Saat perhelatan Haul Wali Songo di Masjid Istiqlal kemarin yang digelar oleh DPP Aswaja Centre dengan Ketua Umum KH. Misbahul Munir berjalan dengan lancar, dalam acara kemarin itu didaulat sebagai pembicara inti KH. Said Aqil Siroj mantan Ketum PBNU periode lalu.
Ada hal menarik yang dibahas kyai said Aqil Siroj yang menurut kacamata saya adalah apa yang beliau sampaikan isi ceramahnya tentang sejarah dan silsilah sunan gunung jati yang disambungkan ke azmatkhon sebagai strategi belah bambu, satu diinjak satu lagi diangkat seakan-akan terkesan berbeda dan bertolak belakang dengan apa yg disampaikan oleh TB. Mogi Nur Fadil yang telah menjelaskan kalau Sunan Gunung Jati sama sekali tidak bersambung nasabnya ke klan ba Alawi, ini terkesan kontroversi dari pernyataan kyai Said Aqil dengan yang sedang dibahas oleh kyai Imadudin dkk.
Atas ceramah kyai Said kemarin membuat sebagian warga NU sedikit galau atas ulah oknum habaib dan para muhibbinnya ketika mereka menyerang dzuriyah Wali Songo yang dikatakan tidak ada. Kalaupun ada itu dari garis perempuan dan lalu terhubung ke ba Alawi. Atas ceramah di haul Wali Songo kemarin itu seolah-olah mereka mendapatkan angin dukungan dari tokoh sekaliber kyai Said Aqil.
Menurut hemat saya sih, bahwa pernyataan kyai Aaid Aqil tersebut hanya sedikit memberi harapan besar kepada Rabithoh dan para muhibbinnya untuk selalu ada dalam barisan Nahdlatul Ulama, kyai Said ingin menggiring para habaib untuk diam dan bisa duduk bareng siap membantah tesis kyai Imad dengan data ilmu bukan tawuran medsos yang tidak ada ujung penyelesaian.
Banyak bertanya-tanya, kenapa kyai Said dalam ceramahnya menyatakan kalau Sunan Gunung Jati ada garis nasab ke azmatkhon? yang dikenal oleh kelompok habaib bagian dari trah ba Alawi. Ini adalah strategi dakwah kyai NU yang ingin menyelesaikan konflik dengan ilmu dan bukan dengan tawuran. Agar pro dan kontra dua kelompok yang berseteru bisa ketemu! namun kadang sesekali pernyataannya para kyai NU yg faham siyasatuddakwah bagaikan main bilyar denga cara memantulkan bola ke arah lain tapi yg dituju adalah lobang arah sebelahnya.
Kyai Said itu kyai yang alim dan sangat faham dalam mengawal kondisi umat yg sedang panas. Dulu kita tahu beliau sering mukulin dan bahkan keras melawan HTI, FPI dan para dedengkotnya, yang mana kita pun tahu di dalam FPI banyak bersemayam makhluk-makhluk yang bernama habaib dari Imam besar sampai imam kecil. Bahkan kyai Said pun menganalogikan gelar imam kepada pimpinannya mirip seperti Syi’ah secara otomatis para pengikut FPI dan lainnya merasa dipukul keras yang berujung pembubaran HTI dan FPI.
Ceramah kyai Said kemarin di Istiqlal terkesan sedikit sekan-akan membela klan ba Alawi dan para habaib mendapat angin sepoi-sepoi. Walaupun membuat kubu kyai Imad dkk sedikit pundung. Kalau kita ikuti ceramah bliau sampai tuntas, dipenghujung ceramahnya bliau memberi penegasan pro kontra tentang nasab untuk bisa ketemu bareng dan bermujadalah saja, ingat keluarkan semua ilmunya dengan ilmu Mantiq karena bicara ilmu harus ilmiyah bukan nafsu, itu yang dapat diambil kesimpulannya. Seakan-akan kyai Said mengelus-elus anak nakal tapi ditabok sekaligus agar tidak terasa sakit hatinya. Sedangkan anak yg baik walau kecewa karena ga dituruti mereka pasti sadar diri dan akal nalarnya jalan, kalau anak nakal sebaliknya dibaikin tidak jalan akalnya, apalagi digalakin bisa lebih parah.
Kalau memang dalam ceramah kyai Said kemarin terkesan tidak mendukung itu hanya strategi dakwah, karena kyai Said faham ilmu yang ilmiyah tidak akan dibarengi amarah dan kyai Said pun faham warga NU tidak akan mencak-mencak seperti para habaib yang banyak oknum di dalamnya selalu membuat onar, dan makin ramai nantinya. Inilah jika kita komparasikan antara pernyataan kyai Yahya Staquf dengan kyai Said bertemu pada titik husnudzon, tapi antitesis dalam membantah tesis kajian ilmu tetap harus diselesaikan dg ilmu pula.
Ahmad Suhadi, S.Pd.I, Ketua Ikatan Mubaligh-mubalighoh Nusantara (IMMAN) DPD Kabupaten Bogor dan Katib JATMAN Kabupaten Bogor.
Comments 4