JAKARTA | LIPUTAN9NEWS
Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta melalui Sekretaris PWNU, KH. MH. Bahaudin, S.Pd.I., S.E., Kiai yang akrab dipanggil Gus Baha, menyampaikan pandangan lembaga terkait wacana pengusulan Presiden ke-2 Republik Indonesia, Jenderal (Purn.) H. M. Soeharto, sebagai Pahlawan Nasional.
Gus Baha ini menegaskan bahwa NU menghormati jasa dan pengabdian besar Soeharto terhadap bangsa Indonesia, terutama dalam menjaga stabilitas nasional, menggerakkan pembangunan ekonomi, serta menjaga kedaulatan negara pada masa penuh tantangan.
Meski demikian, Gus Baha mengingatkan bahwa pemberian gelar Pahlawan Nasional perlu dilakukan dengan pertimbangan yang matang dan menyeluruh, dengan memperhatikan sisi kemanusiaan, sejarah, dan perasaan seluruh anak bangsa.
“Islam mengajarkan kita untuk menghargai kebaikan dan mengambil pelajaran dari setiap perjalanan hidup manusia. Dalam hal ini, kita perlu menghormati jasa beliau, namun juga mendengarkan suara hati mereka yang merasakan kepedihan pada masa lalu,” lanjutnya dengan nada lembut, sebagai ciri khasnya.
Menurut Gus Baha, penghargaan terhadap seorang tokoh bangsa tidak hanya dalam bentuk gelar kenegaraan. Lebih penting dari itu adalah bagaimana bangsa ini mampu merawat ingatan sejarah dengan kejujuran dan kasih sayang, agar tidak ada pihak yang merasa terabaikan.
“Menimbang dengan arif berarti mampu melihat secara utuh — menghormati yang berjasa, mendoakan yang telah tiada, sekaligus menenangkan hati mereka yang masih menyimpan luka sejarah. Semua itu bisa berjalan berdampingan dalam semangat persaudaraan kebangsaan,” jelasnya.
PWNU DKI Jakarta Resmikan Gedung Baru, Ketum LADISNU Ucapkan Selamat
“Apapun yang diputuskan oleh pemerintah pusat atas usulan pemberian gelar pahlawan untuk mantan pemimpin bangsa ini – Bapak H. Soeharto, tentunya sudah berdasarkan kajian dan pertimbangan yang mendalam untuk kemaslahatan bangsa,” terangnya.
PWNU DKI Jakarta mengajak seluruh elemen bangsa untuk menatap masa depan dengan kebersamaan, tanpa menafikan masa lalu, dan menjadikan sejarah sebagai cermin untuk memperkuat nilai-nilai kemanusiaan, persatuan, dan keadilan sosial.
“Kita hormati jasa para tokoh bangsa dengan penuh adab, dan kita rawat keutuhan negeri ini dengan kasih sayang. Semoga bangsa ini senantiasa diberkahi pemimpin yang bijak, adil, dan mencintai rakyatnya,” pungkasnya.
























