Jakarta, LIPUTAN 9 NEWS
Gus Dur merupakan anak dari pasangan KH. Wahid Hasyim dan HJ. Solechah. Gus Dur adalah anak pertama dari 6 bersaudara. Kakeknya adalah KH. Hasim Asy’ari. Beliau adalah pendiri Pesantren Tebuireng, Organisasi Islam NU (Nahdhotul Ulama‘) dan merupakan salah satu tokoh pahlawan nasional.
Sedangkan ayahanda Gus Dur, KH. Wahid hasyim merupakan pejuang pergerakan nasional, yaitu seorang Menteri Agama RI yang pertama tahun 1949 dan salah satu perumus Piagam Jakarta. Ibunda Gus Dur, Hj. Sholechah adalah putri pendiri pondok pesantren Denanyar di Jombang Jawa Timur.
Kemudian kakek dari ibunya Gus Dur, KH. Bisri Syamsuri merupakan pengajar pesantren pertama khusus untuk kaum perempuan. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa sosok Gus Dur memang hidup di lingkungan yang menjunjung tinggi nilai agama dan nilai nasionalisme.
Dalam pemikiran politik Gus Dur, terdapat 2 strategi yang ingin diwujudkan dalam pembukaan hubungan diplomatik Indonesia-Israel. Strategi tersebut adalah untuk membangkitkan kembali kondisi Indonesia yang secara ekonomi dan politik diambang kehancuran dan untuk menjadi mediator bagi konflik Israel-Palestina sebagai implementasi mewujudkan kemerdekaan Palestina.
Proposal perdamaian two-state solution ini digaungkan Gus Dur ketika beliau menjabat Presiden Indonesia. Bahkan, Gus Dur melakukan terobosan-terobosan strategis dan jitu untuk upaya perdamaian antara Israel-Palestina. pertama, Gus Dur ingin memastikan kapitalis George Soros, yang keturunan Yahudi, tidak mengacaukan pasar modal.
Kedua, Gus Dur ingin meningkatkan posisi tawar Indonesia di Timur Tengah, agar daya dan posisi tawar Indonesia saat itu semakin kuat di tengah bangsa-bangsa.
Gus Dur ingin Indonesia bisa diterima kedua belah pihak, agar menjadi seimbang dalam relasi diplomatik. Pemerintah Indonesia sejak awal telah mendukung penuh kemerdekaan dan kedaulatan Palestina.
Gus Dur juga ingin agar Indonesia membangun hubungan diplomatik resmi dengan pemerintah Israel. Untuk memainkan fungsi sebagai juru damai, maka Indonesia perlu dipercaya kedua pihak: Israel dan Palestina. Manuver Gus Dur inilah yang sering disalahpahami konteks dan tujuan jangka panjangnya. (HZ)
Pewarta: Hamdi Zatnika