Zaman medsos saat ini rasanya sangat sulit membedakan mana berita hoax atau berita benar, kadang narasi terlihat benar padahal hoax bahkan seakan-akan hoax ternyata benar.
Sebagaimana yang telah dikatakan oleh pa Dahlan Iskan beberapa waktu lalu, hari ini kita berada di zaman kebenaran model baru, dimana letak kebenaran model baru itu? Yaitu disaat informasi menjadi opini dan dirasakan oleh khalayak sebagai kebenaran walaupun informasinya belum tentu benar, kebenaran bukan lagi diukur oleh fakta kebenaran itu sendiri akan tetapi sebuah informasi yang sudah diterima oleh banyak orang sebagai opini publik yang dianggap benar.
Hari ini masyarakat menilai kebenaran tidak lagi didasari oleh sebuah standarisasi konsep kebenaran, misalnya untuk menghasilkan angka nilai 10 itu bisa disimpulkan dari penjumlahan 5+5, atau 8+2 dan sebagainya,bisa juga dengan perkalian 5×2 tetap hasilnya sama yaitu 10.
Fakta di atas,hasil nilai dari sebuah proses tidak lagi dilihat pada saat ini, untuk menghasil sebuah informasi apakah informasi itu salah atau benar. Bahkan sekelas rektor atau berpendidikan tinggi pun masih saja salah dalam menyikapi fakta kebenaran.
ironisnya mereka yang punya gelar sarjana masih mudah menerima berita bohong bahkan disebarkan ulang secara berantai. Penomena ini terjadi karena padabumumnya masyarakat apapun latar belakang pendidikannya sudah terbiasa untuk mengkonsumsi berita tanpa menelaah dan menganalisa sebuah informasi.
Agar kita tidak terjebak sebagai penebar berita palsu perlu ditingkatkan literasi dalam menerima bahan informasi.
Ada 2 (dua) ayat dalam Alquran, agar kita sebagai muslim selalu ada dalam kebenaran dan bisa membangun literasi, 2 (dua) ayat tersebut adalah sbb :
1. QS.Al-Maidah : 08
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ)
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
2. Al Hujuraat :06
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”
Dari kedua ayat di atas bisa menjadi modal metodologi dalam menyikapi informasi yang datang, agar literasi kita bisa lebih terbangun dan punya kemampuan untuk menangkal berita bohong :
- Jangan ada kebencian dalam hati kepada siapapun, dan selalu ditanamkan baik sangka walau kepada lawan politik.
- Menangkap berita tidak boleh hanya satu sisi, tapi cari juga sumber lain sebagai pembanding.
- Berilah kesimpulan dengan analisa yang cermat secara berimbang tanpa unsur kebencian.
- Harus menelaah dan mengkaji dulu sumber informasi yang datang, dari mana berita tersebut berasal. kalau berupa situs, portal yang mengirimkan apakah portal resmi atau tidak.
- Kaji ulang apakah berita tersebut diperkuat dengan bukti-bukti dan fakta pendukung, jika tidak maka itu sudah dipastikan adalah hoax.
Ahmad Suhadi, S.Pd.I, Ketua Ikatan Mubaligh-mubalighoh Nusantara (IMMAN) DPD Kabupaten Bogor dan Katib JATMAN Kabupaten Bogor.