
Kekuatan kultural dan intelektual yang dimiliki Kiai Zulfa, kata Kiai Imam, tidak dimiliki oleh Nasaruddin Umar maupun Nusron Wahid. Ia juga diyakini akan mendapatkan dukungan kuat dari para pengurus struktural PBNU saat ini, serta dari ulama-ulama yang menekuni khazanah turost.
“Secara politik, Kiai Zulfa Mustofa memiliki kedekatan dengan berbagai partai politik, salah satunya PKB. Hal itu diungkapkannya sendiri ketika memberikan berbagai pada acara Lomba Baca Kitab Kuning Fikih Politik yang diselenggarakan oleh Forum Percepatan Transformasi Pesantren (FPTP) dan PKB. Dukungan para kiai pesantren terhadap Kiai Zulfa Mustofa akan sangat besar,” jelasnya.
Selain itu, masing-masing kandidat memiliki keunggulan dan spesifikasi yang berbeda namun saling melengkapi. Yang terpenting, menurut Kiai Imam, adalah keinginan paling mendasar dari warga Nahdliyin sendiri: apakah mereka menginginkan sosok politisi murni seperti Nusron Wahid, intelektual politisi seperti Nasaruddin Umar, atau intelektual murni seperti Zulfa Mustofa.
“Mereka semua adalah kader terbaik NU,” pungkasnya.
























