Imam Hibatullah bin Mubarak As-Suqthi mnceritakan, dari Anas bin Malik ra., dia bercerita, jika datang bulan Rajab, Rasulullah saw. meng- ucapkan, “Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan.” Syaikh Imam Hibatullah juga memberitahu kami, dari Maimun bin Mahrân, dari Abú Dzar ra., dari Nabi saw., beliau bersabda:
“Barangsiapa berpuasa pada hari pertama dari bulan Rajab, maka pahalanya sama dengan puasa satu bulan penuh. Dan barangsiapa ber- puasa tujuh hari pada bulan itu, maka ketujuh pintu neraka Jahanam kan ditutup baginya. Barangsiapa berpuasa delapan hari pada bulan in, maka akan dibukakan baginya delapan pintu surga baginya. Barang- siapa berpuasa sepuluh hari pada bulan itu, maka Alah akan mengganti berbagai kejahatannya dengan kebaikan. Barangsiapa berpuasa delapan belas hari pada bulan itu, maka penyeru dari langit akan berseru, “Allah telah mengampunimu, maka manfaatkanlah amal perbuatan yang masih tersisa.”
Syaikh Imam Hibatullah bin Mubarak as-Suqthi memberitahu kami, dari Salamah bin Qais, marfû kepada Nabi saw., beliau bersabda:
“Barangsiapa berpuasa pada hari pertama bulan Rajab, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya selama enam puluh tahun. Barang- siapa berpuasa lima belas hari pada bulan itu, maka Allah akan menghi- sabnya dengan hisab yang ringan. Dan barangsiapa yang berpuasa tiga puluh hari pada bulan ini, maka Allah akan menetapkan baginya keridha- an-Nya dan tidak akan diazab.”
Khalid bin Mi’dan berkata, “Ada lima malam yang barangsiapa melewatinya dengan mengharap pahalanya dan membenarkan janji yang ada padanya, maka Allah akan memasukkannya ke surga, yaitu: malam pertama bulan Rajab dengan mendirikan shalat kemudian berpuasa pada siang harinya. Dua malam hari raya: ‘Idul Fitri dan ‘Idul Adha dengan mendirikan shalat pada malam hari dan berbuka pada siang harinya. Malam pertengahan bulan Sya’ban, dengan mendirikan salat pada malam harinya dan berpuasa pada siang harinya. Dan malam “Asyura, dengan mendirikan salat pada malam harinya dan berpuasa pada siang harinya.”
Sebagian ulama sepakat bahwa ada empat belas malam dalam satu tahun yang disunatkan untuk dihidupkan, yaitu: malam pertama bulan Muharam, malam ‘Asyura, malam pertama bulan Rajab, malam perte- ngahan Rajab, malam kedua puluh tujuh bulan Rajab, malam pertengah- an bulan Sya’ban, malam Arafah, malam dua hari raya; ‘Idul Fitri dan Idul Adha, lima malam pada bulan Ramadhan, yaitu malam ganjil ri sepuluh terakhir bulan Ramadhan.
Ali bin Abi Thalib r.a. mengkonsentrasikan diri beribadah pada empat malam dalam satu tahun, yaitu: malam pertama bulan Rajah malam Idul Fitri, malam ‘Idul Adha, dan malam pertengahan bulan Sya’ban.
Syaikh Imam Hibatullah bin Mubarak as-Suqthi menceritakan, dari Muhammad bin Ahmad al-Mahâmili, dari ‘Ali bin Muhammad bin is mail bin Muhammad ash-Shafar, dari Sa’id bin Nadhar bin Manshir al-Bazzar, dari Sufyan bin Uyainah dari al-A’masy dari Thariq bin Sybil dari Salman ra., dari Nabi saw., beliau bersabda ketika beliau menyambut bulan Rajab:
“Wahai Salman, setiap Mukmin dan Mukminah yang mengerjakan salat pada bulan ini tiga puluh rakaat dan setiap rakaatnya membara al-Fatihah kemudian membaca al-Ikhlash tiga kali dan surah al-Kafirin tiga kali akan dihapuskan dosa-dosanya serta akan diberikan paliala seperti orang yang berpuasa satu bulan penuh. Dia juga termasuk orang- orang yang mengerjakan salat sampai tahun berikutnya. Dan setiap hari diangkatkan baginya amal seorang yang mati syahid dari para syt hada Perang Badar. Ditetapkan juga baginya untuk puasa setiap harinya dengan pahala ibadah satu tahun, serta derajatnya akan diangkat seri derajat. Jika dia berpuasa satu bulan penuh dan mengerjakan salit maka Allah akan menyelamatkannya dari neraka dan mewajibkan bag nya surga. Dan dia akan menjadi tetangga Allah. Jibril a.s. memberitahu hal itu kepadaku, dia berkata, ‘Hai Muhammad, inilah ciri-ciri yang membedakan kalian dengan kaum Musyrik dan Munafik, karena kaum Munafik tidak mengerjakan salat itu.”
Salman bercerita, aku pernah bertanya kepada Rasulullah tentang waktu untuk mengerjakan salat itu. Beliau menjawab, “Wahai Salman kerjakanlah salat pada awal bulan sepuluh rakaat, dan bacalah pada se tiap rakaatnya surah al-Fatihah satu kali, surah al-Ikhlash tiga kali, surah al-Kafirun tiga kali. Jika sudah selesai, angkatlah kedua tanganmu dat ucapkanlah,
لا إله إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ حَيْ لَا يمَوتُ بِيَدِهِ الْخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُل شَيْءٍ قَدِير ، اللهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِ مِنكَ الجد
“Tidak ada Tuhan selain Allah, Yang Mahaesa, yang tiada sekutu bagi- Na, miliknya kerajaan dan pujian. Dia yang menghidupkan dan memati- han dan Dia Mahahidup dan tidak akan pernah mati. Di tangan-Nya se- gala kebaikan berada, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, dak ada yang dapat menghalangi apa yang Engkau berikan, dan tidak ads pula yang dapat memberi apa yang Engkau halangi.”
Kemudian usaplah wajahmu dengan kedua tanganmu itu. Selanjut a salatlah pada pertengahan bulan sepuluh rakaat, bacalah pada se- tap rakaatnya surah al-Fatihah satu kali, surah al-Ikhlash tiga kali, dan surah al-Kafirun tiga kali. Jika sudah mengucapkan salam, angkatlah leda tanganmu dan ucapkanlah,
لا اله الا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ حي لَا يَمُوتُ ، بِيَدِهِ الْخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كل شَيْءٍ قَدِير ، الهَا وَاحِدًا أَحَدًا صَمَدًا فَرْدًا وَتُرًا لَمْ يَتَّخِدْ صَاحِبَهُ وَلَا وَلَدًا
“Tidak ada Tuhan selam Allah, Yang Mahaesa, tidak ada sekutu bagi-Nya, malik-Nya kerajaan dan segala pujian, yang menghidupkan dan memati an, Dia Mahahidup dan tidak pernah mati. Di tangan-Nya segala bebaikan berada dan Dia Mahaknasa atas segala sesuatu. Tuhan yang Maharsa, tunggal, bergantung pada din sendin, dan ganjil, tidak mengam bat teman dan juga anak.”
Kemudian usaplah wajahmu dengan kedua tanganmu itu. Setelah Ma, salatlah pada akhir bulan sepuluh rakaat, bacalah pada setiap rakaat- ya surah al-Fatihah satu kali, surah al-Ikhlash tiga kali, dan surah al- Kafirun tiga kali. Jika sudah mengucapkan salam, angkatlah kedua ta ganmu dan ucapkanlah,
لا اله الا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ بِيَدِهِ الْخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Tidak ada Tuhan selain Allah, Yang Mahaesa, tidak ada sekutu bagi milik-Nya kerajaan dan segala pujian, yang menghidupkan dan mema kan, Dia Mahahidup dan tidak akan pernah mati. Di tangan-Nya kebaikan berada dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Limpah kesejahteraan kepada Muhammad dan keluarganya yang suci. Tidak daya dan upaya melainkan hanya milik Allah Yang Mahatinggi lagi Maha agung.”
Lalu mintalah segala yang kau butuhkan, niscaya doamu akan dika bulkan. Dan Allah akan membuatkan tujuh puluh parit yang memisa kan antara dirimu dengan Jahanam. Setiap parit berjarak seperti langt dan bumi. Dan akan ditetapkan bagimu untuk setiap rakaat pahalas tu juta rakaat, dan ditetapkan pula bagimu kebebasan dari nerakas kemudahan menyeberangi shirath.”
Salman bercerita, “Setelah Rasulullah saw. selesai menyampaika pembicaraannya, aku langsung menjatuhkan diri bersujud seraya men ngis sebagai ungkapan syukur kepada Allah atas apa yang aku dengar.”
Tulisan ini diambil dari buku Fiqih Tasawuf yang diterjemahkan dari buku aslinya berbahasa Arab: Al-Ghunyah li Thâlibi Thariq al-Haqq fi al-Akhlaq wa at-Tashawwuf wa al-Adab al-Islâmiyyah, karya Syaikh Sîdî ‘Abdul Qâdir al-Jailânî, oleh Muhammad Abdul Ghoffar, Penerbit Pustaka Hidayah.