فى ٱداب المتعلم فى نفسه وفيه عشرة انواع من الاداب
Tentang Etika Seorang Pelajar terhadap Dirinya Sendiri, yang Terdiri dari Sepuluh Macam Etika
الاول ان يطهر قلبه من كل غش ودنس وغل وحسد وسوء عقيدة وسوء خلق، ليصلح بذلك لقبول العلم وحفظه والاطلاع على دقائق معانيه والفهم لغوامضه.
Pertama, Seorang pelajar hendaknya menyucikan hatinya dari segala tipu daya, kotoran, dengki, iri hati, keyakinan yang salah, serta akhlak yang buruk. Dengan demikian, ia akan menjadi layak untuk menerima ilmu, menghafalkannya, memahami maknanya secara mendalam, serta mampu menangkap rahasia ilmu yang tersembunyi.
الثانى ان يحسن النية فى طلب العلم بان يقصد وجه الله عز وجل والعمل به واحياء الشريعة وتنوير قلبه وتحلية باطنه والتقرب من الله تعالى، ولا يقصد به الاغراض الدنيوية من تحصيل الرياسة والجاه والمال ومباهاة الاقران وتعظيم الناس له ونحو ذلك.
Kedua, Seorang pelajar harus meluruskan niatnya dalam menuntut ilmu, yaitu dengan mengikhlaskan diri hanya untuk mencari ridha Allah SWT, mengamalkan ilmu tersebut, menghidupkan syariat, menerangi hatinya, memperindah batinnya, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ia tidak boleh menuntut ilmu dengan niat memperoleh tujuan duniawi, seperti memperoleh kedudukan politik, jabatan, harta, atau untuk menyombongkan diri di hadapan teman sejawat, mendapatkan penghormatan dari manusia, dan tujuan duniawi lainnya.
الثالث ان يبادر بتحصيل العلم شبابه واوقات عمره، ولا يغتر بخدع التسويف والتأميل، فان كل ساعة تمر من عمره لا بدل لها ولا عوض عنها، وان يقطع ما قدر عليه من العلائق الشاغلة والعوائق المانعة عن تمام الطلب وبذل الاجتهاد وقوة الجد فى التحصيل، فانها قواطع طريق التعلم.
Ketiga, Seorang pelajar hendaknya bersegera dalam mencari ilmu sejak masa mudanya dan di sepanjang usianya. Ia tidak boleh tertipu oleh angan-angan atau menunda-nunda, karena setiap jam yang berlalu dari umurnya tidak bisa diganti atau dikembalikan. Ia juga harus menjauhkan diri dari segala kesibukan yang menghalangi dan hambatan yang mengganggu kesempurnaan belajarnya. Selain itu, ia harus bersungguh-sungguh dan berusaha sekuat tenaga dalam memperoleh ilmu, karena berbagai kesibukan tersebut merupakan penghalang dalam menuntut ilmu.
الرابع ان يقنع من القوت واللباس بما تيسر فبالصبر على ادنى العيش ينال سعة العلم وجمع شمل القلب من متفرقات الٱمال ويتفجر فيه ينابيع الحكم.
Keempat, Seorang pelajar hendaknya merasa cukup dengan rezeki dan pakaian yang sederhana. Dengan bersabar atas kehidupan yang sederhana, ia akan memperoleh keluasan ilmu dan menyatukan hatinya dari berbagai macam angan angan duniawi, dan menjadikan hatinya sebagai sumber kebijaksanaan yang melimpah.
قال امامنا الشافعى رضي الله عنه :
لا يفلح من طلب العلم بعزة النفس وسعة المعيشة، ولكن من طلب بذلة النفس وضيق العيش وخدمة العلماء افلح.
Imam kita, Asy-Syafi’i radhiyallahu ‘anhu, berkata: “Tidak akan sukses orang yang menuntut ilmu dengan hati yang sombong dan kehidupan yang mewah. Tetapi, orang yang mencarinya dengan kerendahan hati, hidup yang sederhana, dan melayani para ulama, dialah yang akan berhasil.”
والخامس ان يقسم اوقات ليله ونهاره ويغتنم ما بقي من عمره، فان بقية العمر لا قيمة لها، واجود الاوقات للحفظ الاسحار، للبحث الابكار، وللكتابة وسط النهار، وللمطالعة والمذاكرة الليل، واجود اماكن الحفظ الغرف وكل موضع بعيد عن الملهيات، ولا يحسن الحفظ بحضرة النبات والخضرة والانهار وضجيج الاصوات.
Kelima, hendaknya seseorang membagi waktu malam dan siangnya serta memanfaatkan sisa umurnya dengan baik. Sebab, sisa umur itu tidak ternilai harganya. Waktu terbaik untuk menghafal adalah waktu sahur, untuk meneliti adalah waktu pagi, untuk menulis adalah tengah hari, dan untuk membaca serta mengulang pelajaran adalah waktu malam. Tempat terbaik untuk menghafal adalah di kamar atau tempat yang jauh dari gangguan. Menghafal tidak akan efektif di tempat yang banyak tanaman, pepohonan hijau, sungai, atau di tengah suara bising.
Agus Amar Suchaemi AlBarbasy (Gus Amar), Alumni IKAHA (UNHASY) Tebuireng Jombang.