Kembali menyapa pemirsa Elshinta TV di manapun berada, berbincang soal Haji Mabrur, tepatnya bagaimana strategi meraih kemabruran Hajj?
Semua calon jama’ah haji pasti ingin mendapat predikat haji mabrur. Sayangnya, tidak semua jama’ah haji mengetahui, untuk mendapatkan predikat haji mabrur itu tidak mudah.
Imam al-Nawawi al-Dimasyqi mengingatkan dalam kitabnya al-Idlah fi Manasik al Hajji wa Umroh, beliau mengingatkan, untuk mendapatkan predikat haji mabrur, calon jama’ah haji harus melewati 3 fase kemabruran haji, yaitu:
Fase Pertama: mabrur qabla al-hajji yang diukur dari dua aspek,
- jangan salah niat dalam menunaikan ibadah haji, misalnya ibadah haji jangan diniati untuk dagang, sum’ah/riyak, nyari jimat, ngadu ilmu/kesaktian, dll.), dan
- BPIH yang dibayarkan harus dari uang yang paling halal. Jadi kalau ada orang naik haji, BPIH yang dibayarkan ternyata dari uang korupsi atau nyolong, hajinya wajib diulang!
Fase Kedua, mabrur fi al-haji, yang dinilai dari dua hal,
- Semua Syarat, Rukun, dan Wajib Haji dilakukan sesuai aturan yang diajarkan Rasulullah Muhammad saw . Kita tentu prihatin, banyak jama’ah haji pergi ke Mekkah terjun bebas, tidak menguasai ilmu manasik haji dengan baik, ibadahnya hanya ikut-ikutan, taklid buta, dan tidak berdasarkan ilmu.
- Kemampuan dalam menjaga perilaku dan sikap selama mengerjakan ibadah haji, jangan sampai bertindak rafats, fusuq, dan jidal yang tidak perlu. Allah mengingatkan,
……فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى…..
197…..Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa…..
Dalam kesempatan lain, Nabi Muhammad saw mengingatkan, ”Siapa saja yang melaksanakan haji dengan tidak berbuat keji dan durhaka, ia kembali suci seperti baru dilahirkan ibunya”.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ حَجَّ هَذَا الْبَيْتَ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ (البخاري)
Fase ketiga, mabrur ba’da al-hajj, yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku atau sikap jama’ah haji yang lebih positif dan lebih baik, antara sebelum berangkat manunaikan ibadah haji dengan setelah pulangan menunaikan ibadah haji. Kalau ada orang, sebelum haji sangat pelit, tidak pernah punya empati, dan tidak mau berbagi, tetapi setelah pulang menuanaikan ibadah haji menjadi orang yang dermawan, empatinya kepada fuqara’, masakain, dan anak yatim gampang tumbuh, orang ini telah mendapatkan tanda-tanda predikat haji mabrur. Begitu juga bagi pedagang, pejabat, hakim, dan jaksa, apabila mereka mengalami perubahan perilaku/sikap yang lebih positif dan lebih baik, antara sebelum berangkat menunaikan ibadah haji dengan setelah kepulangannya menunaikan ibadah haji, ini menjadi indicator mereka telah mendapatkan predikat haji mabrur.
Semoga semua jama”ah haji, khususnya yang menonton tayangan ini, mendapatkan kemabruraran Haji yang kelak mendapatkan imbalan Surga Allah…Aamiin.
DR. KH. Fuad Thohari, MA, Pengurus Lajnah Dakwah Islam Nusantara (LADISNU), Ketua Bidang Literasi, Media, TV dan Advokasi TKW-TKI sedunia dan Pengurus MUI DKI Jakarta.