Intelektual muslim atau cendekiawan muslim adalah orang-orang yang senantiasa menggunakan akal pikiran dan kalbunya untuk memahami segala sesuatu dalam alam semesta ini. Pemahaman itu diarahkan agar memberikan manfaat yang maksimal bagi semesta alam. Intelektual muslim adalah orang-orang yang telah diberikan oleh Allah s.w.t. pengetahuan yang diperoleh melalui medote-metode pembelajaran, dan memiliki hikmah, wisdom atau kebijaksanaan yang diberikan oleh Allah s.w.t. kepadanya. Barang siapa yang telah memperoleh hikmah, maka sesungguhnya mereka telah memperoleh kebajikan yang banyak dalam berbagai aspek kehidupannya.
Karakteristik atau ciri mereka yang telah memperoleh hikmah dan pengetahuan yang sangat mendalam, antara lain: (1) pandai dalam menyikapi berbagai informasi yang sampai kepadanya. Ia terus menyerap informasi dari berbagai sumber, kemudian memilah dan memilih, lalu mengambil yang terbaik dari informasi tersebut. Setiap informasi yang sampai kepadanya, tidak langsung disampaikan lagi ke pihak lain. Tetapi informasi itu diolah secara teliti dengan membaginya menjadi tiga bagian, yaitu (a) informasi yang baik langsung disampaikan kepada orang lain, (b) informasi yang baik tetapi harus disimpan dulu, menunggu waktu yang tepat, baru kemudian disampaikan, dan (c) informasi yang tercela yang harus dibuang, seperti fitnah, hoaks, adu domba, kebencian, dan hal-hal lain yang dapat mendatangkan kerugian bagi sesama umat manusia.
Karakteristika yang ke (2) orang itu selalu mengambil pelajaran dan petunjuk dari segala fenomena yang terjadi dalam alam semesta, termasuk rajin meneliti sejarah umat manusia. Dari penelitian terhadap sejarah itu, akan meraih pengetahuan yang sangat luas sehingga mengantarkan dirinya pada sikap yang bijak dalam menghadapi berbagai permasalahan. Orang itu juga akan memiliki wawasan yang luas, karena mempelajari kehidupan berbagai bangsa dan umat pada masa lalu. Karena sesungguhnya, sejarah itu selalu berulang dari masa ke masa. Maka mengambil ibarat dari sejarah, akan sangat bermanfaat bagi kehidupan pribadi, maupun kehidupan masyarakat.
Karakteristik berikutnya (3) ia senantiasa menyampaikan dan membagi ilmunya kepada orang lain untuk mendatangkan kemaslahatan bagi umat manusia dan makhluk lain. Ia akan terus berusaha menyeimbangkan kehidupan lahir dan batin, kehidupan pribadi dan masyarakat. Langkah ini akan mengantarkan orang tersebut untuk selalu beraktivitas yang baik, berani menyampaikan kebenaran dengan jujur dalam kehidupan bermasyarakat, dan tidak berpangku tangan, apabila melihat kezaliman atau ketimpangan di masyarakat. Ia akan terus berusaha untuk memberantas kezaliman itu dengan cara yang sangat bijaksana. Ia akan memberikan pertolongan kepada orang yang dizalimi, ataupun mereka yang menzalimi.
Memberikan pertolongan kepada orang yang dizalimi adalah membantu mereka dengan cara-cara yang baik, sehingga orang itu tidak terzalimi lagi. Adapun membantu mereka yang berbuat zalim, dilakukan dengan jalan menyetop kezaliman itu dan mengarahkan pelakunya supaya sadar dan tidak berbuat zalim lagi.
Karakteristik berikutnya (4) orang itu berusaha untuk memahami antara hak dan batil, antara yang terpuji dengan tercela. Setelah dia bisa memahami perbedaan tersebut, ia akan terus berusaha untuk menegakkan kebenaran, mewujudkan kebaikan, melakukan hal-hal yang terpuji. Ia juga akan terus berusaha sekuat tenaga untuk memberantas kebatilan, menghilangkan berbagai hal yang tercela, dan memberantas ketidak-adilan. Sesungguhnya, apabila hak atau kebenaran itu telah wujud, maka, kebatilan dan berbagai hal yang tercela akan hilang. Pada hakikatnya kebatilan itu akan sirna apabila kebenaran telah ditegakkan.
Kriteria berikutnya (5) orang itu akan bersungguh-sungguh mencari ilmu dan tidak pernah merasa jenuh dengan kegiatan ilmiah yang disebut life long education atau pendidikan seumur hidup. Keadaan seperti itu dalam istilah agama disebut minal mahdi ilal lahdi, yaitu dari ayunan sampai ke liang lahad atau kuburan. Ilmu sangat bermanfaat bagi setiap diri manusia yang akan membimbingnya menjadi orang-orang yang bertakwa kepada Allah dan takut terhadap murka-Nya. Dengan demikian, ia akan terus eling dan waspada dalam segala kehidupannya, karena itu, ia akan meniti jalan yang lurus yang diridhai oleh Allah s.w.t..
Oleh: Dr. KH. Zakky Mubarok, MA., Dewan Pakar Lajnah Dakwah Islam Nusantara (LADISNU) dan Musytasar PBNU