Setelah kepergian Ki Jumawa dan istrinya, Ki Rangan kembali melanjutkan perjalanannya menuju desa Sumber Winih. Seperti diperintahkan gurunya (Ki Yambaan), Ki Rangan hendak menemui Kiai Dhohir Wabathin. Kepada Kiai Dhohir Wabathin Ki Rangan akan meminta sebuah amalan khusus agar hidupnya bisa sukses, bahagia dan sejahtera. Di dunia maupun di akhirat kelak
Ki Rangan terus melangkah dan ia mulai merasakan haus. Namun dari tempatnya dia melihat seorang lelaki tua berjualan minuman dan makanan ringan. Ki Rangan pun mendekati penjual minuman itu. Dari tempatnya, Ki Rangan bisa melihat penjual minuman itu sedang memegangi dan menatap sesuatu dengan penuh khidmat
“Jualan es, pak?” tanya Ki Rangan setelah sampai di dekat tempat itu
Lelaki penjual es itu langsung menutup benda yang sejak tadi dia lihat. Dengan gerakan penuh hormat dia letakkan benda itu di bagian atas rombongnya. Sambil tersenyum dia menjawab pertanyaan Ki Rangan
“Ya, mas. Saya jualan es, mau es dawet apa es cao, atau es apa….?”
Ki Rangan memutuskan untuk membeli es dawet. Oleh lelaki penjual es itu Ki Rangan dipersilahkan untuk duduk di sebuah kursi kayu. Namun apa yang telah ditakdirkan Tuhan untuk terjadi pastilah terjadi, dan apa yang tidak ditakdirkan untuk terjadi tidak akan pernah terjadi. Meskipun seluruh makhluk hidup bersatu padu untuk mewujudkannya
Ki Rangan lupa bahwa dia membawa tas yang ada di pinggangnya. Saat hendak duduk itulah tas Ki Rangan menyenggol sekumpulan gelas di atas meja. Sehingga tiga buah gelas yang telah dicuci terpelanting lalu membentur tanah keras di bawah meja
“Prakkkk…..pyarrr….”
Ki Rangan ternganga, lelaki penjual es itu terkejut dan memandangi Ki Rangan yang tampak ketakutan “Apakah aku akan mengalamai sebagaimana pepatah, lepas dari mulut harimau lalu jatuh ke dalam mulut buaya?” kata Ki Rangan dalam hati. Ia baru saja terlepas dari omelan dan cacian Plekenut Ngawuria dan suaminya, Ki Jumawa. Kali ini, ia akan kena damprat lagi dari penjual es yang gelasnya dia pecahkan itu. Sangka Ki Rangan. Namun ternyata persangkaannya keliru. Bersambung>
Ahmad Rofiq, penulis buku Jagat Kiai Gresik: Nuansa Islam Nusantara, Tarekat Sang Kiai: Biografi KH Abdul Aziz Masyhuri, Pengurus LTN NU Kabupaten Gresik, Komisi Dakwah MUI Kabupaten Gresik.