Khutbah Pertama
الخطبة الأولية
الحمد لله, الحمد لله الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَم ِ(4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَم ْ(5). أشهد أن لا اله إلا الله وأشهد أن محمدا عبده ورسوله. اللهم صلى على محمد وعلى آله وصحبه أجمعين. أما بعد. فيا أيها الحاضرون اتقوا الله أوصيكم وإياي بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون. قال الله تعالى في كتابه الكريم سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ ءَايَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Hadirin Sidang Jum’at Yang Dimuliakan Allah
Bukan menjadi kebetulan apabila segala sesuatu memilki pendahuluan yang mengantarkannya, atau yang menjadi penyebabnya. Demikian halnya dalam ilmu pengetahuan, termasuk ilmu Al-Qur’an. Imam Suyuti, dalam Al-Itqan Fi Ulum Al-Quran menyatakan, pengantar uraian satu surat dalam Al-Quran, penjelasannya terdapat dalam surat sebelumnya. Sementara inti uraian satu surat Al-Quran –demikian kata Al-Biqa’i– dipahami dari nama surat tersebut.
Apabila kita melihat urutan surat dalam mushaf Al-Qur’an, peristiwa Isra’ Mi’raj diuraikan dalam surat Al-Isra’ yang sebelumnya, didahului surat yang dinamai Al-Nahl, surat ke-16, yang berarti lebah. Kalau kita mau menerima pendapat Imam Suyuti di atas, maka yang menjadi pengantar uraian Isra’ Mi’raj adalah surat sebelumnya, yaitu surat Al-Nahl.
Pertanyaannya, mengapa Allah menempatkan surat Al-Nahl sebelum surat ini, dan bukan surat yang lain, An-Naml, atau Al-Baqarah, misalnya? Apakah hanya karena kebetulan, atau ada tujuan tertentu sebagaimana dipahami Imam Suyuti ?
Sekali lagi, mengapa yang menjadi pengantar peristiwa Isra’ Mi’raj surat Al-Nahl, surat Lebah ? Jawabannya, karena makhluk ini memiliki banyak keajaiban. Keajaibannya itu bukan hanya terlihat dalam jenisnya; yang jantan atau betina, tetapi juga jenis yang bukan jantan dan bukan betina. Lagi pula, keajaiban ini tidak hanya terlihat pada sarang-sarangnya yang sangat simetris berbentuk segi enam, diselubungi selaput sangat halus, yang berfungsi sebagai sekat, penghalang udara atau bakteri yang menyusup ke dalamnya. Keajaibannya tidak pula terletak pada khasiat madu yang dihasilkannya, yang menjadi makanan dan obat bagi sekian banyak penyakit. Keajaiban lebah mencakup itu semua dan mencakup pula sistem hidupnya yang sangat disiplin dan penuh dedikatif di bawah pimpinan seekor ‘Ratu’. Lebah yang berpredikat ratu inipun memiliki keajaiban dan keistimewaan pula. Misalnya, bahwa ratu ini, karena rasa malu yang dimiliki dan dipeliharanya, menjadikannya enggan melakukan kontak seksual dengan salah satu anggota masyarakatnya, yang jumlahnya mencapai sekitar tigapuluh ribu ekor lebah.
Di samping itu, keajaiban lebah juga tampak pada bentuk bahasa dan cara mereka berkomunikasi, yang dalam hal ini telah dipelajari secara mendalam oleh seorang ilmuwan Austria, Karl van Fritch.
Lebah dipilih Tuhan untuk menggambarkan keajaiban ciptaanNya, agar menjadi pengantar keajaiban perbuatan-Nya dalam peristiwa Isra dan Mi’raj. Lebah juga dipilih, untuk mengilustrasikan manusia yang sempurna, seorang mukmin yang kamil. Karena seorang mukmin yang sempurna –kata Rasulullah saw–, adalah “Bagaikan lebah, tidak makan kecuali yang baik dan indah, misalnya dari kembang, dari bunga yang harum semerbak mewangi, dan tidak pula menghasilkan sesuatu, kecuali yang baik dan bermanfaat, yaitu madu.
مسند أحمد ج: 2 ص: 199\ السنن الكبرى ج: 6 ص: 376
والذي نفس محمد بيده ان مثل المؤمن لكمثل النحلة أكلت طيبا ووضعت طيبا
Masyarakat lebah, merupakan preseden istimewa dari komunitas masyarakat yang sangat disiplin dalam mengarungi bahtera kehidupan ini, selain sangat loyal kepada pemimpin yang mereka pilih. Sekali lagi, lebah dipilih Tuhan Allah untuk menggambarkan keajaiban ciptaan-Nya, agar menjadi pengantar keajaiban perbuatan-Nya dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj.
Hadirin Sidang Jum’at yang dimulyakan Allah
Pengalaman Isra’ Mi’raj Rosulullah saw. selain diimani umat Islam, dapat menjadi bahan kajian dan khayalan bagi kita semua. Kita bisa saja berandai-andai diterbangkan Tuhan dengan pesawat yang berkecepatan cahaya, 300 ribu Km perdetik atau 18 juta Km permenit mulai dari detik ini bersama jamaah masjid Raya Wihdat al-Ummah, Cinere ini. Pertanyaannya, mungkinkah penerbangan dalam andain ini, yang berangkat dari masjid Wihdat al-Ummah, Cinere, ke ufuq paling jauh dari alam semesta, dan sesudah itu balik lagi ke masjid ini dapat berlangsung hanya ditempuh dalam setengah hari saja?
Orang yang mengerti kosmografi tentu bisa menghitung waktu penerbangan yang dibutuhkan. Dari masjid Raya Wihdat al-Ummah, Cinere ini ke Masjid al Haram di Makah dengan jarak kl. 8 ribu Km dibutuhkan waktu kurang dari 1/37 detik. Dari Masjid Haram ke Masjid Aqsa di Yerusalem, dengan jarak kl. 1500 Km. dibutuhkan waktu 1/200 detik. Dari Masjid Aqsa ke Bulan dengan jarak kl. 375 ribu km dibutuhkan waktu 1.1/4 detik. Dari bulan ke matahari dengan jarak lebih kurang 15 juta Km. dibutuhkan waktu 8.3 menit. Dari matahari ke bintang Alfa Century, bintang yang paling dekat dengan matahari, dibutuhkan waktu 4.4 tahun. Jika pesawat ini diterbangkan di galaksi Bima Sakti sepanjang garis tengahnya saja, maka dibutuhkan waktu 100 ribu tahun. Untuk melintasi ruang angkasa antara galaksi Bima Sakti dan satu galaksi terdekat berikutnya dibutuhkan waktu 100 ribu tahun.
Ada teori yang menyatakan bahwa garis tengah alam semesta ini hanya sepanjang perjalanan cahaya selama 22 ribu juta tahun. Kalau benar sepanjang itu garis tengahnya, bukan ribuan, jutaan, atau milyaran kali perkiraan teori itu. Dan sekiranya galaksi Bima Sakti kita ini berada di pusat alam semesta, maka insya Allah penerbangan kita ini baru akan sampai di ufuk terjauh alam semesta setelah 11 ribu juta tahun. Dan baru akan sampai kembali di mesjid Al-Quran-Ittihad ini setelah 22 ribu juta tahun. Satu perjalanan yang sangat lama dan melelahkan.
Hadirin Sidang jum’at yang dimuliakan Allah
Semua ulama dan pemikir muslim sepakat dan meyakini bahwa Isra’ Mi’raj dialami Rasulullah saw., dan mereka juga sepakat bahwa pengalaman demikian itu adalah luar biasa. Sebagian ulama sedikitpun tidak merasa kesulitan untuk memahami dan menegaskan bahwa Isra’ Mi’raj berlangsung dengan jasmani dan rohani Rasululah, betapapun jauhnya jarak ruang dari masjid Haram sampai ke Sidrat al Muntaha, atau ke hadirat Ilahi.
Dengan memakai kata kunci bahwa Allah kuasa berbuat sekehendaknya, dipahami dan diyakini bahwa Allah mampu menerbangkan roh dan tubuh jasmani Nabi Muhammad saw dengan kecepatan yang Allah kehendaki. Sehingga dalam malam itu juga beliau dapat kembali, kendati jauhnya perjalanan Isra’ Mi’raj itu boleh jadi ribuan atau jutaan milyar tahun cahaya. Apalagi, melihat redaksi al-Qur’an الذي أسرى, siapapun yang mengerti bahasa Arab akan menyimpulkan bahwa posisi Nabi dalam peristiwa Isra’ Mi’raj itu adalah pasif, dan Allah lah yang berperan aktif untuk menerbangkan Rasulullah ke Sidrat al Muntaha.
Sebagian ulama lain, terutama dari teolog muslim yang rasional, para filousof muslim, dan kalangan sufi filosofis lebih tertarik kepada pemahaman bahwa pengalaman religius luar biasa itu adalah pengalaman terbukanya mata batin, atau pengalaman kasyaf. Sejak abad ke-3 Hijrah pengalaman keterbukaan batin ke alam ghaib, mistical vision, atau pengalaman kasyaf dipahami para sufi sebagai pengalaman religius tertinggi yang sangat didambakan dan ingin diraih. Untuk itu, mereka berjuang keras meningkatkan kesucian jiwa atau kedekatan rohani dengan Allah.
Dalam tradisi tasawuf, tasawuf Ibn Arabi misalnya, dipahami bahwa dengan tersingkapnya mata batin atau kasyaf itu, alam ghaib –alam arwah, Malaikat, Surga, dan Neraka, atau alam ketuhanan–, selain tampak transparan juga bisa dijelajahi rohani manusia dengan sangat cepat.
Hadirin Sidang Jum’at Yang Dimuliakan Allah
Agaknya yang lebih wajar untuk ditanyakan, bukannya bagaimana Isra’ Mi’raj, tetapi mengapa Isra’ Mi’raj terjadi? Jawaban pertanyaan ini sebagaimana kita lihat pada ayat 78 surat al-Isra’, Mi’raj itu untuk menerima titah melaksanakan solat Lima waktu. Jadi, salat inilah yang menjadi inti peristiwa Isra’ Mi’raj tersebut.
Solat merupakan media untuk mencapai kesalehan spiritual individual hubungannya dengan Allah. Shalat juga menjadi sarana untuk menjadi keseimbangan tatanan masyarakat yang egaliter, beradab, dan penuh kedamaian. Makanya tidak berlebihan apabila Alexis Carrel meyatakan, “Apabila pengabdian, sholat, dan do’a yang tulus kepada Sang Maha pencipta disingkirkan dari tengah kehidupan bermasyarakat, hal itu berarti kita telah menandatangani kontrak bagi kehancuran masyarakat tersebut”. Dan perlu diketahui bahwa A. Carrel bukanlah orang yang memiliki latar belakang pendidikan agama, tetapi dia adalah seorang dokter dan pakar humaniora yang telah dua kali menerima hadiah Nobel atas hasil penelitiaannya terhadap jantung burung gereja dan pencangkokannya. Tanpa pendapat Carrelpun, Al-Quran 15 abad yang lalu telah menyatakan bahwa solat yang khusus’ akan bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar, sehingga tercipta tatanan masyrakat yang harmonis, egaliter, dan beretika.
Hadirin Sidang Jum’at Yang Dimuliakan Allah
Kalau kita melihat dalam lembaran Al-Quran, kita akan menemukan bahwa perintah solat
selalu dirangkaikan dengan perintah infaq atau sedekah. Mislanya, dalam surat Al-Baqara,2:3,43.
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَءَاتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ.
Setidaknya dalam Al-Quran terdapat 27 kali pengulangan perintah solat yang dirangkaikan dengan infak atau sedekah. Angka 27 ini sekaligus mengingatkan peristiwa Isra’ Mi’raj’ itu sendiri, yang terjadi pada tanggal 27 Rajab. Maknanya apa? Tidak lain, setelah kita mi’raj ke hadirat Allah sebagai upaya pencapaian kesalehan spiritual individual, kita dihadapkan pula pada kewajiban lain untuk melihat, memperhatikan, dan peduli terhadap nasib saudara kita yang secara ekonomi tertindas termarginalkan.
Apalagi, krisis multi dimensi yang melanda dunia, termasuk bangsa Indonesia akibat pandemi Covid-19, sampai kini belum menampakkan tanda-tanda akan segera berakhir, tentunya membutuhkan solusi cerdas dan cepat. Salah satunya menumbuhkan empati dan kesadaran optimal untuk membantu saudara-saudara kita, yang kurang beruntung secara ekonomi.
Demikianlah khutbah kali ini, dan satu hal yang menjadi kata kunci bahwa krisis moral, krisis ekonomi, krisis nurani, dan krisis multi dimensi lainnnya akan teratasi dengan kesadaran seluruh umat Islam untuk melaksanakan solat lima waktu dengan khusyu’; yang dibarengi dengan kepedulian dan rasa empati kepada saudara-saudara kita yang melarat dan miskin papa.
إن أحسن الكلام كلام الله الملك المنان, وبقوله يهتدي المهتدون. أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ(45)
بارك الله لي ولكم في القرآن الكريم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم وتقبل الله مني ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم
الخطبة الثانية
الحمد لله حمدا كثيرا كما أمر. أشهد أن لا اله إلا الله وحده لا شريك له إرغاما لمن جحد به وكفر. وأشهد أن محمدا عبده ورسوله سيد الخلائق والبشر. صلى الله على سيدنا محمد وعلى اله وأصحابه وسلم تسليما كثيرا.
أما بعد. فيا أيها الناس اتقوا الله و افعلوا الخيرات واجتنبوا السيئات. إن الله وملآئكته يصلون على النبي يآءيها الذين أمنوا صلى عليه وسلموا تسليما . اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه أجمعين وارض عنا معهم برحمتك يا أرحم الراحمين. اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الأحياء منهم والأموات إنك قريب مجيب الدعوات. اللهم انصر أمة سيدنا محمد. اللهم اصلح أمة سيدنا محمد. اللهم ارحم أمة سيدنا محمد. اللهم انصر من نصر الدين. واخذل من خذل المسلمين. واجعل بلدتنا إندونيسيا هذه بلدة طيبة تجري فيها أحكامك وسنة رسولك. ربنا اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين أمنوا ربنا إنك رءوف الرحيم. عباد الله إن الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكروالبغي يعظكم لعلكم تذكرون. اذكروا الله العظيم يذكركم واسئلوه من فضله يعطكم ولذكر الله أكبر. أقيموا الصلاة.
Oleh : Dr.KH.Fuad Thohari, MA., Wakil Rois Syuriah, PWNU DKI Jakarta
Khutbah Jum’at: Jadikan Isra’ Mi’raj Sebagai Momentum Menumbuhkan Kepedulian di Era Pandemi Covid-19 dapat di download dengan KLIK disini