Banten | LIPUTAN9NEWS
4
Negeri Telaga Kahana, di mana Siswi Karina dan Misyaila menginap dan makan bersama di rumah Zipora itu, adalah negeri yang damai dan dihuni oleh penduduk yang hatinya dipenuhi cinta dan kasih-sayang kepada segenap yang hidup dan mencintai alam serta lingkungan mereka. Meskipun demikian, negeri itu pun tak luput dari invasi mereka yang hidupnya didasarkan pada nafsu kekuasaan dan hasrat untuk menguasai dan menaklukkan.
Hari itu, seperti yang telah diniatkan, Misyaila mengarahkan tongkat ajaibnya pada suatu tempat, dan seketika kereta kuda yang sebelumnya dinaikinya bersama Siswi Karina muncul di hadapan mereka. Kali ini mereka akan kembali bertualang ke sebuah negeri, yang tentu saja, tidak pernah diketahui atau dikunjungi Siswi Karina.
Kereta kuda itu melesat begitu cepat setelah mereka berada di dalamnya. Suatu keajaiban lainnya adalah bahwa delapan kuda putih yang masing-masing memiliki sepasang tanduk kristal di kepala mereka itu seakan begitu saja telah mengerti tujuan mereka melalui semacam telepati dengan Misyaila. Semacam ilmu laduni yang dimiliki oleh mereka yang memiliki kedekatan dengan Tuhan.
Mereka melewati gunung-gunung, rawa-rawa, lembah-lembah, dan hutan-hutan aneh yang ditumbuhi pohon-pohon raksasa. Meskipun demikian, kereta kuda itu seperti terbang dan agak mengambang melewati hutan-hutan, mengambang di rawa-rawa, atau sesekali seperti berlari dengan begitu cepat di antara lembah-lembah dan kelokan-kelokan pegunungan.
Ternyata negeri yang hendak mereka tuju dan hendak mereka selidiki itu begitu jauh –sebuah negeri yang diberi nama oleh para penghuninya, yaitu kaum yang menyukai kekuasaan dan perang, dengan nama Negeri Amarik.
Negeri itu begitu mempesona, di mana tempat-tempat tinggal para penghuninya menjulang tinggi. Di negeri itu juga terdapat kawasan-kawasan khusus megah yang hanya boleh ditinggali para prajurit, sementara di kawasan-kawasan khusus lainnya terdapat semacam pabrik-pabrik dan gedung-gedung yang senantiasa menciptakan senjata super canggih.
Hasrat berkuasa dan menguasai negeri-negeri lain membuat para penduduk atau penghuni negeri itu begitu ulet mengembangkan tekhnologi persenjataan dan melakukan riset-riset dan inovasi-inovasi persenjataan. Negeri itu dipimpin oleh seorang yang gila perang dan memiliki hasrat berkuasa yang sangat besar, yang bernama Jarjus Bushan, seorang pemimpin yang anehnya sangat idiot.
Dan yang membuat Misyaila kaget adalah negeri itu ternyata dibentengi oleh semacam kubah cermin maha-raksasa yang senantiasa menampakkan kilatan-kilatan cahaya, mirip gelombang-gelombang kilatan listrik, hingga Misyaila hanya bisa melihat sebagian kecil Negeri Amarik yang menakjubkan dan super canggih itu lewat kejernihan kubah pelindungnya.
Dari ketinggian pegunungan di mana mereka berhenti itu, Misyaila pun tahu bahwa negeri itu dilindungi oleh benteng yang sangat tebal dan tinggi, dan mereka dapat melihat sebuah menara besar yang sangat tinggi terletak di negeri tersebut. Jika negeri itu dilindungi kubah raksasa, dari manakah para penduduknya bisa keluar ketika mereka melakukan invasi ke negeri-negeri lain? Demikian kira-kira yang jadi pertanyaan Misyaila di batin-nya. Dan tentu saja, rasa heran dan ketakjuban serupa juga dirasakan oleh Siswi Karina.
Demi menyelidiki dan meneliti negeri tersebut, dan tentu saja dengan sangat hati-hati, agar tidak ketahuan para spion negeri tersebut, Misyaila dan Siswi Karina memutuskan untuk menuruni gunung di mana kereta kuda mereka ditinggalkan –dan tentu saja, menghilang begitu saja bila tak dibutuhkan, dan akan hadir bila dibutuhkan.
5
Setelah mengetahui Negeri Amarik yang terlindungi dengan tekhnologi super canggih tersebut dari balik bukit sebuah gunung, Misyaila dan Siswi Karina memutuskan untuk kembali ke Negeri Telaga Kahana, sementara kala itu waktu sudah tiba di jung senja. Betapa indah cahaya senja saat itu, sementara aneka keindahan pohon dan yang ada si sekitarnya turut pula menyusun lanskap-lanskap keindahan yang lain. Dan seperti biasa, kereta super cepat mereka pun kembali hadir begitu saja ketika mereka hendak menempuh perjalanan, kali ini perjalanan kembali ke Negeri Telaga Kahana.
Segera saja, setelah mereka telah berada di dalam kereta super cepat mereka tersebut, kereta yang ditarik kuda-kuda putih bertanduk indah (yang mirip para Unicorn) itu melesat bak kecepatan cahaya, menempuh perjalanan pulang ke Negeri Telaga Kahana dari Negeri Amarik yang jaraknya memang sangat jauh.
Sesampainya di Negeri Telaga Kahana, mereka pun kembali menuju rumah keluarga Zipora, dan Zipora pun dengan ikhlas mempersilakan mereka masuk, seperti sebelumnya. Mereka pun kembali makan dan menginap di rumah tersebut, juga seperti yang mereka lakukan sebelumnya.
“Bolehkan saya tahu apa telah kalian lakukan?’ ujar Zipora membuka perbincangan setelah makan malam itu. “Kami telah mengetahui tempat keberadaan sebuah bangsa yang orang-orangnya dulu pernah menghancurkan negerimu ini,” ujar Misyaila. “Negeri itu sungguh di luar dugaan kami dan memiliki perlindungan yang sangat kuat. Sepertinya, jika kalian ingin melindungi negeri kalian ini, kalian harus juga membangun pertahanan dan perlindungan yang kuat dan harus memiliki orang-orang yang terlatih untuk berperang dalan keadaan yang akan terjadi kapan saja. Kalian harus mempersiapkan diri untuk sesuatu yang bisa saja terjadi di masa depan.”
Mendengar apa yang dikatakan Misyaila tersebut, Zipora tampak sedikit agak sungkan dan sedikit merenung. Ingin rasanya ia tidak membenarkan apa yang dikatakan Misyaila tersebut, namun pada sisi yang lain, kebenaran apa yang dikatakan oleh Misyaila itu tak bisa ditolak sebagai sebuah fakta tak terbantahkan bila nasib Negeri Telaga Kahana tidak ingin terulang, nasib yang membuat suami Zipora gugur dalam perjuangan perlawanan yang gagah berani menghadapi para agressor dari Negeri Amarik dengan senjata-senjata super canggih mereka.
Kala itu, Negeri Telaga Kahana nyaris musnah jika saja tak ada bantuan, semacam mukjizat, ketika penduduk negeri tersebut kedatangan sebuah pasukan burung-burung yang tangkas melemparkan batu-batu panas yang menimpa para agressor dari Negeri Amarik yang menyerang dengan ganas negeri Zipora yang dikunjungi Misyaila dan Siswi Karina itu.
Saat itulah, Misyaila adalah salah satu pemimpin pasukan burung-burung yang membantu para penduduk Negeri Telaga Kahana yang ketika itu menghadapi kekuatan luar biasa yang nyaris saja memusnahkan mereka semua.
“Aku sendiri yang akan melatih anakmu, Ilias, menjadi seorang prajurit dan panglima perang!” Lanjut Misyaila kepada Zipora. “Watak dan kecerdasan anakmu itu cukup memberitahuku bahwa ia yang kelak akan menggantikan ayahnya sebagai pemimpin yang kuat. Sementara itu dua adik-adik Ilias, dua anakmu yang bernama Hagar dan Sophia, akan kami didik sebagai perempuan-perempuan yang memiliki pengetahuan-pengetahuan yang kami miliki.”
Saat Misyaila berbicara kepada Zipora tersebut, ketiga anak Zipora tersebut: Ilias, Hagar, dan Sophia, hadir dan mendengarkan apa yang dikatakan Misyaila. Jika Zipora menyetujui usulan dan keinginan Misyaila itu, maka Ilias, Hagar, dan Sophia akan dibawa ke Negeri Farisa, negeri yang dikenal karena kecerdasan para pemimpinnya dan karena kemajuan ilmu pengetahuan mereka yang setara dengan ilmu pengetahuan orang-orang di Negeri Amarik.
6
Sementara itu, di Negeri Amarik yang megah dan canggih itu, pemimpin negeri itu, yaitu Jarjus Bushan yang tolol tapi ditaati para menteri, para korporat, dan para senat negeri tersebut, tampak sedang mengadakan rapat tertutup dengan sejumlah anggota ordo rahasia. Tampak dalam rapat itu hadir pimpinan ordo tersebut, yaitu Mayar Rother, yang terkenal cerdik dan kaya-raya hingga rumahnya lebih menyerupai istana megah, dan memiliki banyak pembantu lelaki dan perempuan.
Rapat tersebut rupanya rapat sepihak yang tidak boleh bocor di kalangan menteri dan para anggota senat negeri itu. Hanya pimpinan dinas rahasia yang dilibatkan, selain para anggota ordo rahasia yang merupakan inisiator rapat tersebut. Dan Jarjus Bushan sendiri, tanpa sepengetahuan rakyat Negeri Amarik, adalah juga anggota ordo rahasia tersebut.
Salah-satu yang dibahas dalam rapat tersebut adalah bagaimana agar mereka dapat mengendalikan sejumlah negeri-negeri lain dengan jalan mengendalikan para pemimpin negeri-negeri yang ingin mereka kuasai, dan kalau cara ini tak berjalan, maka langkah yang akan mereka tempuh adalah dengan kekuatan senjata dan militer, alias dengan perang atau menciptakan perang.
Salah-satu kekuatan utama ordo tersebut terletak pada kekuasaan finansial mereka yang mengendalikan ekonomi dan kehidupan Negeri Amarik dan sejumlah negeri yang berada dalam kuasa dan kendali mereka, melalui korporasi-korporasi yang mereka kuasai. Dan untuk menghidupkan korporasi-korporasi dan pabrik-pabrik persenjataan mereka di Negeri Amarik tersebut, mereka membutuhkan banyak bahan mentah dan sumber daya alam yang tidak tercukupi dari negeri mereka, dan karena itulah mereka harus mendapatkannya dari negeri-negeri yang berada dalam kekuasaan mereka.
Cara lain untuk melebarkan kekuasaan mereka adalah dengan jalur doktrin dan pendidikan, contohnya dengan banyak menyekolahkan orang-orang dari luar negeri mereka di sekolah-sekolah mereka agar mereka dapat mendoktrin orang-orang tersebut dengan doktrin mereka, dan pada akhirnya akan menjadi orang-orang yang dikendalikan tanpa mereka sadar bahwa mereka telah menjadi agen-agen kekuasaan mereka ketika mereka berhasil mendoktrin orang-orang dari luar negeri mereka yang dididik di negeri Amarik.
Tentu saja, para anggota ordo rahasia tersebut juga dikenal sebagai para otak intelektual sejumlah perang, agar senjata-senjata mereka dapat digunakan jika ada perang. Bagi mereka, selain dapat menguntungkan secara ekonomi dan finansial demi berjalannya korporasi mereka, perang juga merupakan ajang uji-coba dan eksperimentasi bagi senjata-senjata yang mereka ciptakan.
Mereka adalah otak di balik setiap perang yang terjadi di dunia, selain mereka juga tak segan-segan memerangi negeri-negeri yang tidak mau dikontrol oleh keuangan dan perdagangan mereka. Banyak negeri yang telah menjadi korban siasat kotor dan kejahatan mereka, seperti Negeri Lubyan, Negeri Suryan, Negeri Yumnan, dan banyak negeri lainnya. Ada dua negeri yang menjadi sekutu setia Negeri Amarik dalam segala hal, yaitu Negeri Asrail dan Negeri Najdan.
Rakyat yang hidup di Negeri Amarik terbilang makmur, meski acapkali terjadi kejahatan dan ketidak-adilan.
Begitulah, hanya ada satu negeri yang tidak sanggup mereka kuasai secara penuh, yaitu Negeri Farisa, meski negeri Farisa pun sempat mereka kuasai ketika Negeri Farisa dipimpin oleh seorang raja bernama Shah Raza. Namun kemudian rakyat Negeri Farisa tersebut memberontak karena kala itu rakyat Negeri Farisa tahu bahwa banyak kekayaan Negeri Farisa yang dibawa ke Negeri Amarik, sementara hidup mereka menderita dalam kekuasaan Shah Raza. Tapi sekarang Negeri Farisa dipimpin oleh seorang yang bersahaja yang bernama Najad Hamadi.
Selepas Negeri Farisa merdeka dari cengkeraman Negeri Amarik, negeri tersebut memiliki pasukan yang kuat dan persenjataan yang juga tak kalah canggihnya dengan persenjataan Negeri Amarik. Dan dahulu kala, Negeri Farisa dijuluki sebagai Negeri Bulan Sabit Subur karena sebagian wilayah negeri itu mirip Negeri Sunda yang masyhur yang kini telah lenyap akibat gempa maha-besar yang menghancurkan kemegahan Sunda.
Negeri Farisa inilah yang tengah dituju oleh Misyaila, Siswi Karina, Hagar, Ilias, dan Sophia dengan sebuah kereta yang membawa mereka tanpa merasakan kelelahan karena keajaiban kuda-kuda putih bertanduk indah yang mirip Unicorn yang menarik kereta tersebut dengan kecepatan super jet. Adakalanya kereta tersebut seperti terbang, dan yang lebih aneh lagi adalah bahwa kuda-kuda dan kereta tersebut dapat melintasi laut tak ubahnya berlari di daratan. (Bersambung)
Sulaiman Djaya, Esais dan penyair
Comments 1