Jakarta | LIPUTAN9NEWS
Pencegahan dan penanggulangan terorisme di Indonesia, khususnya di Bali, kembali mendapat sorotan setelah penangkapan sejumlah pelaku terorisme oleh Satgaswil Densus 88 Antiteror Polri. Dalam upaya yang terus dilakukan untuk menjaga stabilitas keamanan nasional, Satgaswil Densus 88 Bali telah berhasil mengamankan 16 pelaku terorisme sejak tahun 2018 hingga 2025.
Organisasi Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB) mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih yang tulus kepada Densus 88 atas komitmennya dalam menjaga keamanan dan persatuan bangsa dari ancaman radikalisme dan terorisme yang terus mengintai.
Pencapaian ini bukanlah hal yang mudah. Meski Bali dikenal sebagai wilayah dengan tingkat tindak pidana terorisme yang rendah, ancaman radikalisme terorisme masih sangat nyata. Pembinaan dan upaya pencegahan yang dilakukan Densus 88 di Bali sangat krusial untuk menghindari potensi berkembangnya kelompok radikal terorisme yang dapat merusak kedamaian dan keharmonisan di masyarakat.
Densus 88 Polri melalui berbagai kegiatan edukasi dan sosialisasi telah berupaya mengedukasi masyarakat mengenai bahaya laten intoleransi, radikalisme, ekstremisme, dan terorisme. Salah satu bentuk upaya pencegahan yang paling signifikan adalah dengan menggencarkan program vaksinasi dan sosialisasi pengetahuan terhadap paham-paham yang dapat merusak tatanan sosial bangsa.
Namun, meskipun sudah berhasil menangkap 16 pelaku terorisme di Bali selama beberapa tahun terakhir, yang sebagian besar terpapar radikalisme dan terorisme karena pengaruh lingkungan kerja mereka di lembaga pemerintahan dan pendidikan, ancaman yang datang dari kelompok-kelompok radikal Terorisme tetap menjadi perhatian serius.
Dalam hal ini, PNIB merasa bahwa masyarakat harus lebih waspada terhadap potensi bahaya radikalme terorisme, terutama melalui lembaga pendidikan yang berisiko menjadi tempat persemaian paham-paham yang menyesatkan.
Ketua Umum PNIB Gus Wal, menekankan agar orang tua dan masyarakat dapat lebih selektif dalam memilih lembaga pendidikan untuk anak-anak mereka, agar tidak terpapar oleh paham-paham radikal, termasuk ajaran Wahabi Khilafah yang menjadi sumber bibit lahirnya Intoleransi radikalisme terorisme.
“Penangkapan terhadap para pelaku Terorisme memberikan fakta bahwa kelompok terorisme secara sistemis melakukan perekrutan dan menyusup ke lembaga-lembaga pendidikan yang selama ini disangka aman. Mereka menanamkan paham radikalisme Terorisme terutama di sekolah-sekolah eksklusif yang menyebarkan ajaran wahabi khilafah. Kami mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati dan selektif dalam memilih lembaga pendidikan, demi menghindari penanaman paham-paham yang bisa merusak masa depan anak-anak kita,” ujar Gus Wal dengan penuh perhatian.
Menrut GusWal, PNIB sendiri adalah organisasi lintas agama, budaya, dan kebhinekaan yang berdiri teguh menolak segala bentuk paham yang berpotensi menanamkan kebencian dan perpecahan di masyarakat, termasuk paham Khilafah dan Wahabi sebagai induk dari paham radikalisme Terorisme. Sebagai organisasi yang berkomitmen menjaga persatuan bangsa, PNIB terus mengingatkan pentingnya membumikan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Pancasila adalah perekat kita sebagai bangsa yang majemuk. Setiap upaya untuk menggantikan Pancasila dengan paham yang radikal, seperti khilafah, tidak hanya merusak sistem negara, tetapi juga menghancurkan keberagaman yang telah kita jaga selama ini. Kita sebagai bangsa Indonesia harus senantiasa menjaga dan merawat kebhinekaan, karena itulah kekuatan kita,” tegas Gus Wal.
Gus Wal juga menegaskan bahwa kelompok-kelompok yang berusaha memecah belah Indonesia dengan mengatasnamakan agama sebenarnya adalah kelompok yang tidak berperikemanusiaan. Mereka menggunakan agama sebagai jubah untuk menyebarkan kebencian dan kekerasan. Dalam hal ini, PNIB mengajak seluruh elemen bangsa untuk bersatu dan menanggulangi ancaman terorisme dengan semangat persatuan yang kuat.
“Nasionalisme Kebangsaan, Agama, dan Budaya (NASAB) adalah spirit Nusantara yang tidak boleh terpisahkan. Keberagaman kita adalah kekuatan, bukan kelemahan. Kelompok-kelompok yang ingin merusak keberagaman ini hanya berusaha menciptakan perpecahan dengan cara yang tidak manusiawi. Mereka berusaha menebar kebencian dengan berjubah agama, tetapi pada kenyataannya mereka adalah teroris yang tidak berperikemanusiaan,” ujar Gus Wal, mengingatkan pentingnya menjaga kebersamaan dalam menghadapi ancaman radikalisme.
PNIB juga memberi apresiasi kepada Densus 88 yang dengan tegas dan tanpa kompromi menjaga NKRI dari bahaya laten terorisme. Keberhasilan dalam menangkap 16 pelaku terorisme di Bali dalam beberapa tahun terakhir adalah bukti konkret bahwa aparat keamanan kita bekerja dengan penuh dedikasi untuk melindungi masyarakat dari ancaman yang mengintai. “Bravo Densus 88! Terus tegak lurus menjaga Bali dan NKRI dari bahaya laten terorisme,” Terang Gus Wal dengan penuh semangat.
Dalam penutupannya, Gus Wal mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk terus bersatu, menjaga persatuan, dan berkomitmen dalam memerangi radikalisme serta terorisme. PNIB siap bekerja sama dengan pihak berwenang untuk mendukung upaya pencegahan khilafah radikalisme terorisme dan menjaga Indonesia tetap aman, damai, rukun dan berbhineka. “Kita semua adalah bagian dari NKRI yang satu. Marilah kita terus menjaga dan merawat Pancasila sebagai dasar kehidupan berbangsa,” pungkasnya. (GW)