Surabaya | LIPUTAN9NEWS – Seakan tidak merasa jera dengan serentetan kasus hukum yang pernah dijalaninya, Rizieq Shihab dan Bahar Bin Smith kembali melontarkan pernyataan kontroversi. Rizieq Shihab Mantan Imam Besar laskar FPI yang sudah dibubarkan tersebut melakukan penghinaan kepada kaum pribumi dalam sebuah tayangan ceramah di media sosial.
Pernyataan tersebut memicu ratusan warga Banyumas yang melakukan aksi damai menuntut penangkapan Rizieq. Sosok kontroversi tersebut dianggap memicu perpecahan sosial dengan klaim pernyataannya.
Ketua Umum Ormas lintas agama, budaya dan kebhinekaan Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB) AR Waluyo Wasis Nugroho (Gus Wal) merespon situasi aksi demo tersebut dengan menghimbau kapada semua pihak untuk tidak terprovokasi.
“Biang perpecahan bangsa selalu dimulai dari pernyataan tokoh kontroversi yang cenderung dilakukan pembiaran. Rizieq Shihab dan Bahar Bin Smith yang bukan pribumi tidak berhak berbicara tentang warga pribumi. Propoganda Provokator pemecah persatuan anak bangsa berkedok ceramah berjubah agama selalu menganggap dirinya paling benar karena merasa keturunan Nabi. Masyarakat yang tidak memahami siapa sebenarnya Rizieq shihab dan bahar bin smith jadi mudah terprovokasi untuk membenci sesama. Ini yang membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa dan harus disikapi dengan ketegasan” ujar Gus Wal dalam keterangan pers yang diterima Liputan9news, Jumat (02/05/2025).
PNIB selama ini konsisten melawan propoganda penceramah provokator yang berupaya memancing kerusuhan sosial. Keberadaan mereka yang masih mendapat ijin melakukan ceramah selalu melahirkan permusuhan sosial.
“Dimanapun Rizieq dan bahar berceramah, selalu melahirkan amarah baru. Baik dari warga sekitar maupun pengikutnya yang terprovokasi pernyataannya. Jika ini terus dilakukan pembiaran, tidak mustahil suatu saat sesama anak bangsa Indonesia saling baku hantam beradu kebenaran yang sebenarnya semu karena keluar dari mulut Imigran impor seperti Rizieq dan bahar” ucapanya.
Gus Wal bersama PNIB berupaya membumikan Pancasila dan merah putih yang selama ini dirasa mulai banyak ditinggalkan. Jatidiri bangsa yang sesungguhnya suda hwaktunya dikembalikan lagi sebagai fungsi mempererat persatuan dan kesatuan bangsa.
“Mereka yang menolak Pancasila, mengharamkan merah putih dan berambisi mendirikan negara khilafah akan selalu berhadapan dengan semangat kebangsaan dan nasionalisme. Jihad kebangsaan yang kami cetuskan dalam rangka menangkal ideologi Wahabi, Khilafah, intoleransi dan terorisme. Indonesia tanpa koma, Indonesia yang setara dan membumikan merah putih menjadi upaya damai menghadapi serbuan ideologi asing yang terus menggerogoti bangsa,” pungkas.
(GW/MSN)