Jakarta, Liputan9.id – Lajnah Dakwah Islam Nusantara (LADISNU) gelar kajian rutin bulanan ke-2 tentang Islam Nusantara dalam bingkai sejarah. Topik yang diangkat “MESSIANISME DI ASIA TENGGARA: Perlawanan Kiai Dharmojoyo Menghadapi Kolonialisme Belanda Akhir Abad XIX – Awal XX”.
Acara ini dihadiri oleh ketua umum LADISNU, KH. Agus Salim HS, Sekjend LADISNU, Ir. H. Darma Azwan, ketua PHBI LADISNU, Habib Umar Assegaf. Hadir pula Dr. Johan Wahyudi, M.Hum. selaku narasumber utama pada serial ini. Kegiatan ini diselenggarakan di Kantor LADISNU Jalan Antara No. 12 Pasar Baru Jakarta Pusat, Rabu (8/2/23).
Dalam muqaddimahnya, Dr. Johan berterima kasih kepada Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, MA karena semasa memimpin PBNU, beliau sangat gandrung sekali dan sangat gencar sekali agar kita semua warga Nahdliyin menggali kembali sejarah-sejarah lama.
“Pemahaman Islam Nusantara adalah salah satu paradigma yang harus terus kita gaungkan,” ungkap dosen fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut.
“Islam Nusantara sangat efektif untuk memperkenalkan kembali konsep kesejarahan, kenegaraan, konsep keIslaman keIndonesiaan yang punya sanad,” sambungnya.
Beliau juga menyebut bahwa Buya Said secara gamblang mengkampanyekan agar kita memutuskan menjadi seorang muslim, memilih guru dari kalangan agamawan harus yang bersanad.
“Jangan yang tidak jelas asal usulnya, tidak jelas mondok dimana, pesantrennya dimana tiba-tiba menjadi guru. Makanya, mungkin satu dekade belakangan kita mengenal istilah “Kiai Goggle”. Hanya berbekal google tiba-tiba menjadi kiai, punya jamaah dan lain-lain,” jelas Dr. Johan selaku anggota Bidang Riset dan Literasi LADISNU.
Dr. Johan berpandangan bahwa salah satu kontribusi besar dari kiai Said yaitu untuk menyadarkan kita semua, bahwa yang namanya ilmu harus punya sanad yang ‘muttashil’ yang tersambung. Jangan hanya belajar google, belajar youtube seolah-olah kebenaran itu mendekati kita.
“Konsep keberkahan, sebagaimana kita kenal dari pendidikan pesantren, pendidikan tradisional yang mungkin sudah familiar dengan kehidupan kita tidak kita aplikasikan,” pungkasnya.
Kajian aktual tersebut dimoderatori oleh KH. Ade Muzaini Aziz, Lc., MA. ketua Bidang Pendidikan dan Kaderisasi LADISNU, sebagai pemateri pembanding KH. M. Imaddudin, M.Hum ketua Bidang Politik, Hukum, Sosial dan Advokasi LADISNU. (MFA)