LEBANON | LIPUTAN9NEWS
Sekretaris Jenderal Hizbullah, Syekh Naim Qasim menegaskan bahwa struktur kepemimpinan Hizbullah bersifat kolektif dan berbasis musyawarah.
“Hizbullah tidak dipimpin oleh satu orang. Setiap keputusan diambil melalui dewan dan hasil konsultasi para komandan, Saya tidak pernah merasa sendirian.” ujarnya, dikutip dari MKPS, Senin (27/10/2025).
Syekh Naim menambahkan bahwa serangan terhadap rumah Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu mencerminkan “pencapaian intelijen yang signifikan”, sekaligus menunjukkan tingkat koordinasi dan kemampuan operasional Hizbullah dalam menghadapi Israel.
Dalam wawancara eksklusif dengan Jaringan Al-Manar pada Senin malam 27 Oktober, Sekretaris Jenderal Hizbullah, Syekh Naim Qasim menegaskan bahwa perjuangan Hizbullah bukan hanya organisasi, melainkan jalan hidup.
“Kami menantikan Imam Mahdi (afs). Hizbullah akan terus ada dan tidak akan lenyap selama anak-anaknya masih hidup,” tegasnya.
Ia menyebut Hizbullah berpegang pada Islam Muhammadi yang murni, dengan perlawanan sebagai napas dan arah hidup.
“Kami teguh dan pantang menyerah. Hizbullah justru semakin kuat setelah pukulan berat ini.” ucapnya.
Syekh Naim menolak pandangan bahwa kelelahan bisa mematahkan semangat Perlawanan.
“Jalan Hizbullah kokoh dan berkelanjutan. Ia melahirkan syuhada dan kekuatan baru,” katanya.
Syekh Naim mengungkapkan bahwa Imam Ali Khamenei memberikan dukungan penuh dan memantau perkembangan medan tempur secara langsung.
“Imam Khamenei memantau setiap perkembangan dengan cermat. Saya sependapat dengan pernyataan Amirul Mukminin (a.s): Cukuplah Allah sebagai pelindung.” ungkapnya.
Pencapaian Intelijen: Serangan ke Rumah Netanyahu, menurut Syekh Naim, koordinasi strategis antara komando militer dan politik menjadi kunci dalam Pertempuran El-Bas Pertama.
“Menargetkan rumah Netanyahu adalah pencapaian intelijen. Serangan ke Tel Aviv merupakan keputusan politik.” paparnya.
Ia memaparkan bahwa serangan besar pada 23 September 2024 mencakup lebih dari 1.600 operasi yang menewaskan 550 orang dalam satu hari, menandai babak baru dalam dinamika kekuatan.
Setelah Syahidnya Sayyid Hasan Nasrallah gugur, sebagai respons atas syahidnya pemimpin karismatik Sayyid Hasan Nasrallah, Hizbullah menargetkan Ma’aleh Edom di Wilayah Yerusalem yang Diduduki.
“Kami mengandalkan pengalaman dan keahlian kami. Pertempuran Al-Bas membuka babak baru dengan sistem komando dan dukungan publik yang lebih matang.” harapnya.
Menurutnya, surplus kekuatan yang dibangun sejak 2006 menjadi faktor penentu pencegahan Israel. “Kami tidak perlu lagi memamerkan kekuatan; kini kami menggunakannya secara tepat.” katanya.
“Keputusan untuk mendukung Gaza 100 persen benar dan akan kami ambil lagi jika keadaan terulang,” sambungnya. “Tidak ada seorang pun selain kami yang akan menyerahkan bendera kepada Penguasa Zaman (a.f.s).” imbuhnya.
Lebih lanjut, Syekh Naim menggambarkan para pejuang Hizbullah sebagai barisan yang “menghentikan 75.000 tentara Israel dengan iman dan keberanian”. Beliau menegaskan: Kekuatan sejati tidak terletak pada senjata, tetapi pada iman dan tekad.
Ia menambahkan bahwa Pasukan Radwan merupakan tulang punggung kekuatan Hizbullah. “Mereka telah berkorban besar, namun tetap berdiri. Iman dan tekad mereka adalah sumber kekuatan.”
Syekh Naim menyebut pengorbanan para pejuang Hizbullah telah “memukau dunia”. “Mereka adalah mercusuar masa depan. Dari peluncur roket hingga operator drone, semuanya membentuk sistem yang membuat Israel lumpuh di lapangan.”
Beliau menegaskan bahwa dukungan rakyat menjadi fondasi utama: “Rakyat adalah prinsip dan nomor satu. Bersama rakyat, jalan ini semakin kuat.”
“Kami tidak mengobarkan perang, kami membela diri dari musuh yang ingin menghancurkan kami,” ujar Syekh Naim.
“Jika kami diam, Israel akan berkembang dan menghancurkan generasi mendatang. Martabat Kawasan ini hanya ada melalui restu Perlawanan.” lanjutnya.
Lalu, Syekh Naim menegaskan hubungan yang sangat baik dengan Ketua Parlemen Lebanon, Nabih Berri, dan menyebut koordinasi antara Hizbullah dan Gerakan Amal berada pada “tingkat tertinggi”.
Ia juga menyinggung kerja sama positif dengan Perdana Menteri Nawaf Salam dan Panglima Tentara Joseph Aoun.
“Kami siap bekerja sama. Jika satu langkah diambil, kami akan melangkah sepuluh kali lipat.” turunya.
“Kami siap membela diri, tapi tidak berniat memulai perang. Jika perang dipaksakan kepada kami, bahkan hanya dengan sehelai papan kayu, kami tidak akan membiarkan Israel lewat.” ucapnya.
Ia menekankan bahwa keteguhan iman menjadi sumber keberanian.Mereka yang beriman tidak akan menyimpang dari jalan ini.
Syekh Naim menyebut Amerika dan Israel sebagai sumber ketidakstabilan. Mereka berusaha mencapai lewat politik apa yang gagal mereka capai melalui perang. Namun kini, ada pencegahan yang membuat Israel tak mampu mencapai tujuannya. Kita punya hak untuk mempertahankan diri
“Memiliki senjata adalah hak sah untuk mempertahankan Tanah Air,” tegasnya.
Katanya, tentara Lebanon tidak bisa menghadapi musuh sendiri; maka harus ada perlawanan rakyat yang terkoordinasi.
Ia juga menegaskan keselarasan pandangan dengan Iran dalam perjuangan melawan pendudukan.
“Keputusan kami adalah membela dan melawan sampai akhir.” katanya.
Hizbullah Tidak Akan Lenyap, menutup wawancaranya, Syekh Naim Qasim menegaskan kembali semangat abadi Perlawanan:
“Kami adalah kelompok yang menantikan Imam Mahdi (semoga Allah mempercepat kedatangannya). Hizbullah akan terus berlanjut dan tidak akan lenyap selama anak-anaknya masih hidup.” semangtanya.
Dikutip dari redaksi MKPS poros perlawan mencatat bahwa wawancara ini menegaskan upaya Hizbullah menjaga kesinambungan ideologis dan struktural di tengah guncangan kepemimpinan.
Pernyataan Syekh Naim Qasim menunjukkan dua hal:
- Kematangan kelembagaan, pergeseran dari kepemimpinan karismatik menuju struktur kolektif.
- Konsistensi strategi deterrence, penggunaan kekuatan secara terukur untuk mempertahankan status quo regional.
Di tengah ketegangan yang terus meningkat di Kawasan, pesan utama Hizbullah tampak jelas: mereka tidak sedang mencari perang, namun siap menghadapi perang bila perang datang dan dipaksakan kepada mereka.
























