Jakarta, LIPUTAN 9 NEWS
Tawakkal pengertian secara etimologi adalah berserah diri kepada Allah s.w.t. Pengertian secara terminologinya bertawakkal adalah menyerahkan diri kepada Allah s.w.t. dalam segala hal setelah berusaha secara maksimal. Perintah bertawakkal banyak disebutkan dalam Al Qur’an antara lain:
فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ…
“ … Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal”. (QS. Ali Imran 3:159)
Sikap tawakkal berkaitan erat dengan keadaan iman seseorang. Apabila imannya tinggi, maka tawakkalnya tinggi pula. Tawakkal tersebut merupakan bagian dari iman yang tidak bisa dicerai pisahkan.
Disebutkan dalam firman-Nya:
وَعَلَى اللّٰهِ فَتَوَكَّلُوْٓا اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ ٢…….
“… Dan hanya kepada Allah lah hendaklah kamu bertawakkal, apabila kamu benar-benar menjadi orang yang beriman”. (QS. Alma’idah 5:23).
Bertawakkal, diarahkan oleh ajaran agama agar memasrahkan diri secara total kepada Allah s.w.t. saja, tidak diperbolehkan bertawakkal kepada yang lain.
وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ ١…..
“… Oleh karena itu hendaklah orang-orang mu’min bertawakkal kepada Allah saja”. (QS. Attagabun 64:13).
Tawakkal merupakan aktifitas seorang muslim dengan memiliki pengharapan yang tinggi kepada Allah, sehingga menimbulkan ketentraman hati dan ketenangan jiwa. Ia meyakini bahwa segala apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki-Nya pasti tidak terjadi. Selanjutnya sikap tawakkal itu harus disertai dengan usaha yang maksimal, tidak boleh bermalas-malasan atau berputus asa.
Diriwayatkan ketika Rasulullah s.a.w. akan berhijrah ke Madinah, waktu itu rumah beliau telah dikepung oleh pasukan dari pemuda-pemuda Quraisy musyrik yang akan membunuhnya. Nabi kemudian berusaha mengelabui musuhnya itu dan memerintahkan Ali bin Abi Thalib untuk tidur di atas dipan Nabi dengan menggunakan selimut Nabi. Orang musyrik quraisy mengira bahwa Nabi masih tidur di atas dipannya. Ketika mereka masuk ke rumah itu pada waktu yang telah ditetapkan ternyata yang dijumpainya adalah Ali bin Abi Thalib. Nabi telah lolos dari kepungan mereka. Nabi berangkat ke gua Tsaur ditemani Abu Bakkar As Siddiq. Setelah bersembunyi di gua tsaur selama tiga hari, beliau berangkat ke Madinah dengan membawa penujjuk jalan yang sudah berpengalaman. Pada saat sampai di Madinah beliau disambut penduduk Madinah dengan rasa senang dan gembira.
Dari uraian kisah ini, dapat dipahami dengan jelas bahwa sikap tawakkal itu dilakukan setelah berusaha secara maksimal. Nabi mengungkapkan perumpamaan orang-orang yang bertawakkal dalam sabdanya:
“Sekiranya kamu sekalian bertawakkal kepada Allah dengan tawakkal yang sesungguhnya, pasti akan diberikan rizki seperti burung. Burung itu terbang diwaktu pagi dengan tembolok yang kosong dan Kembali di waktu sore dengan tembolok yang penuh”. (HR. At Thirmidzi).
Burung itu diwaktu pagi, temboloknya kosong dan merasa lapar. Kemudian ia terbang kemana-mana berusaha mencari makanan sehingga kembali sore harinya dalam keadaan kenyang dan temboloknya penuh. Itu merupakan gambaran dari usaha yang sungguh-sungguh.
Dr. KH. Zakky Mubarok Syamrakh, MA., Dewan Pakar Lajnah Dakwah Islam Nusantara (LADISNU) dan Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)