Jakarta | LIPUTAN9NEWS
Ungkapan “no viral no justice” adalah ironi negeri yang mendaku diri sebagai negara hukum yang memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan seluruh rakyat. Untungnya, nurani itu masih kita temukan pada netizen yang cerewet meski kadang kelewatan. (Gak apa-apa kelewatan tinggal putar balik hehe).
قُلِ اللّٰهُمَّ مٰلِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِى الْمُلْكَ مَنْ تَشَاۤءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاۤءُۖ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاۤءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاۤءُۗ بِيَدِكَ الْخَيْرُۗ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ٢٦
Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai Allah, Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS: Ali Imran 26).
Ayat ini selalu menjadi pengingat kita, kemuliaan dan kehinaan itu mutlak dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, sedangkan makhluk hanya wasilah saja. Begitu mudah keduanya bertukar, semudah ucapan “Kun Fayakun”..
Dari kejadian yang sedang viral tentang penjual es teh, Allah Ta’ala meninggikan si tercaci dan merendahkan si penghina, kita semua belajar berapa mudah situasi terbalik. Seorang pendakwah kesohor dengan pengikut yang banyak, bahkan seorang petinggi negara, bisa bertukar kemuliaan dengan seorang bakul es teh hanya dalam hitungan hari. Yang menghina kini terhina dan ternista, bahkan akhirnya mengundurkan diri dari jabatannya dan meminta maaf secara terbuka, sedangkan yang dihina kini berlimpah keberkahan hidup.
Betul, pastinya bukan karena si penghina adalah wali (saya cuma menulis satir saat itu), namun berkah medsos menghadirkan nurani publik yang semakin jarang diperlihatkan dan diperjuangkan mereka yang seharusnya menjadi panutan.
Krisis keteladanan melanda bangsa ini, ya pejabatnya, ya aparatnya, ya ulamanya, makin menunjukkan krisis itu. Beberapa waktu kita merasakan kepahitan akibat pemimpin yang menindas rakyat kecil dengan kebijakan pro pengusaha dan menghimpit rakyat kecil. Lalu aparat negara yang melakukan banyak perbuatan tak patut terkait perlindungan terhadap orang kuat dan kaya dan kesewenangan kepada orang kecil.
Semua ini dilengkapi dengan berita bagaimana kaum agamawan malah sibuk menjadi tim sukses dan pemberi legitimasi kezaliman itu. Belum ditambah kasus asusila terhadap santrinya, dan banyak lagi kasus yang menyesakkan dada kita.
Ungkapan “no viral no justice” adalah ironi negeri yang mendaku diri sebagai negara hukum yang memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan seluruh rakyat. Untungnya, nurani itu masih kita temukan pada netizen yang cerewet meski kadang kelewatan. (Gak apa-apa kelewatan tinggal putar balik hehe).
KH. Jamaluddin F Hasyim, Pengaush Ponpes Al-Aqidah Al-Hasyimiyah Jakarta, Wakil Katib Syuriah PWNU DK Jakarta, Ketua KODI DK Jakarta, dan Ketua Lajnah Dakwah Islam Nusantara (LADISNU) Bidang Hubungan Luar Negeri dan Relasi Antar Lembaga.
кракен ссылка зеркало – правильная ссылка на кракен, кракен вход ссылка