Pamekasan, Liputan9.id – Ratusan orang memadati kediaman Nyai Saodah selaku Ketua Ranting Muslimat NU di Kertagena Tengah, Kadur Pamekasan Madura, Senin (6/2/23).
Nyai Saodah menyebut bahwa sekitar 630 orang yang hadir mengikuti serangkaian tahlilan hari ke-7 atas wafatnya Almarhum H. M. Najib selaku tokoh di desa Kertagena Tengah, dan sekaligus suami dari beliau. Hadir pula K.H. Alawi Faqih memberikan tausiah sebelum serangkaian tahlilan dimulai.
Dari sekian banyak kasuistik terkait tentang budaya Islam Nusantara yang nota bene fenomena akulturasi agama dan kearifan lokal (local wisdom) di Indonesia salah satunya adalah acara tahlilan.
Kiai Alawi menyampaikan bahwa kita mengenal sebuah upacara keagamaan yang sudah mentradisi di tengah tengah masyarakat Muslim Nusantara ketika terjadi kematian, yang lazim dikenal dengan istilah tahlilan atau yasinan di hari ke-7, 40, 100, 1000, dan setahun (haul), dan seterusnya.
“Tahlilan berasal dari akar kata “tahlil” yang kemudian dalam Bahasa Indonesia ditambah dengan akhiran “an”. Tahlil merupakan isim mashdar dari kata “hallala, yuhallilu, tahlil” yang berarti mengucapkan kalimat la ilaha illallah” ungkap Kiai Alawi, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid Bugawaru Pamekasan.
Kata “tahlil” menurut Kiai Alawi yang ditambah akhiran “an” maknanya jadi sedikit bergeser. Kata tahlilan tidak lagi hanya bermakna mengucapkan kalimat la ilaha illallah, melainkan nama sebuah event di mana di dalamnya dibacakan ayat-ayat al-Qur’an dan dilafalkan kalimat-kalimat thayyibah lainnya serta do’a untuk si mayit.
“Atau dengan bahasa lain, tahlilan, merupakan sebuah bacaan yang komposisinya terdiri dari beberapa ayat al-Qur’an, shalawat, tahlil, tasbih dan tahmid, yang pahalanya dihadiahkan kepada orang yang sudah meninggal, dengan prosesi bacaan yang lebih sering dilakukan secara kolektif (berjamaah), terutama dalam hari-hari tertentu setelah kematian seorang Muslim. Dikatakan tahlilan, karena porsi kalimat la ilaha illallah dibaca lebih banyak dari pada bacaan-bacaan yang lain” sambungnya.
“Secara umum, praktik ritual yang dilakukan dalam acara tahlilan adalah: pertama, hadiah pahala dari membaca ayat-ayat al-Qur’an dan kalimat-kalimat thayyibah lainnya. Kedua, mendo’akan si mayit. Ketiga, pemberian hidangan dari keluarga si mayit untuk para tamu” pungkasnya.
Tahlilan hari ke-7 meninggalnya Almarhum H. M. Najib diawali dengan pembacaan tawasul yang dipimpin oleh K. Abdul Mu’it, dilanjutkan pembacaan suratul Yasin oleh Ust. Sahrul dan pembacaan tahlil dipimpin oleh K. Abdul Lasid dan disempurnakan dengan pembacaan doa oleh K.H. Marzuki. (MFA)