Setelah kita melaksanakan puasa di bulan Ramadhan, kita berbuka atau berlebaran di hari Raya Idul Fitri. Selanjutnya, kita harus membudayakan nuansa Ramadhan dalam kehidupan sehari-hari di bulan-bulan berikutnya sampai Ramadhan yang akan datang.
Kita melanjutkan puasa setelah berbuka, yaitu dengan melaksanakan puasa-puasa sunnah. Puasa sunnah yang diperintahkan kepada kita cukup banyak, antara lain puasa hari Senin dan Kamis, puasa tiga hari setiap bulan atau Ayyamul Bidh, puasa 6 hari di bulan Syawal, peningkatan jumlah puasa di bulan-bulan haram, dan peningkatan jumlah puasa di bulan sya’ban, dan sebagainya.
Hakikat dari ibadah puasa adalah “al-Imsak” atau menahan diri dari segala hal yang tercela. Puasa yang bersifat lahiriyah mudah dilaksanakan oleh kaum muslimin, yaitu meninggalkan makan, minum, dan bercampur dengan istri dari fajar sampai Maghrib dengan tujuan memperoleh keridhaan Allah.
Puasa
Hakikat puasa atau puasa ruhaniyah dirasakan lebih berat, yaitu menahan diri dari makan yang berlebihan, minum berlebihan, pola hidup berlebihan, menahan diri dari hal-hal yang tercela. Pada hakikatnya, ketika seorang muslim berbuka di waktu Maghrib, maka harus dilanjutkan dengan puasa ruhaniyahnya, yaitu tidak berlebihan dalam hal makan, minum, tidak melakukan perbuatan sia-sia, dan meninggalkan segala hal yang tercela.
Berpuasa dalam pengertian hakikat ini meskipun berat, tapi setiap orang muslim harus berlatih untuk melaksanakannya dengan baik. Dalam bulan Ramadhan kita melaknakan Shalat Taraweh atau Qiyam Ramadhan, maka di bulan-bulan lain, kita melaksanakan shalat Tahajjud. Pada bulan puasa kita terbiasa bangun untuk sahur, maka kebiasaan itu tetap dilanjutkan pada bulan-bulan berikutnya untuk melaksanakan tahajjud, witir, istighfar, dan berdoa sampai menunggu waktu subuh.
Di bulan Ramadhan kita mengadakan tadarus, Qiraatul Qur’an, kajian-kajian keagamaan, kegiatan itu harus dilanjutkan di bulan-bulan berikutnya. Pada bulan Ramadhan kita banyak berinfak dan bersedekah, maka kebiasaan itu harus dipraktekkan pada bulan-bulan berikutnya. Banyak lagi kebaikan-kebaikan yang dilaksanakan di bulan Ramadhan yang harus kita lestarikan pada bulan-bulan berikutnya, sampai Ramadhan yang akan datang. Inilah yang dimaksud dari “berpuasa setelah berbuka”.
Dr. KH. Zakky Mubarok Syakrakh, MA., Dewan Pakar Lajnah Dakwah Islam Nusantara (LADISNU) dan Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)