الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر
كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا, لا إله إلا الله وحده, صدق وعده, ونصر عبده, وأعز جنده, وهزم الأحزاب وحده, لا إله إلا الله ولانعبد إلا إياه مخلصين له الدين ولو كره الكافرون. .أشهد أن لاإله إلاالله وأشهد أن محمدا عبده ورسوله. اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعبن. أما بعد فيا أيها الحاضرون, اتقوا الله أوصيكم وإياي بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون قال الله تعالى في كتابه الكريم أعوذ با لله من الشيطان الرجيم:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظّاً غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ ﴿١٥٩﴾
وقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا بُعِثْتُ بِالْحَنِيفِيَّةِ السَّمْحَةِ
Jama’ah Sholat ‘Idul Fitri Yang Dimulyakan Allah
Pada pagi ini, Sabtu, 1 Syawal 1443 H / 22 April 2023 M, kita kembali melaksanakan ibadah sholat Idul Fitri dalam keadaan sehat wal ‘afiat, setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Kita perlu mengevaluasi diri (muhasabah) secara jernih dan objektif, serta berupaya sungguh-sungguh, agar amal ibadah yang telah kita laksanakan mendapatkan ridla Allah SWT dan memiliki nilai limpah pasca bulan Ramadhan tahun ini. Amin.
Shalawat dan salam tidak lupa kita sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan risalah, ajaran, dan pesan perdamaian sebagai rahmat bagi semesta alam..
Hadirin/hadirat Jamaah Shalat Idul Fitri yang berbahagia
Pada hari ini tentu kita semua merasa lega dan bahagia, karena atas izin Allah SWT, kita berhasil menjalankan puasa Ramadhan; melatih diri mengendalikan bisikan hawa nafsu dengan melakukan serangkaian ibadah, mulai: puasa wajib, shalat tarawih, tadarus Al Qur’an, i’tikaf, zakat, infak, sedekah, dan sebagainya.
Di hari yang berbahagia dan fitri ini, kita dianjurkan menyebut nama Allah dengan mengumandangkan takbir, tahmid, dan tahlil serta mengerjakan shalat sunnah Idul Fitri. Inilah yang dinyatakan Allah SWT dalam firman-Nya Surah al-A’la sbb.:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى (14) وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى (15)
Sesungguhnya Beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu ia bersembahyang.
Dalam suasana bahagia, sebagai bagian dari umat Islam, hendaknya ketika bertemu dengan umat Islam yang lain, kita saling mendoakan dengan mengucapkan:
تقبل الله منا ومنكم تقبل ياكريم من العائدين والفائزين كل عام وأنتم بخير
Mudah-mudahan Allah SWT menerima amal kami dan amal kalian, semoga kita termasuk orang-orang yang kembali (kepada fitrah kesucian) dan digolongkan sebagai orang-orang yang beruntung, semoga kalian dalam kebaikan sepanjang masa.
Saling mendoakan, agar kembali mendapatkan fitrah kesucian sangat penting. Karena fitrah diri inilah yang dapat memancarkan aura positif, yang akan melahirkan pikiran dan sikap ramah yang menyejukkan, serta merefleksikan tindakan yang lebih santun dan beradab untuk menebarkan ajaran Islam yang rahmatan li al’alamin.
Jama’ah Sholat ‘Idul Fitri Yang Dimulyakan Allah
Salah satu misi utama diutusnya Rasulullah SAW di muka bumi ini adalah untuk menebarkan rasa kasih sayang, ketertiban (dengan menjaga hak dan kewajiban), kerukunan, dan kedamaian. Suasana damai itu tidak hanya terhadap sesama manusia seagama, tetapi juga bagi pemeluk agama lain, baik Yahudi, Nasrani, Hindu, Budha, Konghuchu, dll.
Bahkan menjaga suasaa damai juga diperintahkan untuk menjamin hak-hak makhluk Allah lainnya, seperti: hewan, tumbuh-tumbuhan, air, bumi, dan sebagainya. Misi perdamaian ajaran Islam juga tercermin dalam kata ”Islam” itu sendiri, yang secara harfiyah (literal) berarti selamat, sejahtera, aman, dan damai.
Menyatakan, Islam itu berarti ”salam” (damai) saja tidak cukup. Setiap individu muslim harus membuktikan tidak hanya dengan perkataan, tetapi lebih penting lagi dengan amal perbuatan bahwa Islam dan kaum muslimin adalah cinta damai dan betul-betul berorientasi menuju ke ”Dar al-Salam” dengan cara-cara yang damai.
Jama’ah Sholat ‘Idul Fitri Yang Dimulyakan Allah
Menegakkan amar ma’ruf nahy munkar merupakan perintah Islam; tetapi nahyu munkar harus dilakukan dengan cara-cara yang ma’ruf, yakni cara yang baik, damai, persuasif, penuh hikmah, bijak, dan pengajaran yang baik, bukan dengan cara-cara yang di dalamnya justru mengandung kemungkaran, seperti pemaksaan, kekerasan, apalagi terorisme.
Harus diakui, memang masih ada segelintir orang yang kebetulan beragama Islam melakukan tindakan kekerasan yang dapat dikatagorikan sebagai ”terorisme”. Terorisme tidak lain merupakan tindakan kekerasan untuk menciptakan rasa ketakutan yang meluas dalam masyarakat dan dapat menimbulkan jatuhnya korban secara tidak pandang bulu (indiscriminate)”. Bahkan anehnya, karena pandangan yang sempit, tindakan kekerasan itu tidak jarang diklaim sebagai bagian dari ”jihad fisabilillah”.
Pemberian justifikasi keagamaan atas kekerasan jelas keliru. Karena, sesungguhnya hampir semua ulama sepakat bahwa jihad sah hanya sebagai usaha ”bela diri (difa’iy), bukan agresi (ibtida’iy) yang melewati batas. Jihad yang sah hanya bisa dijustifikasi dan dinyatakan pemimpin dan ulama yang legilimate, bukan ditentukan segelintir orang. Bahkan, jika jihad itu terpaksa dimaklumkan mereka yang memiliki otoritas, itupun tidak boleh dilakukan atas dasar (tendensi) kemarahan dan kebencian yang membuat para pelakunya mengabaikan keadilan. Allah SWT dengan nada serius mengingatkan dengan Firman-Nya:
وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
Dan Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas (QS Al Baqarah/2:190)
Selanjutnya Allah SWT juga berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآَنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(QS. Al Maidah/5:8)
Karena itulah, dalam usaha membuktikan bahwa Islam merupakan agama yang berkomitmen menebar rahmat bagi semesta alam dan cinta perdamaian, setiap muslim harus damai di dalam dirinya sendiri, tidak dikuasai hawa nafsu, amarah, dan kebencian. Untuk berdamai dengan diri sendiri, setiap muslim harus hidup damai dengan Tuhan-Nya, dan harus betul-betul menyerahkan diri (taslim) kepada Allah SWT. Ia harus meninggalkan seluruh hawa nafsu angkara murka, tidak boleh merasa paling benar, dan tidak boleh memaksa orang lain dengan kekerasan untuk tunduk kepadanya. Hanya dengan mewujudkan perdamaian dalam diri masing-masing, perdamaian di antara manusia dan lingkungan hidup dapat diciptakan. Allah SWT berfirman dalam surat al-Fath, sbb.:
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
Dialah (Allah) yang telah menurunkan ketenangan, kedamaian (Sakinah) kedalam hati orang-orang mukmin. Supaya keimanan mereka bertambah, disamping keimanan mereka (yang telah ada), (QS. Al Fath:4)
Jama’ah Sholat ‘Idul Fitri Yang Dimulyakan Allah
Agar kita sebagai bagian umat Islam mampu meneruskan misi risalah Nabi Muhammad saw dalam menebar ajaran Islam yang rahmatan li al’alamin, kita harus memahami empat (4) hal, sbb.:
1). Kita harus menyadari, dititahkan Allah sebagai أُمَّةً وَسَطاً
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطاً لِّتَكُونُواْ شُهَدَاء عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيداً >>>>>>وَمَا كَانَ اللّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ إِنَّ اللّهَ بِالنَّاسِ لَرَؤُوفٌ رَّحِيمٌ ﴿١٤٣﴾
143. Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. >>>>>>>> dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.
2). Nabi Muhammad saw, Mengingatkan, Islam agama yang toleran
المعجم الكبير للطبراني – (ج 7 / ص 187)
إِنَّ نَفَرًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ مِنْهُمْ عَلِيُّ بن أَبِي طَالِبٍ، وَعَبْدُ اللَّهِ بن رَوَاحَةَ، وَعُثْمَانُ بن مَظْعُونٍ قَدْ تَخَلَّوْا لِلْعِبَادَةِ، وَامْتَنَعُوا مِنَ النِّسَاءِ، وَأَكْلِ اللَّحْمِ وَصَامُوا النَّهَارَ، وَقَامُوا اللَّيْلَ، فَكَرِهْتُ أَنْ أُرِيَهُ مِنْ حَالِي مَا يَدْعُوهُ إِلَى مَا عِنْدِي لِمَا يُخَلِّي لَهُ، فَلَمَّا دَخَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ أَخْبَرَتْهُ عَائِشَةُ، فَأَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ نَعْلَهُ، فَحَمَلَهَا بِالسَّبَّابَةِ مِنْ إِصْبَعِهِ الْيُسْرَى، ثُمَّ انْطَلَقَ سَرِيعًا حَتَّى دَخَلَ عَلَيْهِمْ، فَسَأَلَهُمْ عَنْ حَالِهِمْ، قَالُوا: أَرَدْنَا الْخَيْرَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ:”إِنَّمَا بُعِثْتُ بِالْحَنِيفِيَّةِ السَّمْحَةِ، وَلَمْ أُبْعَثْ بِالرَّهْبَانِيَّةِ الْبِدْعَةِ، >>>>>>
- Belajar meneladani Nabi saw ketika dilempari batu saat akan hijrah ke Thaif.
- Belajar meneladani Nabi SAW menyatukan umat berbagai agama (ahlul kitab dan Musyrkin) dalam naungan Piagam Madinah.
- Belajar meneladani Nabi saw menyayangi Yahudi buta, sekalipun tiap hari memaki-nya
- Belajar meneladani Nabi saw dalam menghormti jenazah orang Yahudi.
- Belajar meneladani Nabi saw ketika umat Islam tidak bersabar dan akan membalass dendam pada saat fath Makkah tahun 8 hijriah. Mereka 10.000 umat Islam berteriak, hadza yaum al Malhamah. Diganti Nabi saw dengan Hadza yaum al Marhamah.
3). Islam harus dibela dengan cara-cara yang santun dan damai, bukan kekerasan, caci-maki, dan brutalisme
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظّاً غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ ﴿١٥٩﴾
159. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
4. Etika Dakwah Dalam Membela Islam
ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ … ﴿١٢٥﴾
125. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Jama’ah Sholat ‘Idul Fitri Yang Dimulyakan Allah
Selama bulan Ramadhan, kita telah digembleng untuk hidup tertib, disiplin, sabar menahan nafsu-syahwat, dan sabar menahan amarah dan angkara murka. Pertanyaannya kemudian, sanggupkah kita jaga sikap sabar dan tahan emosi itu di bulan lain di luar Ramadhan? Bukankah sekarang ini kita sering mendapati anak-anak negeri ini, hanya karena: (1) Beda Qunut/Tahlil, mereka tidak mau akur dan tegur sapa? (2) Beda cagub/cawagup atau capres/cawapres yang diusung, mengapa harus saling mencaci, mengkambinghitamkan, tidak akur, saling fitnah dan saling serang dengan berita hoax? Bukankah kita telah dilatih untuk menahan amarah selama bulan Ramadhan, tetapi mengapa, gara-gara jagonya kalah dalam pemilu kada, kalah dalam pilpres, mereka ribut, marah, dan menyebakan berita hoax dan fitnah?
Ingat, gemblengan Ramadhan kali ini harus menjadi bekal kita dalam berdemokrasi dan berpolitik yang lebih santun, ramah, dan jauh dari caci maki dan jangan lagi menebar hoax (fitnah), terutama dalam menghadapi setiap pemilukada dan pemilu.
Jama’ah Sholat ‘Idul Fitri Yang Dimulyakan Allah
Pemilu merupakan perwujudan dari pesta demokrasi, yang secara rutin akan selalu terjadi. Mestinya pesta demokrasi semacam ini menjadi berkah bagi masyarakat dan negara, selain menjadi sarana pendewasaaan diri dalam kehidupan berpolitik dan bernegara.
Memang, faktanya dalam umat Islam sendiri ada banyak partai. Janganlah kita mudah diperdaya syaitan, dipecah-belah, diadu domba yang semuanya justeru banyak menguras energi dan menumbangkan cita-cita besar bangsa dan agama kita. Kita malah sibuk untuk mendirikan bermacam-macam partai, yang faktanya antar umat Islam sendiri seringkali menjadi tidak akur, berantem, dan saling fitnah. Bukankah Allah SWT mengingatkan,
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai,
Bagaimana kita menerapkan firman Allah ini? Kita boleh beda ormas, kita boleh beda partai, kita boleh beda calon presiden/wakil presiden, tetapi yang harus kita camkan, kita tetap harus bersatu di bawah panji-panji Islam. Sadarlah wahai saudaraku, umat Islam sekarang ini seperti hidangan lezat yang siap mereka santap. Mereka begitu bersemangat untuk mumurtadkan anak-anak kita.
Islam seperti buih, Islam tidak lagi punya wibawa di mata pemeluk agama lain, akibat banyak diantara kita yang حُبُّ الجاه و الْحَيَاةِ gila jabatan, gila pengaruh, dan membabi buta dalam memburu mewahnya kehidupan duniawi, dan pada saat yang sama, kita ini justeru كَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ benci kematian. Umat Islam banyak yang kena virus al-wahn, gila jabatan, gila pengaruh, dan membabi buta dalam memburu mewahnya kehidupan duniawi, dan pada saat yang sama, kita ini justeru كَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ benci kematian.
Nampaknya, realitas ini sejalan dengan nubuat al-rasul Muhammad saw sebagaimana dinyatakan dalam sabdanya sebagai berikut:
سنن أبي داود – (ج 11 / ص 371)
عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
Artinya: Rasulullah bersabda, “Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang menyerbu makanan di atas piring.” Seseorang berkata, “Apakah karena sedikitnya kami waktu itu?” Beliau bersabda, “Bahkan kalian waktu itu banyak sekali, tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn.” Seseorang bertanya, “Apakah wahn itu?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Dawud).
Jama’ah Sholat ‘Idul Fitri Yang Dimulyakan Allah
Kita dilahirkan di zaman akhir, bukan Nabi, bukan Rasul, tetapi manusia biasa yang sering kali khilaf dan berbuat salah. Kesalahan dengan Allah ditutup dengan taubat, (menyesali, menarik, dan berjanji tidak mengulangi lagi). Kesalahan dengan sesama, (dosa sosial), hanya dengan minta dimaafkan dan dihalalkan. Jangan sampai kita menjadi orang “muflis” alias bangkrut.
صحيح مسلم – (ج 12 / ص 459)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ
Artinya: Diriwayatkan dari Abi Hurairah Nabi saw bersabda, “Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu? Tanya Rasulullah kepada para sahabatnya merekapun menjawab, “Orang yang bangkrut menurut kita adalah mereka yang tidak memiliki uang dan harta benda yang tersisa”. Kemudian Rasulullah menyampaikan sabdanya, “Orang yang benar-benar bangkrut di antara umatku ialah orang yang di hari kiamat dengan membawa (sebanyak-banyak) pahala shalat, puasa dan zakat; tetapi (sementara itu) datanglah orang-orang yang menuntutnya, karena ketika (di dunia) ia mencaci ini, menuduh itu, memakan harta si ini, melukai si itu, dan memukul si ini. Maka di berikanlah pahala-pahala kebaikannya kepada si ini dan si itu. Jika ternyata pahala-pahala kebaikannya habis sebelum dipenuhi apa yang menjadi tanggungannya, maka diambillah dosa-dosa mereka (yang pernah di dzaliminya) dan ditimpakan kepadanya. Kemudian dicampakkanlah ia ke api neraka).
Untuk itu, kalau kita ini menjadi pejabat, RT, RW, Camat, Menteri dan bahkan presiden, wajib bagi semua pejabat itu untuk meminta maaf kepada warga atau rakyatnya.
Jama’ah Sholat ‘Idul Fitri Yang Dimulyakan Allah
Perayaan Idul Fitri agar mengantarkan diri kita kembali mendapatkan fitrah kesucian, mestinya diisi dengan:
Pertama, Halal- bihalal, saling memaafkan. Jangan sampai kita marahan atau mendiamkan orang lain lebih dari tiga hari. Rasulullah saw bersabda,
لا يحل لمسلم أن يهجر أخاه فوق ثلاث
Artinya: Tidak halal bagi seorang muslim, mendiamkan saudaranya lebih 3 hari.
Kedua, Melakukan silaturrhami dengan famili (bapak, ibu), saudara, kawan-kawan, guru-guru kita, dan kerabat dekat, untuk minta maaf dan dihalalkan. Jangan malah terbalik, mendahulukan silaturraihm dengan kakek moyang yang tidak jelas hubungan nasabnya; pergi ke Ragunan, ke Ancol, dll. Insya Allah, silaturrahim itu akan menambah keberkahan rizki dan umur kita, sebagimana dinyatakan Rasulullah saw., sbb.:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Ketiga, jangan sekali-kali Idul Fitri ini dirayakan dengan cara yang haram dan dimurkai Allah, sebagaimana dilakukan orang Arab Jahiliyah dulu, misalnya dengan pesta miras dan narkoba, atau pesta pora yang melanggar syari’at Allah.
Hadirin Sidang Idul Fitri Rahimakumullah
Akhirnya, saya ucapkan, “Selamat meraih kemenangan Idul Fitri 1443 H”.:
تقبل الله منا ومنكم تقبل ياكريم من العائدين والفائزين كل عام وأنتم بخير
Mengakhiri khutbah ini, marilah kita sama-sama berdo’a,
بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه أجمعين وارض عنا معهم برحمتك يا أرحم الراحمين.
– اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات, والمسلمين والمسلمات, الأحياء منهم والأموات, إنك قريب مجيب الدعوات. رَبناِّ أَوْزِعْنِا أَنْ نشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَينا وَعَلَى وَالِدَينا وَأَنْ نعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلِْنا بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ النمل\19:27):
– ربنا اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين أمنوا ربنا إنك رءوف الرحيم. سبحان ربك رب العزة عمايصفون وسلام على المرسلين والحمد لله رب العالمين.
Dr. KH. Fuad Thohari, M.A, lahir di Ngawi, Jawa Timur, alumnus Pesantren MTs-A “Al-Islam”, Joresan, Ponorogo (1983-1989), Pesantren Al-Falah, Ploso, di Kediri (1989-1992), Pendidikan Kader Ulama MUI Jakarta (1994-1996), Pendidikan Kader Ulama (PKU) MUI Pusat (1997), dan pascasarjana (S3) UIN Jakarta (2007)
Menyelesaikan pendidikan S1 Jurusan Tafsir-Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Jakarta (1997), menyelesaikan S2 Kosentrasi Tafsir-Hadis IAIN Jakarta (1999), dan Program Doktor Islamic Studies (Konsentrasi Hadis dan Ulum al-Hadis) di Pascasarjana (S3) UIN Jakarta (2001-2007).
Pernah mengikuti Postdoctoral (Daurah Tarbiyah fi al-Lughah wa al-Tsaqafah, di Al-Azhar, Cairo, Mesir, tahun 2010; mengikuti Postdoctoral Fellowship Program For Islamic Higher Education (POSFI) di Tunisia, tahun 2014, dan penelitian di berbagai Negara; Arab Saudi, China (Beijing), Hongkong, dan China (Shanghai), Mesir, Singapore, Malaysia, Thailand, Turki, Iran, Yordania, Palestina, dan India.
Sehari-hari sebagai dosen tetap Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Jakarta (sejak 2000), pengajar di Pascasarjana Fakultas Ushuluddin, UIN Jakarta, Pascasarjana Fakultas Syari’ah Dan Hukum, UIN Jakarta, Sekolah Pascasarjana (SPS) UIN Jakarta, Pendidikan Kader Ulama (PKU) MUI, dosen beberapa kampus di Jakarta, dan sekitarnya..
Menjadi narasumber di berbagai kajian keilmuan, seminar, halaqah, talkshow di beberapa radio dan stasiun televisi, dan aktif menjadi peneliti nasional dan internasional, menulis di berbagai Jurnal Ilmiah, Media Massa, Buku, serta Media Elektronik berbasis WEB (Internet).
Sekarang diamanahi sebagai Ketua Komisi FATWA MUI DKI Jakarta (2015-2020), Anggota Komisi Fatwa MUI Pusat, Wakil Direktur LPPOM (Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika) MUI DKI Jakarta, salah satu Pengurus LD-NU (Lembaga Dakwah PBNU), dan pernah sebagai Pengurus LBM (Lembaga Bahtsul Matsa’il) PBNU (2010-2015), Pengurus ASBIHU (Asosisasi Bina Haji dan Umroh) PBNU, Pengurus PPSDM (Pusat Pengkajian Sumber Daya Manusia), UIN Jakarta, dan sebagai Dewan Pertimbangan, “Rahmat Semesta Center”, di Ciputat.
Email : fuadinfoulama@yahoo.com
HP : 0816 -110-8747/081387309950