Senang diajak bertukar pikiran dan terlibat dalam diskusi hangat dari isu-isu global seperti perubahan iklim, kerjasama ASEAN, pendidikan yang menjadi tantangan selama bertahun-tahun, hingga transportasi dan tata ruang
Jakarta, Liputan9.id – Bakal Calon Presiden (Bacapres) yang diusung Partai NasDem Anies Baswedan diundang untuk menjadi pembicara dalam sesi khusus di S. Rajaratman Endowment Fund Dialogue (SRED). Kegiatan itu dilakukan usai Gubernur DKI periode 2017-2022 ini menjadi pembicara di Regional Outlook Forum 2023.
“Usai berbicara di Regional Outlook Forum 2023 kemarin, sebuah kehormatan bahwa ISEAS Yusof Ishak Institute kembali mengundang, kali ini, sebagai pembicara tunggal dalam sesi khusus,” kata Anies melalui Instagram resminya @aniesbaswedan, Kamis, 12 Januari 2023.
Dalam sesi ini, kata Anies, dirinya mendapat kesempatan untuk berdiskusi lebih dalam dan dekat bersama sekitar 80 peserta terpilih
Alumnus Northern Illinois University, Amerika Serikat ini mengaku senang bisa terlibat dalam diskusi yang membahas isu-isu global mulai perubahan iklim hingga transportasi dan tata ruang.
“Senang diajak bertukar pikiran dan terlibat dalam diskusi hangat dari isu-isu global seperti perubahan iklim, kerjasama ASEAN, pendidikan yang menjadi tantangan selama bertahun-tahun, hingga transportasi dan tata ruang,” jelas Anies.
“Pertemuan-pertemuan seperti ini selalu menyenangkan, melihat antusiasme dan partisipasi dari peserta,” sambungnya.
Sebelumnya, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu berbicara mengenai reformasi di Indonesia dalam Panel Discussion of ISEAS Yusof Ishak – Regional Outlook Forum 2023 di Singapura. Anies berbicara di forum itu bersama Yenny Wahid.
“Senang bisa kembali berdiskusi dan berbagi pendapat di forum ini. Berbagi panel dan berdiskusi dengan teman-teman lintas negara terkait outlook politik negara-negara di Asia Tenggara. Kali ini, kami diundang untuk membicarakan Reformasi di Indonesia,” katanya.
Ia mengatakan, tahun 2023 ini, Indonesia akan memperingati 25 tahun gerakan Reformasi sejak tahun 1998, yang menandai berakhirnya rezim otoriter dan dimulainya sistem demokrasi baru.
Dengan segala pandangan politik yang ada saat ini, perlu dilakukan upaya dan diskusi mengenai bagaimana cara mengenal, memahami, dan memperbaiki hal yang menjadi isu-isu persatuan di negara.
“Momen ini memantik ingatan kita pada 6 agenda Reformasi, di antaranya amandemen UUD 1945 yang menerapkan pembatasan masa jabatan pemimpin negara, otonomi daerah seluas-luasnya, dan penegakkan supremasi hukum,
Ia mengatakan, tahun 2023 ini, Indonesia akan memperingati 25 tahun gerakan Reformasi sejak tahun 1998, yang menandai berakhirnya rezim otoriter dan dimulainya sistem demokrasi baru.
Dengan segala pandangan politik yang ada saat ini, perlu dilakukan upaya dan diskusi mengenai bagaimana cara mengenal, memahami, dan memperbaiki hal yang menjadi isu-isu persatuan di negara.
“Momen ini memantik ingatan kita pada 6 agenda Reformasi, di antaranya amandemen UUD 1945 yang menerapkan pembatasan masa jabatan pemimpin negara, otonomi daerah seluas-luasnya, dan penegakkan supremasi hukum,” tuturnya. (kbanews)