Jakarta, Liputan9.id – KH Hasyim Asy’ari dikenal sebagai pahlawan nasional, ulama dan tokoh cendekia di Indonesia sejak abad ke-19. Hasyim Asy’ari terkenal karena mendirikan organisasi Islam yang berpengaruh di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU).
KH Hasyim Asy’ari lahir di Jombang, 14 Februari 1871 di Pesantren Gedang, Tambakrejo. Ia merupakan anak ke-3 dari 11 bersaudara. Hasyim Asy’ari merupakan putra dari Kiayi Asy’ari dan Nyai Halimah. Dari nasab ayah, Hasyim Aya’ari langsung terhubung ke Maulana Ishak dan Imam Ja’tar Shadiq bin Muhammad Al-Bagir. Sedangkan dari nasab ibu ia langsung tersambung ke pemimpin Kerajaan Majapahit, Raja Brawijaya VI (Lembu Peteng), yang berputra Karebet atau Jaka Tingkir.
Berdasarkan Kiai Haji Hasyim Asy’ari Riwayat Hidup dan Pengabdiannya (1980), Hasyim Asy’ari yang terlahir dengan nama Muhammad Hasyim Pada masa kecilnya jarang mendapat asuhan dan didikan yang cukup dari kedua orang tuanya. Karena sampai lima tahun lamanya Muhammad Hasyim hidup di Pondok Pesantren Nggedang, di bawah asuhan dan didikan kedua orang neneknya.
Namun, tidak lama setelah itu Muhammad Hasyim segera pergi dari Pesantren Nggedang setelah ayahnya mendapat ‘ijazah’ untuk mendirikan pesantren sendiri dari Kiai Usman. Ayahnya mendirikan Pesantren Keras, Jombang. Hal inilah yang membuat Muhammad Hasyim terpaksa meninggalkan kedua neneknya dan dirawat oleh kedua orangtuanya.
Di pesantren baru itu, Muhammad Hasyim langsung belajar dari ayah dan kakeknya. Kehidupan di pesantren juga mempengaruhi kehidupah Muhammad Hasyim. Salah satu kehidupan yang dijumpai oleh Muhammad Hasyim ketika para santri kerap bergotong royong dan memiliki semangat belajar dalam menggapai cita-citanya.
Walaupun Hasyim Asy’ari anak dari pengasuh Pesantren Keras, ia dapat menyesuaikan hidupnya sebagai santri. Tidak jarang Hasyim Asy’ari berdagang untuk memenuhi kehidupannya dan belajar mandiri sejak ia masih usia dini. Bahkan Hasyim Asy’ari juga mempelajari berbagai kitab yang seharusnya belum menjadi pelajarannya. Hal inilah yang membuatnya ketika berusia 13 tahun sudah menjadi pengajar di Pesantren Keras, selatan Jombang.
Keinginan KH Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama ini dalam menuntut ilmu juga semakin getol dan membuatnya berkelana ke berbagai pesantren untuk menuntut berbagai ilmu pengetahuan. Semangat dalam dirinya inilah yang suatu hari membawanya menjadi seorang pemimpin. (Red)