LIPUTAN9.ID – Ketiganya jadi bahan ulasan influencer dan netizen di ragam platform media sosial dunia saat ini terkait kerjasama regional mereka menghadapi invasi Israel yang didukung Amerika, NATO dkk di Asia Barat (Timur Tengah). Terlebih ketika Israel melakukan genosida di Gaza, Palestina, yang mendatangkan kecaman massif warga dunia.
Dan yang menarik, ketiga gerakan perlawanan beda mazhab itu sama-sama mendapatkan dukungan senjata dan finansial dari Iran (yang juga dibantu Suriah). Keduanya (Iran dan Suriah) bertolak-belakang dengan Amerika dan NATO dalam politik global. Meski khusus HAMAS, adakalanya mendapatkan dukungan finansial dari Qatar, satu-satunya Negara Arab yang relatif tidak selaras dengan Saudi Arabia dkk dalam kaitannya dengan orkestrasi yang dipimpin Amerika di politik global.
Hizbullah (Libanon) pimpinan Sayid Hasan Nasrallah dan Ansarullah (Yaman) pimpinan Sayid Badruddin Houthi yang keduanya Syi’ah bekerjasama dengan HAMAS Palestina yang Sunni menghadapi agresi dan invasi Israel yang didukung Barat (Amerika, NATO dan proksi mereka, yaitu sejumlah Negara Arab).
Paska peristiwa 7 Oktober 2023 yang disusul dengan genosida yang dilakukan Israel atas warga Gaza yang menuai kecaman warga seluruh dunia, HAMAS konsisten melakukan perlawanan terhadap tentara pendudukan Israel. Sementara Hizbullah melancarkan serangan terhadap sejumlah barak militer Israel di beberapa tempat semisal di perbatasan Libanon, seperti Barak Militer Branit.
Sementara itu, Ansarullah dan juga militer Yaman, semisal Angkatan Laut Yaman, menyandera kapal kargo milik Israel di Laut Merah, bahkan menghancurkan kapal yang membawa suplai bahan bakar untuk Israel serta menyasar kapal Amerika yang mendukung Israel serta kapal-kapal lainnya yang terkoneksi dengan kepentingan Israel dan Barat. Tekanan militer Yaman (yang terkoneksi dengan Iran) itu setidak-tidaknya berhasil menekan Israel dan Barat hingga mereka melonggarkan masuknya bantuan kemanusiaan untuk Palestina. Benar pemeo lama: tidak ada diplomasi bagi bangsa yang lemah.
Kekompakan dua gerakan perlawanan Islam Syi’ah itu sepertinya memang terkoneksi dengan Iran yang sudah bukan rahasia lagi sebagai Negara pendukung persenjataan dan finansial bagi gerakan perlawanan terhadap Israel, Amerika, NATO dkk. di Asia Barat. Wajar bila Amerika dan NATO mencurigai Iran terlibat dalam usaha militer melawan Israel di Asia Barat tersebut.
Secara historis, Iran paska Revolusi Islam 1979 memang mengambil kebijakan anti Barat, berubah 180 derajat dari era Pahlevi yang pro Israel dan Amerika. Ayatullah Khomeini bahkan mengeluarkan fatwa: wajib membantu Palestina. Tapi yang paling menarik saat ini adalah solidaritas massif warga dunia kepada Gaza, Palestina, termasuk para selebriti dan figur publik lainnya, hampir di seluruh Negara di semua benua.
Fenomena solidaritas massif warga dunia itu menyadarkan kita bahwa boleh saja kebohongan dan propaganda Israel, Amerika, NATO dkk dimassifkan melalui media-media mainstream Barat, namun pada akhirnya media sosial yang dijangkau miliaran manusia dalam genggaman tangan mereka menghadirkan fakta-fakta yang jauh lebih nyata ketimbang framing dan hoax media mainstream Barat. Singkatnya, warga dunia tak lagi bisa dibohongi.
Di sisi lain, kita harus mengakui bahwa PBB didominasi kepentingan Barat, terlebih tiga dari lima pemilik hak veto adalah Barat, sisanya ada di Cina dan Rusia. Dan yang belum lama, Amerika memveto resolusi gencatan senjata antara Israel dan HAMAS yang diusulkan dan digagas mayoritas anggota PBB. Di tengah fungsi PBB yang tidak bisa diharapkan sepenuhnya, daya tawar diplomasi memang hanya bisa diraih dengan kekuatan fisik dan militer. Inilah barangkali yang sepenuhnya disadari Iran melalui proksinya semisal Hizbullah dan Ansarullah.
Yang tak kalah menarik adalah isu yang juga menyebar: bahwa Israel dan Barat sejatinya memang punya keinginan untuk menggusur dan menghilangkan penduduk Gaza dari wilayah Gaza untuk memuluskan rencana mega proyek mereka, yaitu membangun Kanal Ben Gurion, terlebih Terusen Suez dirasa sudah sumpek alias overload.
Nyatanya, isu tersebut dibenarkan oleh dua utusan (warga) Palestina yang menyambangi DPR RI dan mereka menyampaikan bahwa serangan HAMAS terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 lalu didukung mayoritas warga Palestina karena Israel dan Barat memang berencana untuk merelokasi dan memindahkan seluruh penduduk Gaza ke Sinai. Selain karena tentara pendudukan Israel telah berulang kali menodai Al-Aqsha. Dan karena itu para pejuang Palestina mau tidak mau harus melawan agar mereka tidak dimusnahkan seperti halnya puluhan juta bangsa Indian di Amerika yang dibantai para pendatang Eropa secara bertahap tapi pasti, dan hasilnya: seluruh tanah yang mereka tempati berhasil diduduki para pendatang Eropa.
Tidak sedikit analis militer dan pakar geopolitik dunia yang menyatakan bahwa bukan hal yang tidak mungkin konflik antara tentara pendudukan (penjajahan) Israel dengan HAMAS memancing konflik regional yang lebih luas mengingat banyak aktor non-negara seperti Hizbullah dan Ansarullah yang mendapat dukungan Iran dan Suriah dan di lapangan medan tempur ternyata acapkali lebih cerdas dan lebih kuat ketimbang para tentara Israel yang diklaim sebagai militer terbaik.
Dan bila eskalasi itu benar-benar terjadi dan meluas, demikian menurut sejumlah analis militer dunia, bukan tidak mungkin Israel akan mengalami kekalahan sebab sebelum-sebelumnya Israel juga tidak pernah menang melawan paramiliter Islam Syi’ah yang didukung Iran: Hizbullah.
Tak ketinggalan, ada sesuatu yang lucu, yaitu ketika HAMAS meluncurkan rudal-rudal optic kosong yang super murah demi memperdayai Iron Dome Israel yang super mahal. Hasilnya: anggaran militer Israel terkuras untuk perang melawan paramiliter yang justru anggarannya jauh di bawah mereka. Belum lagi ketika Israel dipusingkan dengan terowongan HAMAS yang diarsiteki almarhum Jenderal Qasem Soleimani, Komandan Al-Quds Iran, yang menjadi kelebihan HAMAS hingga para pejuang HAMAS sulit ditebak dan diprediksi. Terowongan itu ternyata rumit dan canggih.
Para pakar menilai, melalui Hizbullah Libanon (Syi’ah), HAMAS Palestina (Sunni) dan belakangan Ansarullah Yaman (Syi’ah), Iran sedang memperingatkan Amerika dan NATO bahwa mereka bisa menerapkan metode perang yang selalu baru dan tidak bisa ditebak oleh Barat. Juga sedang memperingatkan Amerika dan proksi Barat-nya bahwa bukan tidak mungkin peta dunia kembali normal, yaitu ketika tidak ada Israel di peta dunia.
Sulaiman Djaya, (Budayawan)























