Jakarta, Liputan9.id – Pimpinan Pusat Lajnah Dakwah Islam Nusantara (LADISNU) menggelar acara peringatan Satu Abad NU dan peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW di GOR Sejabat Desa Majakerta Kecamatan Majalaya Bandung, Jawa Barat, Senin, (13/03/23).
Kegiatan tersebut dihadiri serta diisi orasi keagamaan dan kebangsaan oleh Prof Dr. KH. Said Aqil Siroj, MA. Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Hadir pula didalamnya, Drs. KH Agus Salim HS Ketum LADISNU, Ir. KH. Darma Azwan Sekjend LADISNU, K. M. Jufri Halim, M.Si Ketua Steering Committee, Habib Umar Assaggaf Ketua Organizing Committee, KH. Jamaluddin F. Hasyim, SH, MH. Ketua Bidang HI dan Kerjasama Antar Lembaga LADISNU, Dr. KH. ULil Abshar Ketua Bidang Riset dan Literasi LADISNU, KH. Idris Sholeh, Lc. Ketua Bidang Penguatan Ekonomi dan Amal Usaha LADISNU, Camat, Kapolres, Dandim, Lurah, serta PP LADISNU lainnya.
Dalam orasinya, Kiai Said menjelaskan bahwa dakwah tujuannya mengajak seseorang untuk kebenaran.
“Ajaklah masyarakat kejalan tuhanmu, bukan jalan hawa nafsumu, bukan jalan egomu, bukan jalan ambisimu, bukan jalan ketamakan kerakusanmu,” jelas Ketua Dewan Pembina LADISNU itu.
Menurutnya terkadang orang kelihatan dakwah kepada Allah. Padahal pada kepentingan politik, kepentingan bisnis, bahkan kepentingan egonya sendiri.
Lebih lanjut, Buya Said menyebut jalan menuju Allah yaitu ada 3 (tiga): Syariat, Thariqat dan Haqiqat.
“Caranya jalan menuju tuhan yaitu dengan bijak, dengan wisdom (kearifan), tidak dengan kekerasaan. Ketika anda mengajak kekerasan, bukan namanya dakwah,” ungkapnya.
“Orang yang paling dzalim adalah orang yang kelihatannya mengajak atas nama Allah, padahal karena kepentingan hawa nafsu serta egonya,” sambungnya.
Dalam memperingati Isra’ Mi’raj ini, Kiai Said mengajak semua jamaah untuk meneladani sifat rasul. Lantas bukan kepintaran serta kecerdasannya, melainkan karena akhlakul karimahnya.
Kiai Said juga menyebut bahwa martabat suatu bangsa tergantung akhlaknya, bukan agamanya.
“Afganistan 100% muslim, 7 suku dan 99% ahli sunnah, madzhabnya Hanafi, Maturidiyah aqidahnya serta Thariqahnya Naqsabandiyah, kemudian 1% Syiah tapi perang saudara 40 tahun,” terangnya.
“Sebaliknya, Jepang yang agamanya tidak jelas, bukan Yahudi, Islam, Kristen, Hindu tapi ada sedikit Budha, tapi di Jepang tidak ada penodong, tidak ada copet, tidak ada perampok, tertib. Agamanya gak jelas tapi akhlaknya jelas,” imbuh Kiai Said.
Kemudian, Kiai Said menguraikan cara berdakwah dengan tutur kata redaksi yang menarik dan simpatik.
“Silahkan menggunakan medsos (youtube, instagram) tapi dengan bahasa yang sopan, santun dan tidak boleh mencaci maki,” perintahnya.
“Terakhir, berdebat atau berdialoglah dengan sehat dan berkualitas,” pungkasnya.
Sebelum orasi keagamaan dan kebangsaan peringatan Satu Abad NU dimulai. Kegiatan tersebut dikemas dengan serangkaian acara.
Pertama diawali dengan tawashul, dan pembacaan riwayat maulid nabi Muhammad SAW oleh tim PHBI Lajnah Dakwah Islam Nusantara LADISNU. Dilanjutkan pembacaan ayat suci Al Qut’an. Serta dimeriahkan dengan atraksi Pencak Silat Gajah Putih Mega Paksi Pusaka, kirab sarung nusantara, dan pameran Fun UMKM keunggulan lokal Bandung Jawa Barat.
Dalam acara tersebut, LADISNU juga memberikan penghormatan pada para duta Dai Daiyah Islam Nusantara Jawa Barat, yang ditandai pengalungan surban oleh KH Said Aqil Siroj dan penyerahan sertifikat cindera mata oleh KH Agus Salim HS Ketum LADISNU. (MFA)