Pada abad kemajuan era IT, dijumpai berseliwerannya konsep-konsep dan pembicaraan dalam berbagai masmedia. Dari pembicaraan yang disampaikan dalam berbagai forum, dijumpai ada yang bermanfaat. Namun demikian, banyak juga informasi dan pembicaraan yang ngawur tidak berguna, dan kadang-kadang merugikan.
Umat manusia diarahkan ajaran Islam agar menjaga lisannya dengan baik, lebih banyak berdiam diri dan apabila berbicara, selalu menyampaikan hal yang baik dan terpuji.
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, hendaklah ia berbicara dengan yang terbaik atau berdiam diri. (HR. Muslim, 173).
Berbicara yang baik dan santun akan menunjukkan kualitas dari pembicaranya dan sekaligus akan mendapat menjalin persaudaraan yang baik sesama umat manusia. Keluhuran dan kebaikan yang sering diungkapkan oleh orang-orang yang bijak dan memiliki kualitas nalar yang tinggi antara lain mengarahkan agar menjaga hubungan kasih sayang sesama umat manusia, memerintahkan sesamanya agar saling berbagi, menegakkan yang ma’ruf dan melakukan perbaikan dalam semua aspek dari kehidupan bermasyarakat.
۞لَّا خَيۡرَ فِي كَثِيرٖ مِّن نَّجۡوَىٰهُمۡ إِلَّا مَنۡ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوۡ مَعۡرُوفٍ أَوۡ إِصۡلَٰحِۢ بَيۡنَ ٱلنَّاسِۚ وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٰلِكَ ٱبۡتِغَآءَ مَرۡضَاتِ ٱللَّهِ فَسَوۡفَ نُؤۡتِيهِ أَجۡرًا عَظِيمٗا
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. (QS. Al-Nisa, 04:114).
Memperhatikan kenyataan ini, maka setiap individu manusia yang akan menyampaikan pembicaraan, ide, atau gagasan, hendaklah memperhatikan urgensi dari informasi yang disampaikannya. Memperhatikan juga sasaran tepat atau tidak untuk audiens yang dihadapi, sehingga gagasannya semakin berkualitas.
Karena itu, sebaiknya diperhatikan ketentuan sebagai berikut:
- hindari pembicaraan yang tidak berguna, karena langkahnya akan sia-sia dan tidak akan memberikan hasil yang diharapkan.
- Jangan membicarakan hal-hal yang penting yang bukan pada tempatnya. Betapa banyak orang yang berbicara penting, akan tetapi tidak tepat sasarannya akan mengakibatkan mereka banyak dicemohkan orang lain.
- Janganlah bersikap terlalu baik dan terlalu santun sehingga akan diremehkan oleh orang lain, tetapi bersikaplah secara wajar.
- Belajarlah untuk menghormati dan memahami perkataan orang lain, apabila perkataan dan gagasan kita ingin diterima oleh mereka.
- Bekerjalah terus menerus secara terpola dan tanamkan dalam diri kita sikap optimisme dengan mendapatkan balasan kebaikan di masa yang akan datang.
Semua ketentuan tersebut di atas tidak mungkin dapat dilakukan oleh seseorang, apabila ia tidak mampu menjaga lisannya. Karena itu jagalah lisanmu untuk tidak berbicara, apabila tidak diperlukan. Kesalahan dalam berbicara atau kekeliruan yang terus menerus akan mengantarkan seseorang pada kerugian yang mengerikan di masa yang akan datang.
Menjaga lisan atau bersikap diam, merupakan sarana pendidikan yang baik bagi diri setiap orang. Hal ini dilakukan dalam rangka mendidik secara terus menerus dan membimbing umat manusia pada kesuksesan yang maksimal dalam menyampaikan informasi.
لا يَسْتَقِيمُ إِيمانُ عبدٍ حتى يَسْتَقِيمَ قلبُهُ ، ولا يَسْتَقِيمُ قلبُهُ حتى يَسْتَقِيمَ لسانُهُ
Tidaklah lurus (istiqamah) iman seorang hamba, sehingga lurus hatinya, dan tidak lurus hatinya, sehingga lurus lisannya. (HR. Ahmad, 13408).
Sebagai wujud dari sikap lurus dan istiqamah, hendaklah kita meninggalkan berbagai hal yang tidak berguna.
مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ اَلْمَرْءِ, تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ
Sebagian dari kebaikan islamnya seseorang, ia meninggalkan sesuatu yang tidak berfaedah bagi dirinya. (HR. Tirmidzi, 2318).
Dalam al-Qur’an disebutkan bahwa orang-orang yang mampu meninggalkan (perbuatan dan perkataan yang tidak berguna) sebagai persyaratan yang kedua setelah melaksanakan shalat khusyu’, bagi orang-orang yang ingin meraih kesuksesan yang agung.
قَدۡ أَفۡلَحَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ هُمۡ فِي صَلَاتِهِمۡ خَٰشِعُونَ وَٱلَّذِينَ هُمۡ عَنِ ٱللَّغۡوِ مُعۡرِضُونَ
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna. (QS. Al-Mukminun, 23:01-03).
Dr. KH. Zakky Mubarok Syakrakh, MA., Dewan Pakar Lajnah Dakwah Islam Nusantara (LADISNU) dan Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)