• Latest
  • Trending
  • All
  • Politik
KH. Imaduddin Utsman Antara Kejujuran Ilmiah dan Tirani Sejarah

KH. Imaduddin Utsman Antara Kejujuran Ilmiah dan Tirani Sejarah

September 7, 2024
Yusuf mars

Membaca Ombak, Menjaga Arah: PBNU di Tengah Polemik Nasab dan Tambang

June 16, 2025
Ade Kunang

Tawuran Pelajar di Cikarang Menelan Korban Jiwa, Bupati Angkat Bicara Terkait Jam Malam

June 16, 2025
Rizieq Shihahb

Tokoh Masyarakat Tolak Kehadiran Rizieq Shihab di Kemang, Dukung Penuh Acara Haul

June 16, 2025
Job Fair 2025

2.200 Lowongan Dibuka, Baru 400 Warga Terserap Usai Job Fair 2025

June 16, 2025
Gus Nadir

Catatan Nadirsyah Hosen atas Klaim “Penambangan Itu Baik, Asal Bukan Bad Mining”

June 15, 2025
PNIB Serukan Stop Premanisme di Ruang Sekolah

PNIB Serukan Stop Premanisme di Ruang Sekolah

June 16, 2025
Tambang PBNU

BEM PTNU Se-Nusantara: Distorsi Isu Tambang dan Upaya Pencemaran Nama Baik PBNU Harus Dihentikan

June 15, 2025
KH Agus Salim HS

KH. Agus Salim Apresiasi Pemkab Bekasi atas Penertiban Pasar Tumpah SGC

June 15, 2025
Kiai Taufik Hasyim

KH. Taufik Hasyim Ketua PCNU Pamekasan Wafat Usai Alami Kecelakaan di Tol Pasuruan-Probolinggo

June 15, 2025
Haji 2025

Terlambat Siapkan Makan Jemaah, BPKH Limited Berikan Dana Kompensasi kepada 20 Ribu Jemaah Haji

June 14, 2025
  • Iklan
  • Kontak
  • Legalitas
  • Media Sembilan Nusantara
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Tentang
Monday, June 16, 2025
  • Login
Liputan 9
  • Home
  • Berita
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Artikel
    • Opini
    • Resensi
    • Download
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Karir
    • UMKM
    • Wisata-Travel
    • Lowongan Kerja
  • Politik
    • Pilkada
    • Pilpres
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Dunia Islam
    • Al-Qur’an
    • Ngaji Kitab
    • Muallaf
    • Khutbah
    • Tanya-Jawab
    • Ramadan
    • Filantropi
    • Seputar Haji
    • Amaliah NU
    • Tasawuf
    • Syiar Islam
  • Lainnya
    • Agenda
    • Sejarah
    • Buku
    • Pendidikan
    • Seni Budaya
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Artikel
    • Opini
    • Resensi
    • Download
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Karir
    • UMKM
    • Wisata-Travel
    • Lowongan Kerja
  • Politik
    • Pilkada
    • Pilpres
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Dunia Islam
    • Al-Qur’an
    • Ngaji Kitab
    • Muallaf
    • Khutbah
    • Tanya-Jawab
    • Ramadan
    • Filantropi
    • Seputar Haji
    • Amaliah NU
    • Tasawuf
    • Syiar Islam
  • Lainnya
    • Agenda
    • Sejarah
    • Buku
    • Pendidikan
    • Seni Budaya
No Result
View All Result
Liputan 9
No Result
View All Result
Home Artikel Opini

KH. Imaduddin Utsman Antara Kejujuran Ilmiah dan Tirani Sejarah

Oleh : KH. Khotimi Bahri

liputan9news by liputan9news
September 7, 2024
in Opini
A A
0
KH. Imaduddin Utsman Antara Kejujuran Ilmiah dan Tirani Sejarah

KH. Khotimi Bahri, Syuriah PCNU Kota Bogor, Ketua Komisi I MUI Kota Bogor dan mengabdi sebagai Dosen Ushul Fiqh STEI Napala, serta Waktum Barisan Ksatria Nusantara

826
SHARES
2.4k
VIEWS

Saya ingin memulai tulisan ini dengan dua model penelitian yang diakui validitasnya secara umum.

Pertama, dunia penelitian ilmiah. Dalam dunia penelitian ilmiah saat ini, yang sangat prinsip adalah heuristik. Yaitu prosedur pengumpulan sumber penelitian. Dalam penelitian sejarah, seorang peneliti bisa mengkaji beberapa macam sumber yaitu; sumber tulisan lewat naskah-naskah terkait, sumber lisan yaitu kesaksian pelaku atau juga saksi dari sebuah peristiwa, sumber benda bisa dalam bentuk artefak dan fosil, sumber audio-visual misalnya berupa rekaman, gambar, atau barang-barang yang digunakan.

Kedua, model penelitian silsilah sanad. Sebuah riwayat akan valid dan bernilai shohih jika sanadnya muttashil, bersambung, serta memiliki kompetensi yang mumpuni atau dalam bahasa mustholah haditsnya adalah dhabith, hafidz, dan adil.

BeritaTerkait:

Membaca Ombak, Menjaga Arah: PBNU di Tengah Polemik Nasab dan Tambang

Kiai Imad dan Polemik Nasab: Guncangan Wacana dalam Catatan Seorang Podcaster

Menimbang Instruksi PBNU: Saat Polemik Nasab Menuntut Ruang Dialog Terbuka

Polemik Nasab Sesama Orang Arab di Indonesia Kurun 1910-1930, Tentang Baalwi Mulai dari Irsyadi Hingga Imadi

Mengenai hal ini ada beberapa syarat yang harus terpenuhi. Dalam tulisan ini akan diangkat beberapa saja yang terkait langsung dengan tema tulisan. Diantaranya adalah; seorang periwayat harus sezaman dengan gurunya (rujukannya/narasumbernya). Biasanya cara ini dilihat dari tahun wafatnya. Sang periwayat juga dapat dipastikan bertemu dengan narasumber yang dirujuk. Biasanya cara ini dilacak lewat makanur-rihlah atau tempat yang disinggahi. Mendengar langsung riwayatnya dari narasumber. Kalau tidak mendengar lansung biasanya dihukumi mursal (khafi). Juga dilihat dari sighat periwayatnya apakah “jazam” yaitu pasti, seperti penegasan; “saya mendengar, saya menyaksikan. Atau sighat tamridl misalnya; diceritakan kepada saya, telah sampai kepada saya dan lain-lain. Tentu kualitas jazm diatas tamridl.

Penelitian atau kajian nasab yang dilakukan Kyai Imaduddin Utsman Al-Bantani (Kyai Imad) menyimpulkan tidak terkonfirmasinya nama Ubaidillah (383 H) sebagai anak dari Ahmad bin Isa. Padahal para habaib yang ada di Indonesia mengklaim sebagai keturunan Alwi (400 H) bin Ubaidillah. Makanya mereka menisbatkan diri sebagai Ba-Alawi.

Tentu jika pisau analisanya adalah metode penelitian ilmiah (modern) klaim nasab habaib ini bermasalah. Tidak ada sumber otentik baik tulisan, artefak, lisan, benda, maupun peristiwa yang bisa mengkonfirmasi keberadaan Ubaidillah sebagai keturunan Ahmad bin Isa.

Diketahui nama Ubaidillah baru muncul dalam catatan nasab yang ditulis pada abad ke 10 dan sekitarnya. Artinya dari abad ke 5 sampai ke 9 nama Ubaidillah belum ada.

Kemudian, kalau pisau analisanya metode pelacakan sanad dalam ilmu mustholah, klaim nasab habaib juga tidak terkonfirmasi. Seperti yang saya sampaikan pada tulisan terdahulu bawa mata-rantai periwayatannya terputus atau mungqothi’. Tepatnya mu’dhal yaitu munqothi’ fi akhiris-sanad.

Padahal untuk sebuah keabsahan periwayatan, seorang periwayat harus sezaman dan mendengar langsung dari narasumbernya. Kalau tidak maka kualitas riwayatnya termasuk mursal.

Mengakui keberadaan Ubaidillah sebagai anak Ahmad bin Isa dengan referensi abad ke 9 atau 10 atau 11 masuk kategori dhoif. Apalagi referensi tersebut tidak bisa menghadirkan artefak, benda, audio abad ke 4 atau ke 5 untuk menguatkan kajiannya.

Penulis berbicara validitas metodologi sesuai standart penelitian ilmiah dan ilmu mustholah dengan tidak meragukan kredibilitas sosok Ibnu Hajar, As-Sakhowi dan lain-lain.

Jadi bukan untuk mendestorsi keberadaan habaib di Indonesia. Tidak juga untuk melahirkan syubhat terhadap tatanan sosial habaib. Tidak sama sekali. Penulis murni fokus metodologi.

Sampai disini kita harus fair bahwa secara ilmiah baik metodologi klasik maupun modern, penelitian Kyai Imad tidak terbantahkan.

Namun, seperti sudah diduga, serangan datang dari berbagai penjuru ke Kyai Imad. Mulai dari tuduhan pemecah belah umat, penebar kebencian, syi’ah, pansor, takut diskusi, setelah jadi NU dendam kepada habaib dan fpi, termasuk serangan terhadap portal web tempat Kyai menjawab beberapa pertanyaan. Benarkah semua itu?
Berikut gambaran singkat yang bisa penulis ketengahkan :

Apakah Kyai Imad tidak mau diskusi? Justru Kyai selalu terbuka untuk diskusi. Dalam beberapa kesempatan Kyai Imad menyisipkan waktu untuk mendiskusikan hasil penelitiannya walaupun ada beberapa yang dipending panitia.

Apakah Kyai Imad siap tabayun? Pasti untuk tabayun selalu siap dilakukan. Terbukti pengasuh pesantren sekabupaten Tangerang melakukan tabayun dan diskusi seputar penelitiannya pada bulan Romadlan 1444 H. Proses tabayun yang berlangsung alot dengan beragam pertanyaan berbasis kutub turors khas kyai dan pesantren. Setelah dihujani pertanyaan, justru berakhir manis dengan dukungan penuh seluruh pengasuh pesantren yang hadir.

Apakah Kyai Imad tidak siap direvisi? Beberapakali Kyai Imad sampaikan bahwa kritik, analisa, revisi selalu terbuka untuk penelitiannya. Bahkan Kyai Imad sendiri menyampaikan ; akan “taslim” jika memang ada temuan baru yang secara ilmiah bisa dipertanggung jawabkan.

Persoalannya, para penyanggah selama ini belum masuk kepada substansi masalah, yaitu tidak terkonfirmasinya (terputusnya) nasab Ubaidillah sebagai putra anak dari Ahmad bin Isa. Semua referenai yang diajukan penyanggah baru berdasar asumsi, analisa, pandangan para pentahqiq kitab-kitab nasab. Atau baru berupa klaim muallif kitab tertentu; bahwa memiliki guru yang tersambung dengan nama-nama dari klan ba-Alawi. Kadang juga para penyanggah bermodal pujian muallif kitab terhadap nasab klan ba Alawi. Dan seterusnya dan seterusnya.

Belum ada dari puluhan penyanggah yang bisa membuktikan baik tulisan, bukti fisik, artefak, syawahid, qorinah yang ada diabad-abad sekitar Ubaidillah hidup. Sehingga secara ilmiah tertolak sanggahannya.

Apakah penelitian Kyai Imad pemecah belah dan penebar kebencian? Penulis pikir tidak seperti itu. Kalau saja kita mau terbuka, memperluas wawasan dan cakrawala, maka kita akan paham bahwa penelitian Kyai Imad murni untuk kepentian ilmiah dan kejujuran pengetahuan. Justru kebencian muncul dari penyanggah yang berlebihan, terutama dari oknum habaib sendiri yang langsung melebelkan Kyai Imad munafik, syiah, pemecah belah umat dan lain-lain. Darisini sebenarnya kegaduhan itu mulai.

Keterbukaan Kyai Imad, bahkan, ditunjukkan dengan kesediaannya menerima penegasan baru bahwa;

Yang pertama mengangkat nama Ubaidillah bin Ahmad adalah Habib Ali bin Abu Bakar Sakran. Dan penegasan ini merupakan komplementer dari hasil penelitian sebelumnya. Artinya Kyai Imad tetap membuka revisi hasil penelitiannya, asalkan referensial dan bisa dipertanggung jawabkan.

Habib Ali al-Sakran menulis sebuah kitab yang diberi nama Al-Burqatul Mutsiqoh (selanjutnya disebut al-Burqah). Dalam kitab itulah untuk pertama kali nama Ubaidillah disebut sebagai Anak Ahmad bin Isa dengan argument bahwa Ubaidillah ini adalah nama lain Abdullah yang disebut oleh Al-Jundi (w. 730 H.).

Kitab-kitab selanjutnya yang menyebut Ubaidillah sebagai anak Ahmad bin Isa bin Muhammad al-Naqib, kemungkinan besar, menukil dari Habib Ali al-Sakran tersebut. Diantara kitab-kitab itu seperti: ،al-Dlau’ al-Lami’ karya al-Sakhowi (w. 902 H.), kitab Qiladat al-Dahr fi Wafayat A’yan al-Dahr karya Abu Muhammad al-Thayyib Ba Makhramah (w. 947 H.), kitab Tsabat Ibnu Hajar al-Haitami (w. 974 H.), kitab Tuhfat al-Tholib karya Sayid Muhammad bin al-Husain as-Samarqondi (w. 996 H), kitab al-Raudl Al-Jaliy karya Murtadlo al-Zabidi (w. 1205 H).

Wa ‘ala kulli hal, kelemahan tesa Habib Ali bin Abu Bakar Sakran ini berkesimpulan lewat asumsi. Atau dalam bahasa ushul fiqhnya masih menggunakan logika “Amrun I’tibariyun bi Dzihni”. Asumsi ini akan bisa dikategorikan ilmiah dan selaras dengan metodologi penelitian, baik modern maupun klasik jika disertai qorinah sebagai syawahidnya. Qorinahnya bisa berupa temuan artefak, fakta audio, kesaksian dan lain-lain.

Tidak ada satu peristiwapun yang tanpa hikmah. Allah hadirkan segala kejadian dengan berbagai ibroh. Hikmah dan ibroh dari diskursus ini, kita disadarkan bahwa Walisongo adalah dzurriyah Rosul. Poro kyai, ajengan, gus, lora raden, sultan, tubagus, puang dan lain-lain adalah mutiara yang selama ini terabaikan. Padahal dari mereka nusantara punya hutang budi. Dari mereka memancar ilmu dan kebajikan. Dari mereka mengalir darah walinsongo. Lahumul Fatihan.

KH. Khotimi Bahri, Syuriah PCNU Kota Bogor, Ketua Komisi I MUI Kota Bogor dan mengabdi sebagai Dosen Ushul Fiqh STEI Napala, serta Waktum Barisan Ksatria Nusantara

Tags: KH. ImaduddinKhotimi BahriNasabNasab Habib
Share330Tweet207SendShare
liputan9news

liputan9news

Media Sembilan Nusantara Portal berita online yang religius, aktual, akurat, jujur, seimbang dan terpercaya

BeritaTerkait

Yusuf mars
Uncategorized

Membaca Ombak, Menjaga Arah: PBNU di Tengah Polemik Nasab dan Tambang

by liputan9news
June 16, 2025
0

Jakarta | LIPUTAN9NEWS Dalam sejarah umat, selalu ada masa ketika pemimpin diuji—bukan oleh musuh yang menyerang dari luar, tapi oleh...

Read more
Yusuf mars

Kiai Imad dan Polemik Nasab: Guncangan Wacana dalam Catatan Seorang Podcaster

June 9, 2025
Yusuf mars

Menimbang Instruksi PBNU: Saat Polemik Nasab Menuntut Ruang Dialog Terbuka

June 5, 2025
Dr. Muhammad Saeful Kurniawan, MA

Polemik Nasab Sesama Orang Arab di Indonesia Kurun 1910-1930, Tentang Baalwi Mulai dari Irsyadi Hingga Imadi

June 4, 2025
Load More

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Gus Yahya

PBNU Respon Rais Am JATMAN yang telah Demisioner dan Teken Sendirian Surat Perpanjangan Kepengurusan

November 26, 2024
Akhmad Said Asrori

Bentuk Badan Hukum Sendiri, PBNU: JATMAN Ingin Keluar Sebagai Banom NU

December 26, 2024
Jatman

Jatman Dibekukan Forum Mursyidin Indonesia (FMI) Dorong PBNU Segera Gelar Muktamar

November 22, 2024
Al-Qur’an Surat Yasih Arab-Latin dan Terjemahnya

Al-Qur’an Surat Yasih Arab-Latin dan Terjemahnya

2397
KBRI Tunis Gelar Forum Peningkatan Ekspor dan Investasi di Sousse, Tunisia

KBRI Tunis Gelar Forum Peningkatan Ekspor dan Investasi di Sousse, Tunisia

733
KA Turangga vs KA Commuter Line Bandung Raya Tabrakan, Apa Penyebabnya?

KA Turangga vs KA Commuter Line Bandung Raya Tabrakan, Apa Penyebabnya?

140
Yusuf mars

Membaca Ombak, Menjaga Arah: PBNU di Tengah Polemik Nasab dan Tambang

June 16, 2025
Ade Kunang

Tawuran Pelajar di Cikarang Menelan Korban Jiwa, Bupati Angkat Bicara Terkait Jam Malam

June 16, 2025
Rizieq Shihahb

Tokoh Masyarakat Tolak Kehadiran Rizieq Shihab di Kemang, Dukung Penuh Acara Haul

June 16, 2025
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact
  • Media Sembilan Nusantara

Copyright © 2024 Liputan9news.

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Artikel
    • Opini
    • Resensi
    • Download
  • Ekonomi
    • Wisata-Travel
    • Bisnis
    • Karir
    • UMKM
    • Lowongan Kerja
  • Politik
    • Pilkada
    • Pilpres
  • Kesehatan
  • Dunia Islam
    • Filantropi
    • Amaliah NU
    • Al-Qur’an
    • Tasawuf
    • Muallaf
    • Sejarah
    • Ngaji Kitab
    • Khutbah
    • Tanya-Jawab
    • Ramadan
    • Seputar Haji
    • Syiar Islam
  • Lainnya
    • Agenda
    • Pendidikan
    • Sejarah
    • Buku
    • Tokoh
    • Seni Budaya

Copyright © 2024 Liputan9news.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In