Jakarta, Liputan9.id – Umat Kristiani di seluruh dunia hari ini merayakan kelahiran Isa Almasih atau Yesus Kristus, sosok yang dalam Islam menjadi salah satu nabi yang wajib dihormati dan dimuliakan, Minggu (25/12/22).
Meski demikian, sejarah juga mencatat bahwa relasi antara Islam-Kristen kerap menampilkan ketegangan teologis. Bahkan peperangan hingga pertumpahan darah atas nama agama yang melibatkan keduanya pun kerap terjadi. Demikian rilis direktur SAS Institute, Dr. H. Sa’dullah Affandy.
“Alhamdulillah, kelompok mainstream dalam kedua agama telah sama-sama mengedepankan dialog. Jikapun ada orang atau kelompok yang masih menggunakan kekerasan untuk menyerang kelompok atau agama lain, dapat dipastikan hanyalah oknum dari agama tersebut. Sayangnya, kasus intoleransi masih terjadi di Indonesia meski, sekali lagi, tidak mencerminkan mayoritas umat beragama itu sendiri, “ ungkap mantan Katib Syuriyah PBNU ini.
Saat ini, pria yang biasa dipanggil Kang Sa’dun ini menguraikan, bahwa Isa Al-Masih memiliki posisi istimewa dalam Islam.
“Al-Qurán sendiri menyebut nama Isa dengan gelar al-Masih secara berulang-ulang sebanyak 11 kali. Posisi kenabiannya termasuk dalam golongan ulul azmi, para nabi yang memiliki ketabahan dan kesabaran serta keikhlasan dan keteguhan hati istimewa. Namun, milyaran orang di dunia mengajui kesucian dan ketulusannya. Al-Qur;an menyebut warisannya adalah kelembutan, kasih sayang dan kerendahan hati. Yang diajarkannya merupakan nilai universal perenial; kebenaran dan kesetaraan sosial, cinta kasih dan persaudaraan,” imbuhnya.
Fakta di atas menunjukan bahwa relasi antara umat Kristiani dan Muslim sangat erat dan berkelindan secara profetik.
“Posisi istimewa sosok Isa Al-Masih dalam komunitas muslim tersebut seharusnya lebih bagi kita untuk merasa menjadi saudara dalam konteks Abrahamic Religion. Sebagai satu umat beragama yang lahir dari bapak tauhid yang sama, Ibrahim. Sehingga dalam kesadaran semacam ini, kita menjadi umat beragama yang tidak mudah terprovokasi pihak lain,” ujarnya.
Dalam konteks warga negara kesatuan Republik Indonesia, Natal 2022 merupakan momentum tepat untuk mengukuhkan kembali semangat ukhuwah wathaniyah atau persaudaraan sebangsa dan se-Tanah Air.
“Kewajiban kita semua sebagai warga negara untuk saling menghormati tradisi dan kepercayaan saudara sebangsa kita yang lain. Tak pelak, spirit Natal kali ini sudah saatnya kita mempererat jalinan persaudaraan yang telah bertunas, mekar, dan tumbuh menjadi realitas dalam kehidupan bangsa Indonesia selama berabad-abad,” pesan mantan Diplomat KBRI Riyadh Saudia Arabia ini.
“Pada kesempatan istimewa ini, Said Aqiel Siradj (SAS) Institute dengan semangat persaudaraan dan persatuan mengucapkan Selamat Natal dan Tahun Baru 2023,” pungkasnya. (MFA)