“Yang tua mencium tangan yang muda. Habib mencium tangan Kyai atau Gus. Ulama mencium tangan awam.”
Jakarta, Liputan9 – Peristiwa semacam ini kadang terjadi. Sejarah banyak mencatatnya, diantaranya kisah masyhur antara Sahabat Senior Zaid bin Tsabit Radhiyallahu Anhu, sang Penulis Wahyu, dengan sepupu Rasulullah yang muda, Abdullah bin Abbas Radhiyallahu Anhuma. Yang muda membantu senionya menaiki kendaraannya, lalu sang senior mencium tangan sepupu Rasulullah tersebut.
Kisah Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam mencium tangan seorang tukang batu juga tercatat dalam kitab hadits. Yang mutakhir adalah cium tangannya Mbah Yai Maimun Zubair tangan putra gurunya Sayyid Ahmad bin Muhammad Alawi al-Maliki. Habib Umar bin Hafidz biasa mencium tangan semua jamaah yang hadir di masjid. Seorang ulama muda kontemporer yang saya saksikan sendiri sangat fenomenal adalah (Alm) Habib Mundzir Al-Musawa, murid Habib Umar, yang mencium tangan seluruh yang hadir di depan majlis saat dulu hadir di Masjid kami.
Dalam peristiwa ini kita belajar banyak hal. Pertama, Sosok yang lebih utama dari segi usia dan ilmu ingin menunjukkan keutamaan sosok yang lebih muda. Ini terjadi pada Sahabat Abdullah bin Abbas Radhiyallahu Anhuma ketika diistimewakan oleh Khalifah Sayyiduna Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhu, untuk menunjukkan kehebatannya dalam menafsirkan Al-Qur’an.
Kedua, hal semacam itu menunjukkan tingkat ketawadhuan seorang alim kepada siapapun, jangankan kepada yang lebih muda, bahkan kepada hewan dan makhluk Allah lainnya. Semakin tawadhu semakin tinggi derajatnya disisi Allah. Istilah iklan rokok dulu, “how low can you go?”
Ketiga, sang alim sedang mentarbiyah dirinya untuk selalu tawadhu kepada semua orang. Ini salah satu jalan mengikis ego dan kesombongan diri. Sulit memang tapi demikian cara beliau mengikis kesombongan. Syaikh Mutawalli Sya’rawi konon mampir di jalan pulang ke masjid untuk membersihkan kamar mandi karena tadi di majlis beliau mendapatkan sanjungan dan pujian yang tinggi. Beliau mengikis kesombongan itu dengan membersihkan masjid.
Ini sekedar komentar atas peristiwa sang Gus dan Sang Habib. Ga perlu sebut merek. Hehe.
KH. Jamaluddin F. Hasyim, Ketua KODI DKI Jakarta dan Pengasuh Pesantren Al-Aqidah